• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Arisan

1. Pengertian Arisan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi Arisan yaitu kegiatan mengumpulkan uang atau barang yang bernilai sama oleh beberapa orang yang kemudian diundi di antara mereka untuk menentukan siapa yang memperolehnya, undian dilaksanakan di sebuah pertemuan secara berkala sampai semua anggota memperolehnya.12 Hakekat arisan

11Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat Sistem Transaksi Dalam Fiqh Islam(Jakarta: Amzah, 2014), 35

12Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring, “Arisan,” dalam https://kbbi.kemendikbud.go.id/enteri/arisan/ , (diakses pada 28 januari 2023, jam 13.05).

juga bisa dimaknai setiap orang dari anggotanya meminjamkan uang kepada anggota yang menerimanya dan meminjam dari anggota yang sudah menerimanya kecuali orang yang pertama mendapatkan arisan maka ia menjadi orang yang berhutang terus setelah mendapatkan arisan, dan juga orang yang terakhir mendapatkan arisan, maka ia selalu menjadi pemberi hutang kepada anggota. Pengembalian hutang tersebut juga harus sesuai dengan apa yang dipinjamkan.

Arisan ada yang bertentangan dengan syariat islam dan ada pula yang saling bermanfaat sesama manusia dengan saling tolong –menolong, tergantung dengan syarat yang telah dibuat di awal yang telah disetujui oleh semua pihak, ini bertujuan agar tidak terjadinya kesalahpahaman dan merugikan pihak yang terlibat. Hukum islam adalah sebuah syariat yang berarti aturan yang diadakan oleh Allah untuk umat-Nya yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan maupun hukum-hukum yang berhubungan dengan perbuatan yang dilakukan oleh umat muslim. Hukum arisan secara syariah yaitu arisan merupakan muamalat yang belum pernah di bahas dalam Al-quran dan As-sunah secara langsung, maka hukumnya dikembalikan kepada hukum asal muamalah yaitu dibolehkan (mubah).13 Para ulama Arisan sendiri juga dibahas oleh kalangan para ulama, dan muncul dua pendapat yakni dihukumi haram dan dihukumi boleh, berikut kedua pendapat tersebut: Pendapat pertama yang mengharamkan didukung oleh Dr. Shalih

13Imam Mustofa,Fiqih Muamalah Kontemporer(Yogyakarta: Kaukuba 2015), 8.

Al- Fauzan, menurut pendapat tersebut arisan terdapat unsur riba. Karena menurutnya arisan pada hakikatnya adalah akad pinjaman, dimana orang yang pertama mendapatkan uang yang terkumpul tersebut hakikatnya ia menerima pinjaman dari anggota-anggota lainnya dan begitulah seterusnya setiap orang yang menerima uang adalah peminjam terhadap anggota yang belum menerima, akad peminjaman disini terdapat syarat apabila ingin dipinjami maka harus meminjami juga. Dan setiap pinjaman yang menarik manfaat atau pensyaratan maka dihukumi riba. Untuk pendapat arisan yang kedua diperbolehkan atau mubah, pendapat ini merupakan fatwa lembaga di kerajaan Arab Saudi nomor: 164, th. 1410 H yang diketuai oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah, bahkan Syaikh Ibnu Utsmaimin rahimahullah, mengatakan hukumnya sunnah, karena merupakan salah satu cara untuk mendapatkan modal dan menumpulkan uang yang terbebas dari riba.14 Karena menurut fatwa tersebut apabila tidak ada pensyaratan penambahan nominal didalamnya maka akad tersebut diperbolehkan, terlepas dari konsep pendapat yang pertama, karena arisan sendiri sistemnya seperti itu yakni mendapatkan uang secara bergantian sesuai apa yang di angsur.

Arisan dilihat dari sisi substansi pada hakekatnya merupakan akad pinjam meminjam lebih tepatnya akad al-qardh yaitu (utang- piutang).

Dengan demikian uang arisan yang diambil oleh orang yang mendapat atau memenangkan undian itu adalah utangnya. Wajib untuk memenuhi

14Mokhamad Rohma Rozikin, Hukum Arisan Dalam Islam, Jurnal Nizham, Vol. 06, No. 02 (2018), 29.

kewajibannya dengan membayar sejumlah uang secara berkala sampai semua anggota mendapatkan hak atas arisan tersebut. Didalam arisan juga termasuk ta’awun (tolong menolong). Secara prinsip, arisan dengan berbagai macam bentuknya diperbolehkan menurut Islam, asalkan objek arisan halal (mubah) dan tanpa ada bunga (riba) yang disyaratkan. Hal itu merujuk pada kaidah umum fiqh muamalah “pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya”.

