BAB II TINJAUAN PUSTAKA
B. Tinjauan Umum tentang Kartel
1. Pengertian dan Dasar Hukum Kartel
Kartel kadangkala diartikan secara sempit, namun disisi lain juga diartikan secara luas. Dalam arti sempit, kartel adalah sekelompok perusahaan yang seharusnya saling bersaing, tetapi mereka justru menyetujui satu sama lain untuk ”menetapkan harga” guna meraih keuntungan monopolistis.
Sedangkan dalam pengertian luas, kartel meliputi perjanjian antara para
pesaing untuk membagi pasar, mengalokasikan pelanggan, dan menetapkan harga.21
Dalam Black’s Law Dictionary, Kartel adalah:
“an association of two or more legally independent entities that explicitly agree to coordinate their prices or output for the purpose of increasing their collective profits.”22
Yang diterjemahkan “suatu perkumpulan dari dua atau lebih subjek hukum yang secara jelas setuju untuk mengatur harga atau jumlah produksinya dengan maksud untuk meningkatkan keuntungan mereka bersama”
Menurut Sukarmi kartel merupakan “kerjasama sejumlah perusahaan yang bersaing untuk mengkoordinasi kegiatannya sehingga dapat mengendalikan jumlah produksi dan harga suatu barang dan atau jasa untuk memperoleh keuntungan diatas tingkat keuntungan yang wajar.”23
Menurut Didik J. Rachbini, Jika para yang bersaing ternyata melakukan koordinasi bersama untuk mengontrol pasar, maka usaha ini disebut sebagai praktekkartel, yang sangat merugikan masyarakat. Koordinasi ini biasa diwujudkan dalam berbagai cara, yaitu perjanjian pengendalian harga, jumlah yang diproduksi, dan wilayah pemasaran. Praktek ini
21 Angriani, P. (2016). Indikasi Kartel Komunditas Strategis Dalam Perspektif Hukum Persaingan Usaha Tidak Sehat (Studi Kajian Perlindungan Hukum). Dialogia Iuridica, 7(2), 24-31.
22 Ganner B.A, Black’s Law Dictionar, (St Paul Minn: West Group, 1999), h. 206.
23 Sari, S. P., Lestari, R., & Bachtiar, M. (2017). Proses Pembuktian Kartel dalam Hukum
merupakan usaha pelaku-pelaku ekonomi untuk mengendalikan pasar secara horizontal (horizontal restraint).24
Richard Postner sebagaimana yang dikutip Mustafa Kamal Rokan, kartel adalah:
“a contract among competing seller to fix the price of product they sell (or, what is the small thing, to limit their output) is likely any other contract in the sense that the parties would not sign it unless they expected it to make them all better of.”25
Artinya: (Sebuah perjanjian diantara pelaku usaha untuk mengatur harga dari produk yang mereka jual (atau setidaknya membatasi pengeluaran produknya) selayaknya sebuah perjanjian yang lain dimana para pihak tidak akan setuju kecuali hal tersebut akan menguntungkannya).
Kartel pada dasarnya merupakan perjanjian satu pelaku usaha dengan pelaku usaha persaingan untuk menghilangkan persaingan antara keduanya.
Oleh karena itu dalam Undang-Undang Nomor Tahun 1999 tentan Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, tindakan kartel dikategorikan sebagai suatu perjanjian yang dilarang. Maka dari itu, pemahaman tentang konsep perjanjian sangatlah penting.26
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kartel memiliki dua ciri yang menyatu dan saling berkaitan berkesambungan, yaitu:
24 Didik J. Rachbini, Ekonomi Politik; Kebijakan dan Strategi Pembanguna, (Jakarta: Granit, 2018), h. 124.
25 Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha; Teori dan Praktiknya Di Indonesia, (Jakarta:
RajawaliPers, 2012), h. 117
26 Racmadi Usman. 2013.Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia.(Jakarta:Sinar Grafika. 2013).
h.130.
a. Organisasi perusahaan-perusahaan besar yang memproduksi barangbarang sejenis
b. Persetujuan sekelompok perusahaan dengan maksud mengendalikan harga komoditi tertentu.
Terdapat poin penting dalam definisi kartel menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut, yaitu kelompok-kelompok didalam suatu kartel terdiri atas kumpulan prusahaan-perusahaan besar yang menghasilkan barang- barang yang sejenis, dan memiliki tujuan untuk mengendalikan harga, sehingga harga yang terbentuk diluar harga persaingan. Dalam definisi ini telah menyentuh pada aspek perilaku ekonomi.
Sebagaimana dalam Pasal 1313 Burgerlijkwetboek atau Kitap Undang- Undang Hukum Perdata “Suatu perjanjian adalah perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengingatkan dirinya terhadap satu orang atau leboh,”
Dengan kata lain perjanjian atau kontrak merupakan peristiwa hokum dimana seorang berjanji kepada orang lain atau dua orang saling berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.27
Kartel atau praktik kartel menurut Pasal 11, Undang-Undang tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat, “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha pesaingnya, yang bermaksud mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat”. Praktik kartel di
Indonesia adalah suatu bentuk perbuatan atau tindakan yang melanggar hukum, karena tindakan tersebut akan membentuk suatu perilaku monopoli atapun bentuk perilaku persaingan usaha tidak sehat.
