• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI GURU PAI DALAM MENCERDASKAN EMOSIONAL ANAK DI PONDOK PESANTREN SIGHOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "STRATEGI GURU PAI DALAM MENCERDASKAN EMOSIONAL ANAK DI PONDOK PESANTREN SIGHOR"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

PUTRI DARUL QUR’AN TANGERANG

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh:

Hayatun Nufus NIM. 14311352

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA TAHUN 1439 H / 2018 M

(2)

PUTRI DARUL QUR’AN TANGERANG

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh:

Hayatun Nufus NIM. 14311352 Pembimbing:

Dr. KH. Ahmad Dimyathi Badruzzaman, MA JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA TAHUN 1439 H / 2018 M

(3)

xix

Nama Hayatun Nufus, Judul Skripsi “Strategi Guru PAI dalam Mencerdaskan Emosional Anak di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri Tangerang”. Prodi Pendidikan Agama Islam, tahun 2018.

Kecerdasan emosional sangat berperan penting dalam kesuksesan seseorang.

Agar kecerdasan emosional anak berkembang dengan baik maka diperlukan strategi yang tepat dalam proses pendidikan. Permasalahan yang sering kali dijumpai dalam pengajaran, khususnya pengajaran Agama Islam adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa secara baik agar diperoleh hasil yang efektif dan efisien serta dapat meningkatkan kecerdasan emosional anak. Selain itu juga sering didapati kurangnya perhatian guru agama terhadap variasi penggunaan metode mengajar dalam upaya peningkatan mutu secara baik. Oleh karena itu, sangat diperlukan adanya strategi guru PAI dalam mencerdaskan emosional anak. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana strategi guru PAI dalam proses belajar dan cara mengevaluasi strategi guru PAI di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri Tangerang dalam mencerdaskan emosional anak?. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut digunakan metode penelitian penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analisis. Dari hasil penelitian diperolehkesimpulan bahwa Strategi Guru PAI dalam Mencerdaskan Emosional Anak yaitu dengan menerapkan “Metode pembiasaan” yang dimulai dari guru terlebih dahulu, penyampaian langsung ke psikomotorik anak, seperti mempersiapkan rencana pembelajaran (i’dad tadris) sebelum mengajar, menggunakan media dan metode pembelajaran yang tepat sesuai kondisi kelas, pendekatan langsung, tanya jawab, dan pengkondisian anak pada awal pembelajaran.

Kata kunci: Strategi Guru PAI dan Kecerdasan Emosional

(4)

xii DAFTAR ISI

Persetujuan Pembimbing ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Pernyataan Penulis ... iii

Motto ... iv

Persembahan ... v

Kata Pengantar ... vi

Pedoman Transliterasi ... ix

Daftar Isi ... xii

Daftar Tabel . ... xvi

Daftar Lampiran . ... xviii

Abstraksi ... xix

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah . ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

(5)

xiii

G. Tinjauan Pustaka ... 9

H. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II. KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran ... 17

1. Pengertian Strategi Pembelajaran . ... 17

2. Strategi Dasar Pembelajaran ... 19

3. Metode Pembelajaran . ... 20

4. Komponen Strategi Pembelajaran ... 21

B. Guru Pendidikan Agama Islam ... 23

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 23

2. Pengertian Guru ... 24

3. Pengertian Guru PAI ... 29

C. Kecerdasan Emosional Anak . ... 31

1. Pengertian Kecerdasan Emosional ... 31

2. Emosi Dasar Manusia dalam Al-Qur`an ... 32

3. Cara Menstimulasi Kecerdasan Emosi ... 36

4. Ciri-ciri Kecerdasan Emosional . ... 37

5. Pengertian Anak . ... 39

6. Kecerdasan Emosional Anak ... 41

BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian . ... 43

C. Fokus Penelitian ... 44

D. Subjek dan Objek Penelitian ... 45

E. Sumber ... 45

F. Populasi dan Sampel . ... 46

(6)

xiv

G. Teknik Pengumpulan Data ... 47 H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 50

BAB IV. DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an

Sighor Putri Tangerang ... 53 1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Tahfizh Daarul

Qur`an Sighor Putri Tangerang ... 53 2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an

Sighor Putri Tangerang ... 54 3. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Tahfizh Daarul

Qur`an Sighor Putri Tangerang ... 55 4. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa . ... 57 5. Sistem Pembelajaran dan Kurikulum yang digunakan

Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri

Tangerang ... 60 B. Proses Pelaksanaan Pembelajaran PAI di Pondok Pesantren

Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri Tangerang ... 61 C. Analisis Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam

Mencerdaskan Emosional Anak di Pondok Pesantren

Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri Tangerang ... 64 1. Strategi Guru PAI dalam Mencerdaskan Emosional

Anak di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an

Sighor Putri Tangerang ... 64 2. Tingkat Keberhasilan Guru PAI dalam Meningkatkan

Kecerdasan Emosional Anak di Pondok Pesantren

Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri Tangerang ... 70

(7)

xv

3. Pengukuran Kecerdasan Emosional Anak di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri

Tangerang ... 73 BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 93 B. Saran ... 94 DAFTAR PUSTAKA ... 95 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(8)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Agama Islam (PAI) sangat penting dalam pembelajaran di sekolah karena di dalamnya tidak hanya mempelajari hubungan antar sesama manusia tapi juga membahas tentang hubungan manusia terhadap lingkungan dan manusia kepada Sang Pencipta. Pendidikan Agama Islam sudah menjadi satu mata pelajaran yang wajib ada dan diajarkan pada semua sekolah umum Negeri maupun sekolah swasta yang berbasis agama Islam.

Strategi pembelajaran merupakan suatu perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan dan langkah-langkah yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam sebuah lembaga sekolah sangat diperlukan strategi pembelajaran untuk setiap mata pelajaran, tidak terkecuali mata pelajaran PAI. Strategi pembelajaran PAI merupakan rangkaian kegiatan dan langkah-langkah pembelajaran PAI yang didesain sebagai upaya untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Pasal 3 No. 20 Tahun 2003 tentang fungsi dan tujuan pendidikan Nasional menyatakan bahwa

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Maha Esa, berakhlak Mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab.”1

1 Undang-undang RI No.20 tahun 2003.

(9)

Untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional tersebut, tenaga pendidik khususnya guru sangat memerlukan berbagai macam pengetahuan, keterampilan keguruan dan memiliki kemampuan yang memadai dalam arti sesuai dengan tuntutan zaman dan kemajuan teknologi. Strategi pembelajaran merupakan salah satu pengetahuan yang harus dikuasai seorang guru dalam merealisasikan pembelajaran yang tepat dalam mencapai tujuan pendidikan.

Dalam Islam, strategi pembelajaran sudah diajarkan Allah SWT lewat firman-Nya dalam Q.S. An-Nahl ayat 125.