Arisan juga bagian dari tolongmenolong (ta’awun) untuk memenuhi kebutuhan masing-masing anggota arisan.Memberikan pinjaman adalah transaksi kebaikan (tabarru’), sedangkan meminta kompensasi adalah transaksi bisnis. Jadi, transaksi yang dari semula diniatkan sebagai transaksi kebaikan tidak boleh diubah menjadi transaksi bermotif bisnis.

Dan yang termasuk riba qardh adalah jika akadnya mensyaratkan atau memperjanjikan pihak peminjam harus membayar lebih dari pokok pinjaman. Qardh dihukumi mubah (boleh) sesuai penjelasan diatas apabila murni untuk tolong- menolong dan menjadi haram apabila mengambil manfaat dari adanya praktik qardh tersebut, hal itu masuk kedalam kategori riba qardh.15

Sedangkan dalam praktiknya arisan barang menggunakan akad jual beli bukan utang piutang karena anggota arisan tidak pernah berhutang kepada penjual dan penjual tidak pernah berhutang kepada pembeli. Ada beberapa unsur dalam arisan, pertama yaitu pertemuan yang diadakan

15Abdullah Bin Muhammad Ath-Thayyar, Dkk,Ensiklopedia Fiqih Muamalah Dalam Pandangan 4 Madzhab, Terj. Miftahul Khairi (Yogyakarta: Maktabah Al-Hanif, 2014), 169.

secara rutin dan berkala, kemudia pengumpulan uang oleh setiap anggota dengan nilai yang sama, dan pengundian uang untuk menentukan siapa yang mendapatkan uang yang terkumpul tersebut. Kedua yaitupengumpulan uang oleh setiap anggota dengan nilai yang sama dalam setiappertemuan. Dan yang ketiga, penyerahan uang yang terkumpul kepadapemenang yang ditentukan melalui pengundian. Dalam arisan sendiri apabila panitia atau bandar arisan ini statusnya sebagai petugas maka diperbolehkan mengambil upah karena panitia atau petugas layak mendapatkan upah atas jerih payah mereka dalam mengurusi arisan.

2. Manfaat Arisan16 a. Sebagai Tabungan

Arisan dianggap sebagai salah satu cara untuk menabung, dengan mengikuti arisan, menabung menjadi hal yang wajib karena kita mempunyai kewajiban untuk membayar sejumlah uang sebagai setoran setiap periodenya, dan akan mendapatkan pembayaran atas tabungan tersebut pada satu periode arisan.

b. Sebagai tempat silaturrahmi

Manfaat arisan juga bisa sebagai tempat untuk silaturrahmi, biasanya anggota arisan berasal dari berbagai kalangan atau tempat yang berbeda.Dengan demikian, arisan memberikan manfaat positif untuk salingbersilaturrahmi antar peserta arisan.

c. Sebagai tempat bersosialisasi

16Aufi Ramadhania Pasha, “Manfaat Dari Arisan Uang Atau Barang,” dalam https://www.cermati.com/artikel/manfaat-dari-arisan-uang-atau-barang/ , (diakses pada tanggal 18 Mei 2023, jam 15.39.

Selain menjalin silaturrahmi, mengikuti arisan juga sebagai tempat atau cara bagi setiap peserta untuk bersosialisasi, sehingga mereka tidak hanya bersosialisasi pada satu lingkungan saja namun melalui arisan akan membantu kita untuk bersosialisasi dengan lingkungan atau komunitas yang lain.

Dapat disimpulkan bahwa arisan berisi unsur kerjasama, tolong menolong dalam kebaikan dan takwa, karena arisan merupakan salah satu cara menutupi kebutuhan orang yang membutuhkan dan menolong mereka untuk menjahui kegiatan muamalah yang dilarang. Manfaat yang didapat dari arisan tidak mengurangi sedikitpun harta orang yang meminjami dan manfaat yang didapatkan akan dirasakan oleh seluruh anggota arisan.17 D. Qard

1. PengertianQard{

Qard{{ berarti pinjaman atau utang-piutang. Secara etimologi,qard{ bermakna memotong. Adapunqard{ secara terminologis adalahmemberikan harta kepada orang yang memanfaatkannya dan mengembalikangantinya dikemudian hari.18 Berbicara tentang utang- piutang buka hal yangasing ditelinga semua orang, karena setiap hari selalu ada saja masalah mengenai hal ini. Utang-piutang merupakan perjanjian pada umumnya berupa uang.Kedudukan pihak yang satu sebagai pihak yang memberikan pinjaman,sedang pihak yang lain

17Maftukhan, “Hukum Uang Yang Diambil Panitia Arisan,” dalam https://islam.nu.or.id/bahtsul -masail/hukum-uang-yang-diambil-panitia-arisan-Pwifa/ , (diakses pada tanggal 18 Mei 2023, jam 20.02).

