• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN TEORI

B. Guru Pendidikan Agama Islam

2. Pengertian Guru

Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan keilmuan yangdimilikinya, dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas18

Pendidik adalah tokoh masyarakat dan mereka yang memfungsikan dirinya untuk mendidik. Siapa saja yang dapat menjadi pendidik dan melakukan upaya untuk mendidik secara formal maupun nonformal. Para pendidik dikenal dengan sebutan guru atau ustâdz pada sekolah agama.19

Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya.20

Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang memenuhi standar mutu atau norma etik tertentu.21

Kata guru berasal dari bahasa Indonesia yang berarti orang yang mengajar. Dalam bahasa Inggris, dijumpai kata teacher yang berarti pengajar. Selain itu terdapat kata tutor yang berarti guru

18 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, h. 112.

19 Tatang S, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012) h. 54.

20 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007) h.

42.

21 Sudarwan Danim, Propesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung:Alfabeta, 2013), h. 17.

pribadi yang mengajar di rumah, mengajar ekstra, mengajar les tambahan pelajaran.22 Sedangkan dalam bahasa Arab istilah yang mengacu kepada pengertian guru yang lebih banyak lagi seperti al-

„Âlim (jamaknya „ulamâ) atau al-Mu‟allim yang berarti orang yang mengetahui atau banyak digunakan para ulamâ/ahli pendidikan untuk menunjukkan pada hati guru.23

Selanjutnya jika melihat pada Al-Qur`an dan al-Sunnah, dijumpai pula istilah yang merujuk kepada pengertian guru atau orang yang berilmu lebih banyak lagi. Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan guru, diantaranya:

Pertama, istilah ulamâ, merupakan bentuk jamak dari kata al-

„Âlim yang menunjukkan pada seseorang yang memiliki pengetahuan di atas rata-rata kemampuan yang dimiliki orang lain.

Dalam Al-Qur`an disebutkan:

...

ُءاَمَلُعْلا ِهِداَبِع ْنِم َومللا ىَشَْيَ اَمنَِّإ ۗ ْ يِزَع َومللا منِإ ۗ

ْوُفَغ ٌز ٌر.

“.... Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun.”. (Q.S. Fâtir [35]: 28)

Menurut potongan ayat menjelaskan bahwa “seorang „ulamâ adalah seorang yang mempunyai pengetahuan ilmu agama dan ilmu kealaman yang dengan pengetahuannya tersebut memiliki rasa takut dan tunduk kepada Allah SWT.”24

Banyak pakar agama-seperti Ibn Asyur dan Thabathaba‟i- memahami kata ulama adalah mendalami ilmu agama. Thabathaba‟i menulis bahwa mereka itu adalah yang mengenal Allah SWT.

22 John M Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1982), h. 581.

23 M. Asy‟ari, Konsep Pendidikan Islam, (Ciputat: Rabbani Press, 2011), h. 92-93.

24 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Prespektif Al-Qur`an, h. 104.

dengan nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan-perbuatan-Nya, pengenalan yang bersifat sempurna sehingga hati mereka menjadi tenang dan keraguan serta kegelisahan menjadi sirna, dan tampak pula dampaknya dalam kegiatan mereka sehingga amal mereka membenarkan ucapan mereka.25

Dalam kitab Tafsir Al-Azhar, prof. Dr. Hamka menjelaskan bahwa ûlama bukan hanya sekedar orang yang tau hukum-hukum agama secara terbatas, akan tetapi siapapun yang memiliki pengetahuan dan apapun pengetahuan itu maka ia dapat dinamai âlim.26

Kedua, istilah al-Murabbî, seorang murabbi adalah “orang yang mengembangkan sesuatu setahap demi setahap hingga mencapai tingkat kesempurnaan”27

Allah berfirman:

مُث َةموُ بُّنلاَو َمْكُْلْاَو َباَتِكْلا ُومللا ُوَيِتْؤُ ي ْنَأ ٍرَشَبِل َناَك اَم ْوَُْ ي

ْوُك ِسامنلِل َل ْوُ ن

ا

ِْل اًداَبِع ْوُد ْنِم

َلَو ِومللا ِن ْوُك ْنِك

ْوُ ن َْيِّ يِنامبَر ا ْوُمِّلَعُ ت ْمُتْنُك اَِمَ

اَِمََو َباَتِكْلا َن

ْوُسُرْدَت ْمُتْنُك

“Tidak mungkin bagi seseorang yang telah diberi kitab oleh

َن

Allah, serta hikmah dan kenabian, kemudian dia berkata kepada manusia, “Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah Allah,” tetapi (dia berkata), “Jadilah kamu pengabdi-pengabdi Allah, karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya!””. (Q.S. Ali „Imran [3]:

79)

Dilihat dari penjelasan ayat tersebut Allah SWT menyebutkan bahwa seorang murabbî adalah orang yang mengajarkan kitab dan

25 M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah: Kesan, Pesan dan Keserasian Al-Qur`an Volume 11, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 61.