ىَلِإ ُعْدا ْيِبَس

ِةَنَسَْلْا ِةَظِعْوَمْلاَو ِةَمْكِْلْاِب َكِّبَر ِل ِْتَّلاِب ْمُْلِْداَجَو ۖ

ُنَسْحَأ َيِه َّنِإ ۖ

َوُه َكَّبَر ْيِبَس ْنَع َّلَض ْنَِبِ ُمَلْعَأ

ِهِل ْيِدَتْهُمْلاِب ُمَلْعَأ َوُهَو ۖ )لحنلا ةروس(َن

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (Q.S.An-Nahl [16]: 125) Dalam ayat tersebut memberikan petunjuk bahwa dalam proses pembelajaran diperlukan adanya strategi pembelajaran sebagai keterampilan pendidik dalam memberikan pengajaran yang tepat dan membantu mempermudah guru dalam mengajarkan materi kepada peserta didik.

“Strategi mengajar juga tidak terlepas dari metode mengajar, karena merupakan kiat praktis yang dipakai guru untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu dengan metode mengajar tertentu pula seperti metode ceramah, metode ceramah plus dan sebagainya.”2

Strategi pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar mempunyai beberapa strategi dasar yang harus dilakukan seorang guru yaitu

2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 210-211.

(10)

mengidentifikasikan perubahan tingkah laku dan kepribadian peserta didik, memilih dan menetapkan prosedur, metode, teknik dan sistem pendekatan belajar mengajar serta menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan. Peran seorang guru juga sangat penting dalam realisasi perencanaan strategi dasar yaitu sebagai fasilitator, mediator dan mengarahkan gagasan dan ide-ide peserta didik. Strategi dasar ini bertujuan untuk mempermudah guru dalam proses Transfer of Knowladge dan menyampaikan berbagai informasi dalam pembelajaran.3

Dunia pendidikan dalam menghasilkan pembelajaran yang optimal masih berorientasi pada 9 kecerdasan salah satunya yaitu kecerdasan emosional (Emosional Quotient). Kecerdasan emosional adalah suatu keadaan yang bergejolak dalam individu. Jika emosi tidak dapat dikuasai atau melebihi batas, ia bisa menyebabkan hubungan individu dengan dunia luar terputus. Bentuk-bentuk reaksi emosional biasanya meliputi rasa takut, khawatir, marah, terkejut, gembira dan cemburu, kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengatur suasana hati, berempati serta kemampuan bekerja sama.

Kecerdasan emosi mencakup kemampuan-kemampuan yang berbeda, tetapi saling melengkapi, dengan kecerdasan akademik, yaitu kemampuan- kemampuan kognitif murni yang diukur dengan Intelligence Qoutient (IQ), meskipun IQ tinggi, tetapi bila kecerdasan emosional rendah tidak banyak membantu. Banyak orang cerdas, dalam arti terpelajar tetapi tidak

3Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 129.

(11)

mempunyai kecerdasan emosi, ternyata bekerja menjadi bawahan orang yang IQ-nya lebih rendah tetapi unggul dalam keterampilan kecerdasan emosi. 4

Kecerdasan emosional merupakan salah satu cara mengatasi permasalahan yang terjadi sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dan terlaksana dengan baik. Oleh karena itu kecerdasan emosional sangat penting dalam meningkatkan prestasi belajar dan kesuksesannya di masyarakat.

Individu dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan berhasil dalam kehidupan dan memiliki motivasi untuk berprestasi.

Permasalahan yang sering kali dijumpai dalam pengajaran, khususnya pengajaran Agama Islam adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa secara baik sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien. Di samping masalah lainnya yang juga sering didapati adalah kurangnya perhatian guru agama terhadap variasi penggunaan metode mengajar dalam upaya peningkatan mutu secara baik.5

Oleh karena itu, pemakaian metode harus sesuai dan selaras dengan karakteristik siswa, materi, kondisi lingkungan di mana pengajaran berlangsung. Bila ditinjau secara lebih teliti sebenarnya keunggulan suatu metode terletak pada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain; tujuan, karakteristik siswa, situasi dan kondisi, kemampuan dan pribadi guru, serta sarana dan prasarana yang digunakan.

Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri, Tangerang sederajat dengan Sekolah Dasar (SD) yang khusus untuk putri yang berada dalam naungan Yayasan PPPA Daarul Qur`an yang dibina oleh Ustad Yusuf

4 Agus Nggermanto, Quantum Quetion kecerdasan Quantum, (Bandung: Penerbit Nuansa, 2001), h. 106.

5 Baharuddin, Psikologi Pendidikan Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 75.

(12)

Mansur. Ditambah lagi dengan ke-khas-an Daarul Qur`an, bahwa setiap anak menjadi penghafal Al-Qur`an. Terdapat beberapa perbedaan Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri dengan SD lain, salah satunya pada mata pelajaran PAI. Mata pelajaran PAI yang ada di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri dalam kurikulum yang mencakup di antaranya; Tahfîzh al-Qur`ân, Tahsîn al-Qur`ân, metode ngaji yanbû’â, Akidah Akhlak, Sîrâh, Imla, Al-Qur`ân hadîts, do’a harian, Mahfûdzât dan Mufrâdât, sedangkan yang di luar PAI diantaranya; vocabulary, english, arabic, indonesia, science, civic education, sosial, math, art dan culture.

Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang

Strategi Guru PAI dalam Mencerdaskan Emosional Anak diPondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`anSighor Putri, Tangerang.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, memperolah beberapa identifikasi masalah, yaitu:

1. Pengaruh mata pelajaran PAI terhadap kecerdasan emosional 2. Hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa

3. Strategi pembelajaran emotional quetient (EQ) dalam proses pembelajaran

4. Strategi guru PAI dalam mencerdaskan emosional anak 5. Peranan guru PAI dalam mengembangkan kecerdasan siswa

6. Teknik evaluasi strategi guru PAI dalam mencerdaskan emosional anak

(13)

C. Pembatasan Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut penulis membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas. Hal ini dilakukan agar pembahasannya tidak terlalu luas kepada aspek-aspek yang jauh relevansi sehingga penelitian itu lebih fokus untuk dilakukan

Pembatasan masalahnya di ambil dari poin ke-4 dari identifikasi masalah yaitu strategi guru PAI dalam mencerdaskan emosional anak di Pondok Pesantren TahfizhDaarul Qur`anSighor Putri, Tangerang.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang disajikan pada latar belakang di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi guru PAI dalam proses belajar mengajar di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri, Tangerang?

2. Bagaimana mengevaluasi strategi guru PAI di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri, Tangerang dalam mencerdaskan emosional anak?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui strategi guru PAI dalam proses belajar mengajar di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri, Tangerang 2. Untuk mengevaluasi strategi guru PAI di Pondok Pesantren Tahfizh

Daarul Qur`an Sighor Putri, Tangerang dalam mencerdaskan emosional anak

(14)

F. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang penulis kemukakan di atas maka manfaat dari penelitian tersebut adalah:

1. Secara Teoritis

Manfaat teoritis menjelaskan bahwa hasil penelitian tersebut bermanfaat dalam memberikan sumbangan pemikiran atau memperkaya konsep-konsep dan teori-teori terhadap ilmu pengetahuan.

Adapun manfaat dan hasil penelitian ini secara teoritis dapat membantu para guru PAI dalam memperkaya wawasannya dalam melaksanakan tugasnya khususnya guru di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri, Tangerang agar dapat meningkatkan keterampilannya mengajar dalam mengembangkan kecerdasan emosional peserta didik serta meningkatkan prestasinya terutama dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam.