Disamping itu kartel juga dapat diartikan sebagai bentuk himpunan di dalam perusahaan-perusahaan dimana mereka mempunyai kepentingan 20 yang sama, dan dituangkan dalam bentuk kontrak dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kompetisi, pengalokasian, serta untuk mempromosikan pertukaran hasil dari riset atau produk tertentu.
Dalam mengartikan kartel atau suatu tindakan kartel, perlu juga memahami perinsip dasar atau pengertian monopoli. Karena suatu tindakan kartel erat kaitannya dengan perilaku monopoli, dalam kartel perilaku monopoli terlihat pada pelaku usaha yang berusaha untuk mengendalikan harga dan distribusi. Hal tersebut bertujuan untuk mengusai pasar dan mewujudkan kekuatan sistem pasar itu sendiri, yang bertujuan untuk menciptakan keuntungan sebanyak mungkin untuk pelaku usaha yang tergabung dan melakukan kartel tersebut.28
2. Jenis-Jenis Kartel
Ada beberapa jenis kartel, yaitu:
a. Kartel harga pokok (prijskartel)
Dalam kartel harga pokok anggota-anggota menciptakan peraturan diantara mereka untuk perhitungan kalkulasi harga pokok dan besarnya laba. Pada kartel jenis ini ditetapkan harga-harga penjualan bagi anggota kartel. Benih dari persaingan kerap kali juga datang dari perhitungan laba
28 Rachmadi Usman, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia,(Jakarta Sinar Grafika,2013),h.282.
yang akan diperoleh suatu badan usaha. Dengan menyeragamkan laba, maka persaingan di antara mereka dapat dihindarkan.
b. Kartel harga
Dalam kartel ini ditetapkan harga minimum untuk penjualan barang-barang yang mereka produksi atau perdagangkan. Setiap anggota tidak di perkenankan untuk menjual barang-barangnya dengan harga yang lebih rendah dari pada harga yang telah di tetapkan itu. Pada dasarnya anggotaanggota itu dibolehkan untuk menjual di atas harga yang akan ditetapkan, akan tetapi atas tanggung jawab sendiri.
c. Kartel Kondisi atau Syarat
Dalam kartel ini memerlukan penetapan di dalam syarat penjualan, misalnya kartel juga menetapkan standar kualitas barang yang dihasilkan atau dijual, menetapkan syarat-syarat pengiriman, apakah ditetapkan loco gudang, FOB, C&F, CIF, pembukungkusannya, dan syarat-syarat pengiriman lainnya. Apa yang dikehendaki adalah keseragaman di antara para anggota yang tergabung di bawah kartel. Keseragaman itu perlu di dalam kebijaksanaan harga, sehingga tidak akan terjadi persaingan di antara mereka.
d. Kartel Rayon
Kartel rayon atau kadang-kadang disebut juga kartel wilayah/daerah pemasaran untuk mereka. Kartel ini berkaitan dengan perjanjian antara para anggotanya untuk membagi daerah pemasarannya,
Penetapan wilayah ini kemudian di ikuti oleh penetapan harga untuk masing-masing daerah. Dalam hal itu kartel rayon pun menentukan pula suatu peraturan bahwa setiap anggota tidak di perkenankan menjual barang-barangnya di daerah lain. Dengan ini dapat dicegah persaingan di antara anggota, yang mungkin harga-harga barangnya berlainan.
e. Kartel Kontigentering
Kartel jenis ini sering disebut juga sebagai kartel produksi.
Perjanjian dalam kartel jenis ini menekankan permbatasan produksi masing-masing anggota, biasanya ditetapkan atas dasar jumlah tertentu atau presentase tertentu dari total produksi. Tujuannya untuk mengatur jumlah produksi yang beredar, sehingga harga bisa dipertahankan pada tingkat tertentu. Biasanya perusahaan yang memproduksi lebih sedikit daripada jatah yang sisanya menurut ketentuan, akan diberi premi hadiah.
Akan tetapi, sebaliknya akan didenda. Maksud dari peraturan ini adalah untuk mengadakan restriksi yang kental terhadap banyaknya persediaan, sehingga harga barang-barang yang mereka jual dapat dinaikkan. Ambisi kartel kontigentering biasanya untuk mempermainkan jumlah persediaan barang, dan dengan cara itu harus berada dalam kekuasaannya.
f. Sindikat Penjualan atau Kantor Sentral Penjualan
Di dalam kartel penjualan ditentukan bahwa penjualan hasil produksi dari anggota harus melewati sebuah badan tunggal, yaitu kantor
penjualan pusat. Persaingan di antara mereka akan dapat dihindarkan karenanya.
g. Kartel Laba atau Pool Laba
Di dalam kartel laba, anggota kartel biasanya menentukan peraturan yang berhubungan dengan laba yang mereka peroleh. Laba yang diperoleh anggota kartel terlebih dahulu disetorkan ke kas pusat (sistem pool) baru kemudian di bagikan kepada anggotanya berdasarkan formula yang ditetapkan bersama. Misalnya bahwa laba kotor harus disentralisasikan pada suatu kas umum kartel, kemudian laba bersih kartel dibagi-bagikan di antara anggota kartel dengan perbandingan yang tertentu pula.29