26 Hamka, Tafsir l-Azhar, (Singapura: Pustaka Nasional,1990), h. 5932.

27 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Prespektif Al-Qur`an, h. 113.

yang sebelumnya sudah mempelajarinya.28Di sini dapat kita ambil kesimpulan bahwa sebagai al-Murabbî, seorang guru adalah orang yang secara bertahap mengajarkan ilmu yang telah dia pelajari dan dapatkan sebelumnya kepada peserta didik menerima ilmu pengetahuan tersebut hingga mencapai tingkat pemahaman yang sempurna, sebagaimana orang tua yang mengajarkan anaknya dari hal terkecil hingga yang seharusnya dilakukan dengan disertai arahan dan pemeliharaan yang intensif.

Ketiga, istilah Ulû al-Albâb, kata Ulû al-Albâbdapat diartikan sebagai orang yang berakal. Sebagaimana firman Allah SWT.:

ُءاَشَي ْنَم َةَمْكِْلْا ِتِْؤُ ي ا َتْؤُ ي ْنَمَو ۗ

ْوُأ ْدََْ ف َةَمْكِْلْ

ْ يِثَك اًرْ يَخ َ ِتِ

اًر اَمَو ۗ

ِباَبْلَْلْا وُلوُأ ملَِّإ ُرمكمذَي

“Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki.

Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat.”.

(Q.S. al-Baqarah [2]: 269)

Yang dimaksud dengan Ulu al-Albâb dari ayat di atas adalah orang yang memahami petunjuk-petunjuk Allah SWT, merenungkan ketetapan-ketetapannya, serta melaksanakannya, itulah yang telah mendapat hikmah.29

Sebagai Ulû al-Albâb, maka seorang guru adalah “orang yang senantiasa menggunakan akalnya untuk memikirkan dan menganalisis berbagai ajaran yang berasal dari Tuhan, peristiwa

28 M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah: Kesan, Pesan dan Keserasian Al-Qur`an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 159.

29 M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah: Kesan, Pesan dan Keserasian Al-Qur`an, h. 705.

yang terjadi di sekitarnya untuk diambil makna dan ajaran yang terdapat di dalamnya.”30

Keempat, al-Mudarris, yaitu orang yang senantiasa melakukan kegiatan ilmiah seperti membaca, memahami, mempelajari, dan mendalami berbagai ajaran yang terdapat di dalam Al-Qur`an dan al-Sunnah sebagaimana telah Allah jelaskan dalam firmannya:

َذَكَو ْوَُْ يِلَو ِتاَي ْلْا ُفِّرَصُن َكِل ْوُل

ْوُمَلْعَ ي ٍمْوَِْل ُوَنِّ يَ بُنِلَو َتْسَرَد ا َن

“Dan demikianlah Kami menjelaskan berulang-ulang ayat- ayat Kami agar orang-orang musyrik mengatakan, “Engkau telah mempelajari ayat-ayat itu (dari Ahli Kitab),” dan agar Kami menjelaskan Al-Qur'an itu kepada orang-orang yang mengetahui.”. (Q.S. al-An‟am [6]: 105)

Menurut penjelasan ayat di atas, bahwa seorang guru yang digambarkan dengan kata mudarris adalah seorang guru yang

“berupaya mengajarkan dan membimbing para siswanya agar memiliki tradisi ilmiah yang kuat, sehingga menjadi seorang ilmuan yang cendekiawan yaitu orang yang selain memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam juga mau mengamalkan ilmunya itu bagi kepentingan umat manusia.”31

Berdasarkan petunjuk Al-Qur`an sebagaimana yang telah disebutkan, terdapat empat hal yang berkenaan dengan guru, pertama, seorang guru harus memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi, sehingga mampu menangkap pesan-pesan ajaran, hikmah, petunjuk dan rahmat dari segala ciptaan Tuhan, serta memiliki potensi bâthiniyyah yang kuat sehingga ia dapat mengarahkan hasil kerja dari

30 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Prespektif Al-Qur`an, h. 119.

31 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Prespektif Al-Qur`an, h. 125.

kecerdasannya yang diabadikan kepada tuhan. Kedua, seorang guru harus dapat mempergunakan kemampuan intelektual dan emosional spiritualnya untuk memberikan peringatan kepada manusia lainnya, sehingga manusia-manusia tersebut dapat beribadah kepada Allah.

Ketiga, seorang guru harus dapat membersihkan diri orang lain dari segala perbuatan dan akhlak yang tercela. Keempat, seorang guru harus berfungsi sebagai pemelihara, pembina, pengarah, pembimbing, dan pemberi bekal ilmu pengetahuan, pengalaman dan keterampilan kepada orang-orang yang memerlukannya.32

Dengan demikian, seorang guru mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Khususnya dalam proses belajar mengajar terhadap anak didik, selain sebagai pendidik guru juga diharapkan mampu menjadi informan (sumber informasi), organisator (pengelola kegiatan pembelajaran), motivator (pengembang minat belajar), inisiator (pencetus ide-ide), fasilitator (memberikan fasilitas sehingga menciptakan suasana belajar yang efektif), mediator (penyedia media atau penengah dalam kegiatan diskusi) dan sebagainya.

Dokumen terkait