2. Secara praktis

Manfaat praktis menjelaskan bahwa hasil penelitian bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran dalam pemecahan masalah yang berhubungan dengan topik atau tema sentral dari suatu penelitian, untuk memperbaiki, meningkatkan suatu keadaan berdasarkan penelitian yang dilakukan.

Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan masalah strategi guru PAI dalam mengembangkan kecerdasan emosional peserta didik serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang meningkatkan keterampilan dan strategi yang tepat bagi guru agar kecerdasan emosional anak lebih berkembang.

Selanjutanya penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi penetapan metode dan model pengajaran yang tepat bagi pendidik dalam

(15)

meningkatkan perkembangan kecerdasan emosional anak dan kesuksesan anak dalam berprestasi.

Dan juga sebagai bahan evaluasi bagi lembaga pendidikan, khususnya di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri, Tangerang terhadap strategi pembelajaran PAI dalam mengembangankan kecerdasan emosional siswa dan meningkatkan prestasi belajar anak didik.

G. Tinjauan Pustaka

1. Latifatunnisak Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2013, menulis skripsi dengan judul “Pengembangan Kecerdasan emosional (EQ) dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri Godean”.

Dalam skripsi ini, objek yang diteliti adalah siswa kelas VIII MTsN Godean. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (Field Research) dan menggunakan metode kualitatif.

Sedangkan dalam pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.

Kesimpulan dalam skripsi ini adalah aspek kecerdasan emosional (EQ) yang dikembangkan dalam pembelajaran Pendidikan Agam Islam (PAI) siswa kelas VIII MTsN Godean adalah empati, sikap hormat, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengelola emosi, kemampuan menyelesaikan masalah antar pribadi, kemarahan motivasi, kemandirian, ketekunan dan kemampuan menyesuaikan diri.

Sedangkan metode yang digunakan guru PAI dalam mengembangkan kecerdasan siswa adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, pemberian tugas, disiplin dan tepat waktu, membaca do’a sebelum belajar dan tadarus Al-Qur`an.

(16)

Persamaan dari judul skripsi Latifatunnisak dengan penulis adalah membahas tentang kecerdasan emosional anak. Perbedaannya yaitu pada skripsi Latifatunnisak dengan penulis yaitu berbedanya objek penelitian, dalam skripsi Latifatunnisak objek penelitiannya pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Godean, sedangkan penulis akan mengambil objek penelitian di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri, Tangerang

2. Siti Aminah Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1435 H/2014 M, menulis skripsi dengan judul “Peningkatan Kecerdasan emosional (EQ) Siswa Melalui Metode Video Critic Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam”. Studi kasus siswa kelas VII di SMPI At-Taqwa Pamulang Kota Pamulang Selatan Tahun Ajaran 2013/2014.

Dalam skripsi ini objek yang diteliti adalah siswa kelas VII SMP Islam At-Taqwa Pamulang Kota Pamulang Selatan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas atau Classroom Research (CAR) yang terdiri dari 2 siklus. Metode penelitiannya adalah dengan menggunakan metode kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru kelas dan peneliti. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah angket, observasi dan wawancara.

Presentasi siswa pada siklus I yaitu 64,76%, dan setelah dilakukan perbaikan pada siklus II rata-rata presentasi siswa yaitu 75,59%. Selain itu peningkatan juga terlihat dari hasil angket setelah penggunaan metode video critic pada siklus I yaitu 64,84% dan siklus II yaitu 73,33%. Secara keseluruhan penelitian ini berhasil

(17)

membuktikan bahwa kecerdasan emosional (EQ) dapat ditingkatkan menggunakan metode video critic dalam pembelajaran SKI.

Persamaan dari judul skripsi Siti Aminah dengan penulis adalah membahas tentang kecerdasan emosional anak. Perbedaannya yaitu pada skripsi Siti Aminah dengan penulis yaitu dalam skripsi Siti Aminah menjelaskan tentang metode kritik pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam, sedangkan penulis akan menjelaskan tentang strategi pembelajaran PAI yang ada di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri, Tangerang.

3. Miftahudin Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto tahun 2016, menulis skripsi dengan judul Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri Pekuncen Banyumas.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Sedang proses pengumpulan data di lakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Subjek dari penelitian ini yaitu guru PAI, siswa dan kepala sekolah SMP N 2 Pekuncen.

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa penerapan strategi pembelajaran di SMP Negeri 2 Pekuncen Banyumas tidak hanya menggunakan satu strategi saja dalam proses pembelajarannya, melainkan menggunakan kombinasi dari berbagai metode diantaranya;

strategi pembelajaran ekspositori, strategi pembelajaran kontekstual, strategi pembelajaran aktif jenis peer lesson, strategi pembelajaran aktif jenis Modelling The Way, strategi pembelajaran aktif jenis information search dan strategi pembelajaran jenis Roll Playing.

(18)

Penerapan strategi pembelajaran di SMP N 2 Pekuncen secara umum sudah sesuai dengan teori strategi pembelajaran. Namun sebagai upaya penyesuaian agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dilakukan inovasi sebagai pengembangan dari strategi pembelajaran yang ada.

Persamaan dari judul skripsi Miftahudin dengan penulis adalah membahas tentang strategi pembelajaran PAI. Perbedaannya yaitu pada skripsi Miftahudin dengan penulis yaitu berbedanya objek penelitian, dalam skripsi Miftahudin objek penelitiannya pada SMP Negeri Pekuncen Banyumas, sedangkan penulis akan mengambil objek penelitian di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri, Tangerang.

4. Zizwatul Amriyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta (IIQ Jakarta) Tahun 1438 H/2017 M, menulis skripsi dengan judul “Strategi Pembelajaran Spiritual Quetient (SQ)” studi kasus di SMA Islam Al-Azhar 5 Cirebon.

Kecerdasan spiritual sangat berperan penting dalam kehidupan karena keberadaan kecerdasan spiritual ini akan menumbuhkan sikap- sikap yang positif. Apabila kecerdasan spiritual sudah terbentuk maka timbullah keselarasan antara manusia sebagai makhluk dengan Khaliqnya, antara manusia dengan manusia lainnya sebagai makhluk sosial dan bahkan manusia dengan alam.

SMA Islam Al-Azhar 5 Cirebon mempunyai latar belakang nilai keislaman yang kuat, dan fokus mengembangkan tiga kecerdasan salah satunya yaitu Spiritual Quetient (SQ) yang memfokus dalam hal akidah, ibadah dan akhlak.

(19)

Penelitian dilaksanakan dari tanggal 25 April-29 mei 2017.

Objek yang diteliti siswa-siswi SMA Islam Al-Azhar 5 Cirebon. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus dengan menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi dokumentasi dan kuesioner/angket.