18 Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah: Fiqih Muamalah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 335.

menerima pinjaman uang. Uang yang dipinjam akandikembalikandalam jangka waktu tertentu sesuai dengan yangdiperjanjikan.

Menurut kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES), qard{ adalah penyediaan dana atau tagihan antar lembaga keuangan syariah dengan pihak peminjam yang mewajibkan pihak peminjam untuk melakukan pembayaran secara tunai maupun cicilan dalam jangka waktu yang telah ditentukan.19 Kesimpulannya, qard{ adalah memberikan harta kepada orang lain dengan maksud untuk dikembalikan dikemudian hari sesuai kesepakatan kedua pihak dengan harta yang serupa dan ukuran yang sama tanpa mengambil manfaat di dalamnya.

Sedangkan menurut Fatwa Dewan Syariat Nasional (DSN-MUI) menyatakan bahwa Al-qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh) yang memerlukan dengan ketentuan nasabah di kemudian hari wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati bersama dan dalam praktik perbankan di Indonesia, segala biaya administrasi akibat transaksi Al-qardh dapat dibebankan kepada nasabah.20 Secara substansi dapat dipahami bahwa hampir tidak ada perbedaan pendapat dari pengertian yang telah dipaparkan diatas.

2. Dasar HukumQard{

a. Al-Qur’a>n

19Tim Penyusun KHES, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (Jakarta: Mahkamah Agung Republik Indonesia, 2011), 164.

20Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.19/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Qardh.

Firman Allah SWT yang menjadi dasar hukum Qard{ terdapat dalam QS Al-Baqarah (2); 245:

M㌷ĀÈ䁰Ǭ ǘ݊ Ǵ ċɍ㌷Ȃ Ǵ mÈaƷ ʋꭀÌ ʋꭀ ㌷mÊ 䁰Ǵ É aȺ䁰 ǘ݊ È㌷ºÈ䁰Ǭ ㌷䁰ǘÌ ¦ ㌠ǘ㌮

À m Ⱥ䁰Ƴ ㌷ꭀÈÌ㌷Ǵ lArÈĀ䁰ǬǴ

Artinya: “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”21

Berdasarkan ayat diatas dapat dipahami bahwa siapa yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik dalam masalah bersedekah di jalan Allah SWT, seraya melakukannya dengan tulus dan ikhlas semata-mata ingin memperoleh ridha-Nya, maka Allah SWT akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak dengan ukuran satu banding dua juta. Dan Allah SWT menggenggam (menyempitkan) dan melapangkan (rezeki) meluaskan harta dan rejeki di dunia ini bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan setelah kematian.

Lalu kamu akanmemperoleh balasan atas amal perbuatan yang kamu lakukan.

21 Departemen agama RI, Al-Quran Tajwid dan Terjemahnya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Quran, 1971), 62.

b. Al-Sunnah

Selain dasar hukum yang bersumber dari al-Quran maka dikuatkan lagi dengan beberapa hadith. Salah satu hadithnya yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah yang bersumber dari Ibnu Mas’ud r.a.

Yang artinya:

“Dari Ibnu Mas’ud r.a. dari Nabi Saw, beliau bersabda

“Tidaklah seorang muslim memberi pinjaman kepada orang muslim yang lain dua kali melainkan pinjaman itu (berkedudukan) seperti sedekah satu kali”. (HR Ibn Majjah no. 2421, kitab al- ahkam; Ibn Hibban dan Baihaqi)

3. Rukun dan SyaratQard{

Utang piutang adalah salah satu transaksi umum, utang piutang dapat dikatakan sah apabila terpenuhi semua syarat dan rukunnya. Adapun rukun dan syarat qard} sebagai berikut.22

a. Rukun Qard{

Seperti halnya akad-akad yang lain, qard} memiliki rukun-rukun, sebagai berikut.

1) Muqrid{ (pemilik atau pemberi barang)

Pemberi hutang harus seorang Ahliyat at-Tabarru’ (layak bersosial), maksudnya orang yang mempunyai kecakapan dalam menggunakan hartanya secara mutlak menurut pandangan dalam syariat islam. Tidak adanya paksaan (ikhtiyar), seorang muqridh dalam memberikan bantuan

22Abdullah Bin Muhammad Ath-Thayyar, Dkk,Ensiklopedia Fiqih Muamalah Dalam Pandangan 4 Madzhab, Terj. Miftahul Khairi (Yogyakarta: Maktabah Al-Hanif, 2014), 259.

hutang harus didasarkan atas keinginannya sendiri dan tidak ada paksaan dari pihak lain.