Dari analisa penelitian ini penulis mengambil kesimpulan bahwa standar proses pendidikan yang diselenggarakan di SMA Islam Al-Azhar 5 Cirebon sesuai dengan Peraturan Pemerintah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016. Kemudian tujuan pendidikan di SMA Islam Al-Azhar 5 Cirebon sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional seperti yang tertera dalam UUD Nomor 20 Tahun 2003 yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Semua mata pelajaran yang ada di SMA Islam Al-Azhar 5 Cirebon dilengkapi dengan nilai-nilai Al-Qur`an. Guna mencapai misi sekolah yaitu mewujudkan lembaga pendidikan yang bernuansa IMTAQ dan IPTEK, menjadikan lembaga yang unggul, mengembangkan syiar Islam antara sekolah dengan orangtua dan masyarakat. Dalam kegiatan pembelajarannya menggunakan pendidikan yang mengembangkan kecerdasan, penjelasan di atas merupakan strategi yang tidak berdiri sendiri saling melengkapi sehingga menjadi strategi yang terpadu (integrated).

Persamaan dari judul skripsi Zizwatul Amriyah dengan penulis adalah membahas tentang strategi pembelajaran. Perbedaannya yaitu

(20)

pada skripsi Zizwatul Amriyah dengan penulis yaitu berbedanya objek penelitian, dalam skripsi Zizwatul Amriyah objek penelitiannya pada SMA Islam Al-Azhar 5 Cirebon, sedangkan penulis akan mengambil objek penelitian di Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Qur`an Sighor Putri, Tangerang.

5. Abiila Zainatul Millah Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta (IIQ Jakarta) Tahun 1438 H/2017 M, menulis skripsi dengan judul “Pengaruh Keistiqamahan Pelaksanaan Salat Tahajud Terhadap Kecerdasan emosional (EQ)”

studi kasus siswa SMP An-naja Islamic Boarding School, Cipeundeuy, Bandung Barat.

Dalam skripsi ini objek yang diteliti adalah siswa SMP Islamic Boarding School, Cipeundeuy, Bandung Barat. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini terdapat 2 variabel, pertama yaitu variabel keistiqomahan salat tahajjud (variabel X) dan kedua yaitu variabel kecerdasan emosional (EQ) (variabel Y). Populasi yang diteliti adalah siswa-siswi SMP Islamic Boarding School sebanyak 136 siswa dan sampel yang diambil adalah 25% dari populasi yaitu 34 siswa. Peneliti menggunakan sampel random (random sampling) yaitu pengambilan sampel secara acak dari dua kelas. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi dokumentasi dan kuesioner/angket.

Berdasarkan dari hasil analisis, menghasilkan nilai rxy 0,639 lebih besar daripada rtabel pada taraf signifikan 5% yaitu 0,325 dan 1%

yaitu 0,418 maka Hipotesis Alternatif (Ha) diterima sedangkan Hipotesis Nihil (Ho) ditolak. Kesimpulannya yaitu terdapat pengaruh

(21)

positif yang signifikan antara veriabel X (keistiqomahan salat tahajjud) terhadap variabel Y (kecerdasan emosional (EQ)). Semakin keistiqomahan salat tahajjud dilaksanakan tanpa terputus setiap harinya maka akan meningkatkan kecerdasan emosional (EQ) seseorang, siapapun dan dengan berbagai profesi apapun.

Persamaan dari judul skripsi Abiila Zainatul Millah dengan penulis adalah membahas tentang kecerdasan emosional anak.

Perbedaannya yaitu pada skripsi Abiila Zainatul Millah dengan penulis yaitu berbedanya pembahasan yang diteliti, pada skripsi Abiila Zainatul Millah membahas tentang pengaruh keistiqomahan salat tahajjud terhadap kecerdasan emosional, sedangkan penulis akan membahas tentang strategi guru PAI dalam mencerdaskan emosional anak.

H. Sistematika Penulisan

Penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi yang diterbitkan oleh Insitut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta revisi tahun 2017. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, bab ini mencakup pembahasan mengenai, Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

BAB II Kajian Teori, bab ini mencakup landasan teoritis yang mendukung yaitu meliputi pengertian strategi pembelajaran, strategi dasar pembelajaran, metode pembelajaran, komponen strategi pembelajaran, pengertian Pendidikan Agama Islam, pengertian guru, pengertian kecerdasan emosional, emosi dasar manusia dalam Al-Qur`an, cara menstimulasi kecerdasan emosi, ciri-ciri

(22)

kecerdasan emosional, pengertian anak dan kecerdasan emosional anak.

BAB III Metode Penelitian, bab ini meliputi pembahasan mengenai jenis penelitian, subjek, tempat dan waktu penelitian, serta desain prosedur penelitian (metode penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data)

BAB IV Hasil Penelitian, bab ini meliputi pembahasan yang mencakup gambaran umum objek penelitian, deskripsi data dan analisa data serta interpretasi data.

BAB V Penutup, bab ini membahas tentang penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

(23)

17 A. Strategi Pembelajaran

1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Dalam proses pendidikan, diperlukan perhitungan tentang kondisi dan situasi di mana proses tersebut berlangsung dalam jangka waktu panjang. Dengan perhitungan tersebut tujuan yang hendak dicapai menjadi terarah karena segala sesuatunya direncanakan secara matang.

Strategi biasanya berkaitan dengan taktik (terutama banyak dikenal dalam lingkungan militer). Taktik adalah segala cara dan daya untuk menghadapi sasaran tertentu dalam kondisi tertentu agar memperoleh hasil yang diharapkan secara maksimal. Dalam pendidikan dipergunakan istilah metode atau teknik.1

Strategi pada intinya adalah langkah-langkah yang terencana dan bermakna luas dan mendalam serta berdampak jauh ke depan dalam menggerakkan seseorang agar kemampuan dan kemauannya sendiri dapat melakukan kegiatan yang berhubungan dengan belajar.2

Menurut Muhibbin Syah, strategi mengajar (teaching strategy) didefinisikan sebagai “sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.”3 Sebagai contoh, untuk memperoleh perhatian siswa yang sedang

1 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam:Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), h. 39.

2 Abuddin Nata, Prespektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2014), h. 209.

3 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: dengan Pendekatan Baru,(Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2010) h. 211.

(24)

mengikuti uraian pelajaran secara lisan (metode ceramah) guru dapat melakukan peragaan.

Strategi dalam pembelajaran adalah suatu prosedur yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.4

Strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.5

Kemp menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat di atas, Dick dan Carey juga menyebutan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.6

Dalam dunia pendidikan, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah prosedur dan langkah-langkah terencana yang harus dilaksanakan oleh guru yang meliputi kegiatan pembelajaran, pengorganisasian materi pelajaran,

4 Winarno, Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 73.

5 Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik, (Jakarta: Prenada Media Group, 2013), h. 209.

6 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 126.

(25)

metodepembelajaran dan lain sebagainya yang bertujuan agar mengarahkan pembelajaran siswa menjadi terarah dan tersusun hingga dapat terlaksana secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran tertentu.

2. Strategi Dasar Pembelajaran

Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut:

a. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.

b. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.

c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.

d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balikbuat sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.7

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran mempunyai strategi dasar yang menjadi pokok masalah yang sangat penting yang dapat dijadikan pedoman dalam

7 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2010), h. 5-6.

(26)

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sehingga memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan.

3. Metode Pembelajaran

Metode adalah suatu upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.8 Dengan demikian, dalam satu strategi pembelajaran bisa menggunakan beberapa metode.

Ada beberapa metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran.

a. Metode Ceramah

Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.9

b. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan.10

c. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua arah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan

8 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, h. 124.

9 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, h. 145.

10 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, h. 150.

(27)

siswa. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru dan siswa.11

d. Metode Diskusi

Metode diskusi pada dasarnya adalah bertukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih cermat tentang permasalahan atau topik yang sedang dibahas.12

e. Metode Pemberian Tugas

Metode ini dapat dilakukan dalam bentuk tugas/kegiatan individual maupun kerja kelompok seperti mengerjakan soal-soal, mengumpulkan kliping, dan sebagainya, dan dapat merupakan unsur penting dalam pendekatan pemecahan masalah (Problem Solving).13

4. Komponen Strategi Pembelajaran

Berdasarkan pengalaman dan uji coba para ahli, terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan dalam menetapkan strategi pembelajaran. Di antaranya yaitu; penetapan perubahan yang diharapkan, penetapan pendekatan, penetapan metode dan penetapan norma keberhasilan.

Yang dimaksud dengan penetapan perubahan yang diharapkan yaitu meliputi perubahan pada peserta didik baik dari aspek wawasan, pemahaman, keterampilan, sikap dan lain sebagainya.

11 R. Ibrahim dan Nana Syaodih S., Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 106.

12 R. Ibrahim dan Nana Syaodih S., Perencanaan Pembelajaran, h. 106.

13 R. Ibrahim dan Nana Syaodih S., Perencanaan Pembelajaran, h. 107.

(28)

Sedangkan penetapan pendekatan yaitu berkaitan dengan cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran.

Penetapan metode sangat penting dalam mendukung kegiatan belajar mengajar. Penggunaan metode tersebut selain harus mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai, juga harus memperhatikan bahan pelajaran yang akan diberikan kondisi anak didik, lingkungan dan kemampuan dari guru itu sendiri.14

Selain penetapan metode, menetapkan norma keberhasilan juga merupakan hal penting dalam kegiatan pembelajaran.

Seseorang anak didik dapat dikategorikan sebagai anak yang berhasil, dapat dilihat dari berbagai segi, seperti dari keaktifannya dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas, tingkah laku sehari-hari di sekolah, hasil ulangan, hubungan sosial, kepemimpinan, prestasi olahraga, keterampilan, ketekunan dalam beribadah, akhlak dan kepribadiannya dan lain sebagainya.15

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulakn bahwa strategi pembelajaran punya komponen-komponen yang penting dan harus dilaksanakan untuk menggerakkan peserta didik agar mau melakukan kegiatan belajar mengajar dengan kemauan dan kemampuannya sendiri, sehingga memudahkan proses terlaksananya kegiatan pembelajaran.

14 Abuddin Nata, Prespektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, h. 210-214.

15 Abuddin Nata, Prespektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, h. 215.

(29)

B. Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.16

Secara etimologi pendidikan berasal dari kata at-Tarbiyah yang berarti pendidikan, pengasuhan, dan sebagainya. Pendidikan at-Tarbiyah merupakan “upaya yang mempersiapkan individu untuk kehidupan yang lebih sempurna etika, sistematis dalam berpikir, memiliki kemajuan intuisi, giat dalam berkreasi, memiliki toleransi kepada yang lain, berkompetensi dalam mengungkap bahasa lisan dan tulisan, serta memiliki beberapa keterampilan.”17

Jadi, pendidikan agama Islam adalah upaya atau proses secara sadar dalam transfer of knowlagde and value yaitu disiplin ilmu yang mengajarkan tidak hanya ilmu pengetahuan saja, akan tetapi juga mengajarkan nilai serta pembentukan perilaku atau sikap seorang siswa berdasarkan ajaran agama Islam dari Allah SWT dan Rasul-Nya sehingga mencapai tidak hanya tujuan pendidikan akan tetapi disertai dengan mencapai ridhâ Allah SWT dan Rasul-Nya.

16 Undang-undang RI No.20 tahun 2003.

17 Ramayulis, Ilmu Pendidika Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2008), h. 16.

(30)

2. Pengertian Guru

Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan keilmuan yangdimilikinya, dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas18

Pendidik adalah tokoh masyarakat dan mereka yang memfungsikan dirinya untuk mendidik. Siapa saja yang dapat menjadi pendidik dan melakukan upaya untuk mendidik secara formal maupun nonformal. Para pendidik dikenal dengan sebutan guru atau ustâdz pada sekolah agama.19

Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya.20

Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang memenuhi standar mutu atau norma etik tertentu.21

Kata guru berasal dari bahasa Indonesia yang berarti orang yang mengajar. Dalam bahasa Inggris, dijumpai kata teacher yang berarti pengajar. Selain itu terdapat kata tutor yang berarti guru

18 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, h. 112.

19 Tatang S, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012) h. 54.

20 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007) h.

42.

21 Sudarwan Danim, Propesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung:Alfabeta, 2013), h. 17.

(31)

pribadi yang mengajar di rumah, mengajar ekstra, mengajar les tambahan pelajaran.22 Sedangkan dalam bahasa Arab istilah yang mengacu kepada pengertian guru yang lebih banyak lagi seperti al-

„Âlim (jamaknya „ulamâ) atau al-Mu‟allim yang berarti orang yang mengetahui atau banyak digunakan para ulamâ/ahli pendidikan untuk menunjukkan pada hati guru.23

Selanjutnya jika melihat pada Al-Qur`an dan al-Sunnah, dijumpai pula istilah yang merujuk kepada pengertian guru atau orang yang berilmu lebih banyak lagi. Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan guru, diantaranya:

Pertama, istilah ulamâ, merupakan bentuk jamak dari kata al-

„Âlim yang menunjukkan pada seseorang yang memiliki pengetahuan di atas rata-rata kemampuan yang dimiliki orang lain.

Dalam Al-Qur`an disebutkan:

...

ُءاَمَلُعْلا ِهِداَبِع ْنِم َومللا ىَشَْيَ اَمنَِّإ ۗ ْ يِزَع َومللا منِإ ۗ

ْوُفَغ ٌز ٌر.

“.... Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun.”. (Q.S. Fâtir [35]: 28)

Menurut potongan ayat menjelaskan bahwa “seorang „ulamâ adalah seorang yang mempunyai pengetahuan ilmu agama dan ilmu kealaman yang dengan pengetahuannya tersebut memiliki rasa takut dan tunduk kepada Allah SWT.”24

Banyak pakar agama-seperti Ibn Asyur dan Thabathaba‟i- memahami kata ulama adalah mendalami ilmu agama. Thabathaba‟i menulis bahwa mereka itu adalah yang mengenal Allah SWT.

22 John M Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1982), h. 581.

23 M. Asy‟ari, Konsep Pendidikan Islam, (Ciputat: Rabbani Press, 2011), h. 92-93.

24 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Prespektif Al-Qur`an, h. 104.