2) Muqtarid{h (yang mendapatkan barang atau pinjaman) Orang yang berhutang haruslah orang yang Ahliyah Mu’amalah artinya orang tersebut harus baligh, berakal, dan tidak mahjur (bukan orang yang oleh syariat tidak diperkenankan mengatur sendiri hartanya karena faktor- faktor tertentu)

3) S{ighat (Ijab dan Qabul)

Sebagai akad utang-piutang diperlukan adanyaijab qabul.Hal inidimaksudkan sebagai pernyataan bahwa para pihak benar-benarmenghendaki adanya ikatan hukum hak dengankewajiban masing-masing. Ucapan serah terima harus jelas dan bisa dimengerti oleh keduabelah pihak, sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman dikemudian hari baik secara lisan maupun tertulis. Berhutang dalam hutang-piutang dilarang untuk mengambil atau memberi tambahan pembayaran (yang ditentukan dalam perjanjian), maka lafal dari kedua belah pihak tidak perlu diberi tambahan sebagai syarat lain dengan ucapan‚ “diberi tambahan sebanyak ini‛.

4) Muqtarad{ (barang yang dipinjamkan)

Barang yang dipinjamkan disyaratkan harus dapat diserahterimakan dan dapat dijadikan barang pesanan, yaitu berupa barang yang mempunyai nilai ekonomis (boleh dimanfaatkan menurut syara’)

b. Syarat Qard}23

Untuk sahnya suatu perjanjian qard} harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1) SyaratA<qidain (muqrid{ dan muqtarid{)

a)Ahliyah at-tabarru’ dan ahliyah at-tasharrufat, yaitu orang yang mampu secara lisan yakni baligh, berakal sehat, dan cakap. Layak bersosial bagi muqrid{ dan layak membelanjakan harta bagimuqtarid{.

b) Tanpa ada paksaan, bahwa muqrid{ dalam memberikan hutang tidak dalam paksaan atau tekanan orang lain, begitu pula dengan muqtarid{.

Kedua belah pihak saling ridho.

c) Syaratmuqtarad{ (barang yang dijadikan objek), yaitu barang yang bermanfaat dan dapat dipergunakan.

d) Syarat s{ighat (ijab dan qabul) menunjukan kesepakatan kedua belah pihak, dan tidak boleh merugikan salah satu pihak.

4. HukumQard{

23Akhmad Farroh Hasan, Fiqh Muamalah Dari Klasik Hingga Kontemporer (Teori Dan Praktik),(Malang: UIN Maliki Malang Press, 2018), 68.

Pada dasarnya pinjam-meminjam (qard{) adalah sunnah bagi orang yang meminjamkan dan mubah bagi orang yang meminjam. Ini adalah hukum al-qard{ dalam situasi biasa, terkadang ada dalam situasi- situasi yang bisa mengubah hukumnya, bergantung pada sebab seseorang meminjam. Oleh karena itu, hukumnya bisa berubah sebagai berikut.24 a. Haram

Apabila seseorang memberikan pinjaman, padahal dia mengetahui bahwa pinjaman tersebut akan digunakan untuk perbuatan haram, seperti untuk minuman yang memabukan, judi, dan perbuatan lainnya.

b. Makruh

Apabila yang memberi pinjaman mengetahui bahwa peminjam akan menggunakan hartanya bukan untuk kemaslahatan, tetapi untuk berfoya- foya dan menghambur-hamburkannya. Begitu juga jika peminjam mengetahui bahwa dirinya tidak akan sanggup mengembalikan pinjaman itu.

c. Wajib

Apabila ia mengetahui bahwa peminjam membutuhkan harta untuk menafkahi diri, keluarga dan kerabatnya sesuai dengan ukuran yang disyariatkan, sedangkan peminjam itu tidak memiliki cara lain untuk mendapatkan nafkah itu selain dengan cara meminjam.

24Abdullah Bin Muhammad Ath-Thayyar, Dkk,Ensiklopedia Fiqih Muamalah Dalam Pandangan 4 Madzhab, Terj. Miftahul Khairi (Yogyakarta: Maktabah Al-Hanif, 2014), 157.

37

KABUPATEN PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR

A. Gambaran Umum Arisan Furniture

Dokumen terkait