(32)

dengan nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan-perbuatan-Nya, pengenalan yang bersifat sempurna sehingga hati mereka menjadi tenang dan keraguan serta kegelisahan menjadi sirna, dan tampak pula dampaknya dalam kegiatan mereka sehingga amal mereka membenarkan ucapan mereka.25

Dalam kitab Tafsir Al-Azhar, prof. Dr. Hamka menjelaskan bahwa ûlama bukan hanya sekedar orang yang tau hukum-hukum agama secara terbatas, akan tetapi siapapun yang memiliki pengetahuan dan apapun pengetahuan itu maka ia dapat dinamai âlim.26

Kedua, istilah al-Murabbî, seorang murabbi adalah “orang yang mengembangkan sesuatu setahap demi setahap hingga mencapai tingkat kesempurnaan”27

Allah berfirman:

مُث َةموُ بُّنلاَو َمْكُْلْاَو َباَتِكْلا ُومللا ُوَيِتْؤُ ي ْنَأ ٍرَشَبِل َناَك اَم ْوَُْ ي

ْوُك ِسامنلِل َل ْوُ ن

ا

ِْل اًداَبِع ْوُد ْنِم

َلَو ِومللا ِن ْوُك ْنِك

ْوُ ن َْيِّ يِنامبَر ا ْوُمِّلَعُ ت ْمُتْنُك اَِمَ

اَِمََو َباَتِكْلا َن

ْوُسُرْدَت ْمُتْنُك

“Tidak mungkin bagi seseorang yang telah diberi kitab oleh

َن

Allah, serta hikmah dan kenabian, kemudian dia berkata kepada manusia, “Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah Allah,” tetapi (dia berkata), “Jadilah kamu pengabdi-pengabdi Allah, karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya!””. (Q.S. Ali „Imran [3]:

79)

Dilihat dari penjelasan ayat tersebut Allah SWT menyebutkan bahwa seorang murabbî adalah orang yang mengajarkan kitab dan

25 M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah: Kesan, Pesan dan Keserasian Al-Qur`an Volume 11, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 61.

26 Hamka, Tafsir l-Azhar, (Singapura: Pustaka Nasional,1990), h. 5932.

27 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Prespektif Al-Qur`an, h. 113.

(33)

yang sebelumnya sudah mempelajarinya.28Di sini dapat kita ambil kesimpulan bahwa sebagai al-Murabbî, seorang guru adalah orang yang secara bertahap mengajarkan ilmu yang telah dia pelajari dan dapatkan sebelumnya kepada peserta didik menerima ilmu pengetahuan tersebut hingga mencapai tingkat pemahaman yang sempurna, sebagaimana orang tua yang mengajarkan anaknya dari hal terkecil hingga yang seharusnya dilakukan dengan disertai arahan dan pemeliharaan yang intensif.

Ketiga, istilah Ulû al-Albâb, kata Ulû al-Albâbdapat diartikan sebagai orang yang berakal. Sebagaimana firman Allah SWT.:

ُءاَشَي ْنَم َةَمْكِْلْا ِتِْؤُ ي ا َتْؤُ ي ْنَمَو ۗ

ْوُأ ْدََْ ف َةَمْكِْلْ

ْ يِثَك اًرْ يَخ َ ِتِ

اًر اَمَو ۗ

ِباَبْلَْلْا وُلوُأ ملَِّإ ُرمكمذَي

“Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki.

Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat.”.

(Q.S. al-Baqarah [2]: 269)

Yang dimaksud dengan Ulu al-Albâb dari ayat di atas adalah orang yang memahami petunjuk-petunjuk Allah SWT, merenungkan ketetapan-ketetapannya, serta melaksanakannya, itulah yang telah mendapat hikmah.29

Sebagai Ulû al-Albâb, maka seorang guru adalah “orang yang senantiasa menggunakan akalnya untuk memikirkan dan menganalisis berbagai ajaran yang berasal dari Tuhan, peristiwa

28 M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah: Kesan, Pesan dan Keserasian Al-Qur`an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 159.

29 M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah: Kesan, Pesan dan Keserasian Al-Qur`an, h. 705.

(34)

yang terjadi di sekitarnya untuk diambil makna dan ajaran yang terdapat di dalamnya.”30

Keempat, al-Mudarris, yaitu orang yang senantiasa melakukan kegiatan ilmiah seperti membaca, memahami, mempelajari, dan mendalami berbagai ajaran yang terdapat di dalam Al-Qur`an dan al-Sunnah sebagaimana telah Allah jelaskan dalam firmannya:

َذَكَو ْوَُْ يِلَو ِتاَي ْلْا ُفِّرَصُن َكِل ْوُل

ْوُمَلْعَ ي ٍمْوَِْل ُوَنِّ يَ بُنِلَو َتْسَرَد ا َن

“Dan demikianlah Kami menjelaskan berulang-ulang ayat- ayat Kami agar orang-orang musyrik mengatakan, “Engkau telah mempelajari ayat-ayat itu (dari Ahli Kitab),” dan agar Kami menjelaskan Al-Qur'an itu kepada orang-orang yang mengetahui.”. (Q.S. al-An‟am [6]: 105)

Menurut penjelasan ayat di atas, bahwa seorang guru yang digambarkan dengan kata mudarris adalah seorang guru yang

“berupaya mengajarkan dan membimbing para siswanya agar memiliki tradisi ilmiah yang kuat, sehingga menjadi seorang ilmuan yang cendekiawan yaitu orang yang selain memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam juga mau mengamalkan ilmunya itu bagi kepentingan umat manusia.”31

Berdasarkan petunjuk Al-Qur`an sebagaimana yang telah disebutkan, terdapat empat hal yang berkenaan dengan guru, pertama, seorang guru harus memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi, sehingga mampu menangkap pesan-pesan ajaran, hikmah, petunjuk dan rahmat dari segala ciptaan Tuhan, serta memiliki potensi bâthiniyyah yang kuat sehingga ia dapat mengarahkan hasil kerja dari

30 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Prespektif Al-Qur`an, h. 119.

31 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Prespektif Al-Qur`an, h. 125.

(35)

kecerdasannya yang diabadikan kepada tuhan. Kedua, seorang guru harus dapat mempergunakan kemampuan intelektual dan emosional spiritualnya untuk memberikan peringatan kepada manusia lainnya, sehingga manusia-manusia tersebut dapat beribadah kepada Allah.

Ketiga, seorang guru harus dapat membersihkan diri orang lain dari segala perbuatan dan akhlak yang tercela. Keempat, seorang guru harus berfungsi sebagai pemelihara, pembina, pengarah, pembimbing, dan pemberi bekal ilmu pengetahuan, pengalaman dan keterampilan kepada orang-orang yang memerlukannya.32

Dengan demikian, seorang guru mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Khususnya dalam proses belajar mengajar terhadap anak didik, selain sebagai pendidik guru juga diharapkan mampu menjadi informan (sumber informasi), organisator (pengelola kegiatan pembelajaran), motivator (pengembang minat belajar), inisiator (pencetus ide-ide), fasilitator (memberikan fasilitas sehingga menciptakan suasana belajar yang efektif), mediator (penyedia media atau penengah dalam kegiatan diskusi) dan sebagainya.

3. Pengertian Guru PAI

Setiap lembaga pendidikan memerlukan guru bidang agama dalam membina keagamaan para siswa. Maka guru PAI adalah guru yang mengajarkan ilmu pengetahuan agama di sekolah Islam.

Guru PAI merupakan seorang guru yang tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan saja, akan tetapi juga mencakup pembinaan beragama pada siswa agar berakhlak karimah dan menjadi insan kamil. Sebagaimana Rasulullah Saw. diutus sebagai seorang guru agama untuk mentransfer ilmu pengetahuan agama dan

32 M. Asy‟ari, Konsep Pendidikan Islam, h. 100.

(36)

menyempurnakan akhlak kaum muslimin dan membentuk watak para sahabat melalui materi ajar yang disampaikannya dalam pembinaan akhlak yang dilakukan secara terus menerus dalam setiap aspeknya.

Guru PAI memiliki program terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam serta diikuti tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.33

Menurut Prof. H. M. Arifin, M. Ed, guru PAI mempunyai usaha sebagai orang dewasa muslim yang betakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.34

Dari beberapa uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa guru PAI adalah seorang guru yang mengajarkan ilmu pengetahuan agama islam serta membina akhlak dan perilaku peserta didik agar kemampuan peserta didik dalam mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam menjadi tumbuh berkembang secara maksimal.

Pada penelitian ini, Guru PAI yang dimaksud adalah semua guru yang mengajar dalam bidang Agama, guru tahsîn serta guru Tahfîzh.

33 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan Pemikiran dan

Kepribadian Muslim, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 6.

34M. Arifin. Pendidikan Agama Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, hal. 22.

(37)

C. Kecerdasan Emosional Anak

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Emosi (perasaan) adalah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungannya dengan peristiwa mengenal dan bersifat subjektif.35

Emosi adalah perasaan yang terefleksikan dalam bentuk perbuatan atau tindakan nyata kepada orang lain atau pada diri sendiri untuk menyatakan suasana batin atau jiwanya. Emosi seseorang akan tercermin dalam segala tindakan dan perilakunya yang terwujud dalam perkataan dan perbuatan serta sikap yang ditunjukkannya.36

Kecerdasan adalah keterampilan atau kemampuan seseorang.

Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali, mengolah dan mengontrol emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan dengan orang lainagar anak mampu merespon secara positif setiap kondisi yang merangsang munculnya emosi-emosi ini.

Di dalam Islam, hal-hal yang berhubungan dengan kecakapan emosional seperti konsisten (istiqâmah), kerendahan hati (tawaddu‟), berusaha dan berserah diri (tawakkal), ketulusan (keikhlasan), totalitas (kâffah), keseimbangan (tawâzun), integritas dan penyempurnaan (ihsân), dinamakan dengan al-akhlâq al- karîmah.37

35 Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Teraju Mizan, 2004), h. 149.

36 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2013), h. 75.

37 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h. 104.

(38)

2. Emosi Dasar Manusia dalam Al-Qur`an

Ekspresi emosi manusia telah diidentifikasi oleh para pakar psikologi ke dalam emosi dasar dan emosi campuran. Emosi dasar manusia di dalam Al-Qur`an meliputi emosi senang, marah, sedih, takut, benci, heran dan kaget.

a. Emosi Senang

Emosi senang/bahagia umumnya didefinisikan sebagai segala sesuatu yang membuat kesenangan dalam hidup. Seperti dijelaskan dalam Q.S. Al-Muthaffifin [83]: 22-24 yaitu:

ْيِفَل َراَرْ بَْلْا منِإ ْيِعَن

ْوُرُظْنَ ي ِكِئاَرَْلْا ىَلَع * ٍم ْوُجُو ِفِ ُفِرْعَ ت * َن

ْمِهِى

لا َةَرْضَن ْيِعمن ِم

22. Sesungguhnya orang-orang yang berbakti benar-benar berada dalam (surga yang penuh)kenikmatan.

23. Mereka (duduk) di atas dipan-dipan melepaskan pandangan.

24. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup yang penuh kenikmatan.(Q.S. al-Muthaffifin [83]: 22-24)

Emosi senang dengan intensitas tinggi dan terekspresikan melalui perubahan raut muka sangatlah mudah dikenali. Ayat di atas dengan jelas menyatakan: “Kamu bisa mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup mereka yang penuh kenikmatan”.38

38 Darwin Hude, EMOSI Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia di dalam Al-Qur`an, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 140.

(39)

b. Emosi Marah

Marah adalah emosi yang paling populer dalam percakapan sehari-hari, bahkan kerap dinamai „emosi‟ dalam arti peyorative39. Dalam firman Allah SWT disebutkan:

ْمُتْ نَأ اَى ْوُأ

ِء َلَّ

ْوُّ بُِتُ

ْوُّ بُِيُ َلََّو ْمُهَ ن ُكَن

ْوُ نِمْؤُ تَو ْم ِوِّلُك ِباَتِكْلاِب َن

اَذِإَو ۗ

ْوَُْل ْوُلاَق ْمُك ْوُّضَع اْوَلَخ اَذِإَو امنَمآ ا

ِظْيَغْلا َنِم َلِماَنَْلْا ُمُكْيَلَع ا ْوُم ْلُق ۗ

اوُت

ْمُكِظْيَغِب ْيِلَع َومللا منِإ ۗ

ْوُدُّصلا ِتاَذِب ٌم ِر.

“Beginilah kamu! kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukaimu, dan kamu beriman kepada semua kitab. Apabila mereka berjumpa kamu, mereka berkata, "Kami beriman", dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari karena marah dan benci kepadamu. Katakanlah,

"Matilah kamu karena kemarahanmu itu". Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala isi hati.”(Q.S. Ali „Imron [3]: 119) Dari ayat di atas menjelaskan ekspresi marah dalam bentuk tindakan. Ketika orang-orang Munafik itu bertemu dengan kaum Muslim, mereka menyatakan keimanannya. Tapi ketika dalam posisi tidak berhadap-hadapan, mereka menggigit jari-jemarinya sebagai bentuk pelampiasan kemarahan dan kebencian yang teramat kuat. Di sini ditunjukkan bagaimana ekspresi marah ditunda untuk sementara waktu sampai keadaan dirasa aman.40

c. Emosi Sedih

Selain diliputi perasaan senang dan marah, manusia juga dirundung kesedihan. Banyak hal yang membuat orang bersedih:

39 Menurut KBBI adalah peyorasi, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan sebuah ungkapan menggambarkan sesuatu yang lebih tidak enak, tidak baik, dan sebagainya.

40 Darwin Hude, EMOSI Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia di dalam Al-Qur`an, h. 169.

(40)

kegagalan, kesulitan, kecelakaan, kematian, dan sebagainya41. Allah SWT berfirman:

َو ِْيَْْلْا ِءاَعُد ْنِم ُناَسْنِْلْا ُمَأْسَي َلَّ

ْوُ ئَيَ ف ُّرمشلا ُومسَم ْنِإ ْوُ نَ ق ٌس

ٌط

“Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika ditimpa malapetaka,mereka berputus asa dan hilang harapannya.”(Q.S. Fushilat [41]: 49)

d. Emosi Takut

Emosi takut merupakan salah satu emosi yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena berperan penting dalam mempertahankan diri dari segala persoalan yang bisa mengancam kehidupan. Rasa takut akan mendorong kita untuk mengambil tindakan yang perlu untuk menghindari bahaya yang mengancam kelangsungan hidup.42 Firman Allah SWT:

ْوُْلْاَو ِفْوَْلْا َنِم ٍءْيَشِب ْمُكمنَوُلْ بَنَلَو ِسُفْ نَْلْاَو ِلاَوْمَْلْا َنِم ٍصَْْ نَو ِع

ِتاَرَممثلاَو ْيِرِبامصلا ِرِّشَبَو ۗ

“Dan Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan,

َن

kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”(Q.S. al-Baqarah [2]: 155)

e. Emosi Benci

Emosi benci dapat muncul karena berbagai hal tergantung pada subjek yang memandangnya. Semakin destruktif43 sesuatu dipersepsikan, semakin dalam pula intensitas44 emosi kebencian yang dicuatkan. Suatu stimulus yang dinilai baik oleh seseorang,

41 Darwin Hude, EMOSI Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia di dalam Al-Qur`an, h. 179-180.

42 Darwin Hude, EMOSI Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia di dalam Al-Qur`an, h. 192.

43 Bersifat destruksi (merusak, memusnahkan atau menghancurkan).

44 Keadaan tingkatan atau ukuran.

(41)

namun dipersepsikan destruktif oleh orang lain, maka respon kebencian akan muncul.45 Sebagaimana dalam Al-Qur`an disebutkan:

ْوُعْداَف َْيِصِلُْمُ َومللا ا ْيِّدلا ُوَل

ْوُرِفاَكْلا َهِرَك ْوَلَو َن َن

“Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada- Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai (nya).”(Q.S.

Ghâfir [40]: 14)

Pada setiap komunitas masyarakat selalu saja ada orang yang tidak suka terhadap nilai-nilai kebaikan yang tertanam di dalalmnya. Dalam hal ini, ayat Al-Qur`an di atas mengingatkan bahwa hal itu tidak perlu dikhawatirkan. Dengan kata lain, kebaikan harus tetap berjalan meski dibenci oleh orang yang tidak menyukainya.46

f. Emosi Heran dan Kaget

Emosi heran dan kaget berada pada garis kontinum (rangkaian) yang sama. heran berawal dari terjadinya sesuatu di luar apa yang dibayangkan. Sedangkan kaget bermula dari sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba.47

َلاَق َتَلْ يَو اَي ْت ْوُجَع اَنَأَو ُدِلَأَأ

َىَو ٌز اًخْيَش يِلْعَ ب اَذ َى منِإ ۗ

ٌءْيَشَل اَذ

ْيِجَع ْوُلاَق * ٌب َْيِبَجْعَ تَأ ا

ِومللا ِرْمَأ ْنِم َلْىَأ ْمُكْيَلَع ُوُتاَكَرَ بَو ِومللا ُتَْحَْر ۗ

ِتْيَ بْلا ْيَِحْ ُومنِإ ۗ

ْيَِمَ ٌد ٌد

72. Dia (isterinya) berkata,“Sungguh ajaib, mungkinkah aku akan melahirkan anak padahal aku sudah tua, dan suamiku ini sudah sangat tua?Ini benar-benar sesuatu yang ajaib.

45 Darwin Hude, EMOSI Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia di dalam Al-Qur`an, h. 211.

46 Darwin Hude, EMOSI Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia di dalam Al-Qur`an, h. 211.

47 Darwin Hude, EMOSI Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia di dalam Al-Qur`an, h. 214.

(42)

73. Mereka (para malaikat) berkata,“Mengapa engkau merasa heran tentang ketetapan Allah? (itu adalah) rahmat dan berkah Allah, dicurahkan kepada kamu, wahai ahlulbait!

Sesungguhnya Allah Maha Terpuji, Maha Pengasih.”(Q.S.

Hud [11]: 72-73)

Ayat di atas menggambarkan tentang ekspresi heran terhadap kemampuan diri sendiri, yaitu ketika isteri Nabi Ibrahim as. yang sudah monopause diberitakan akan melahirkan seorang anak.48

3. Cara Menstimulasi Kecerdasan Emosi

Untuk meningkatkan kecerdasan emosi anak, orang tua dan pendidik perlu memberikan rangsangan-rangsangan yang sesuai, sehingga anak dapat mempelajari keterampilan-keterampilan emosi dan sosial yang baru.

Beberapa cara yang harus dilakukan orang tua yaitu:

a) Orang tua perlu memeriksa kembali cara pengasuhan yang selama ini dilakukan. Seperti:

1) Tidak terlalu melindungi

2) Membiarkan anak mengalami kekecewaan 3) Tidak terlalu cepat membantu

4) Mendukung anak mengatasi permasalahan 5) Menunjukkan empati

6) Menerapkan aturan-aturan tegas dan konsisten.

b) Memberi perhatian pada tahap-tahap kecerdasan emosi

c) Melatih anak untuk mengenali emosi dan mengelolanya dengan baik.

48 Darwin Hude, EMOSI Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia di dalam Al-Qur`an, h. 221.

(43)

Adapun rangsangan pengembangan kecerdasan emosional yang perlu dilakukan oleh guru sebagai pendidik di sekolah, menurut Nugraha dan Rahmawati antara lain:

a) Memberikan kegiatan yang diorganisasikan berdasarkan kebutuhan, minat dan karakteristik anak yang menjadi sasaran pengembangan kecerdasan emosi.

b) Pemberian kegiatan yang diorganisasikan bersifat holistis (menyeluruh). Kegiatan holistis ini meliputi semua aspek perkembangan dan semua pihak yang terkait dalam proses tumbuh kembang anak.49

4. Ciri-ciri Kecerdasan Emosional

Salovey menempatkan kecerdasan pribadi Gar

Gambar

Tabel 4.2  Keadaan Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Masalah-masalah dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islam yaitu apresiasi siswa terhadap kebudayaan masih rendah bahkan beberapa guru sejarah kebudayaan Islam juga

Pada kenyataannya, PKn dianggap ilmu yang sukar dan sulit dipahami. PKn adalah pelajaran formal yang berupa sejarah masa lampau, perkembangan sosial

Perencanaan guru PAI dalam mengimplementasikan media pembelajaran berbasis power point 2010 pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam di pondok pesantren

Hasil penelitian: (1) Kreativitas guru dalam menggunakan metode pembelajaran pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yakni terlebih dahulu guru memperhatikan

2. Ikfi Nurushofa, skripsi 2016 dengan judul “strategi guru pendidikan agama islam dalam meningkatkan mutu pembelajaran pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam

pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Di MAN Kunir Kabupaten Blitar. Upaya yang ditempuh guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa pada. mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Di

Skripsi dengan judul “Kreativitas Guru dalam Memotivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTsN Ngantru Tahun Ajaran 2015/ 2016” yang ditulis

Beberapa perbedaannya seperti jika pada saat pembelajaran langsung tatap muka guru dapat menjelaskan secara langsung materi pembelajaran kepada siswa sedangkan saat daring guru hanya