• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Kalimat Efektif

DIGITAL REPOSITORY UNIVERSITAS JEMBER

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA

2.6 Pengertian Kalimat Efektif

Rahardi (2009) mengatakan bahwa kalimat yaitu satuan bahasa dimana dapat berdiri sendiri, sekurang-kurangnya mempunyai satu predikat dan satu subjek. Lazimnya kalimat ialah satuan bahasa terkecil berupa lisan maupun tulisan dengan menyampaikan pikiran seseorang secara utuh. Menurut KBBI, efektif ialah (1) ada efeknya (pegaruhnya, kesannya, akibatnya); (2) manjur ataupun mujarab (tentang obat); (3) dapat membawa hasil; berhasil guna (usaha, tindakan).

Putrayasa (2007) berpendapat bahwa kalimat efektif ialah kalimat yang dapat

DIGITAL REPOSITORY UNIVERSITAS JEMBER

mengutarakan gagasan, pikiran, dan perasaan dengan tepat ditinjau dari segi diksi, struktur, dan logika. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menimbulkan kembali gagasan dalam diri pembaca seperti yang dipikirkan penulis. Menurut Wounded (1993), kalimat efektif adalah kalimat yang dapat membuat isi atau maksud yang disampaikan tergambar lengkap dalam pikiran pembaca, sesuai dengan apa yang ingin disampaikan penulis. Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, padat, jelas, lengkap, dan informasi tersampaikan dengan tepat.

Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dipaparkan, kalimat efektif ialah kalimat yang mengungkapkan ide atau gagasan keseluruhan seseorang dan tulisan penulis mampu dipahami persis seperti pembaca.

2.6.1 Ciri-ciri Kalimat Efektif

Terdapat 4 ciri kalimat efektif (Putrayasa (2007) sebagai berikut.

a. Kesatuan (unity)

Terjadinya kesatuan didukung dengan adanya keselarasan antara subjek- predikat, predikat-objek, dan predikat keterangan.

Contoh: Kepada para siswa diharapkan memasuki kelas masing-masing.

Seharusnya: Para siswa diharapkan memasuki kelas masing-masing.

b. Kehematan (economy)

Maksud dari kehematan ialah menghapus kata yang tidak diperlukan.

Pentingnya dari menghemat kata adalah seberapa banyak kata yang bermanfaat untuk dimengerti pembaca. Hal yang diperhatikan dalam menghemat kata ialah sebagai berikut.

1) Mengulang subjek kalimat

Contoh: Hadirin serentak berdiri setelah mereka mendengar lagu Indonesia Raya diputar.

Seharusnya: Hadirin serentak berdiri setelah mendengar lagu Indonesia Raya diputar.

2) Hiponim dihindarkan

Contoh: Warna hijau dan warna biru adalah warna favorite adiknya.

DIGITAL REPOSITORY UNIVERSITAS JEMBER

Seharusnya: Hijau dan biru adalah warna favorite adiknya.

3) Penggunaan kata depan „dari‟ dan „daripada‟

Contoh: Cucu dari tetangga saya Jumat ini akan dilantik menjadi dokter.

Seharusnya: Cucu tetangga saya Jumat ini akan dilantik menjadi dokter.

c. Penekanan (emphasis)

Penekanan atau penegasan pada kalimat yaitu memusatkan perhatian pada salah satu unsur kalimat, agar unsur yang diberikan penegasan mendapat perhatian lebih dari pembaca.

Contoh: Pembangunan dipandang sebagai proses yang rumit dan memiliki banyak dimensi, tak hanya berdimensi ekonomi, tetapi juga dimensi politik, dimensi sosial, dan dimensi budaya.

d. Kevariasian (variety)

Kevariasian ialah penulisan kalimat dengan pola yang berbeda pada tiap kalimatnya. Hal ini bermaksud agar tulisan tidak monoton atau datar sehinggan menyebabkan kebosanan pada pembaca.

Contoh:

Guru baru itu belum dikenal oleh masyarakat desa Sukamakmur. (S-P O) Guru baru itu oleh masyarakat desa Sukamakmur belum dikenal. (S-O-P)

Rahadi (2009) mengungkapkan ciri-ciri kalimat efektif sebagai berikut.

a) Kesepadanan struktur

Contoh: Kepada para peserta lomba dimohon berbaris.

Para peserta lomba dimohon berbaris.

b) Keparalelan bentuk

Contoh: Harga minyak bulan ini segera dibakukan dan kenaikan secara luwes.

Harga minyak bulan ini segera dibakukan dan dinaikkan secara luwes.

c) Ketegasan makna

Contoh: Dialah pelaku pencurian 3 motor di Malang bulan lalu.

Penegasan ditunjukkan pada kata „lah‟ dalam Dialah.

d) Kehematan kata

Contoh: Banyak anak-anak berlarian di jalan raya.

DIGITAL REPOSITORY UNIVERSITAS JEMBER

Banyak anak berlarian di jalan raya.

e) Kecermatan kata

Contoh: Yang diceritakan buku ini menceritakan para pangeran kerajaan.

Buku ini menceritakan para pangeran kerajaan.

f) Kepaduan makna

Contoh: Rapat pimpinan hari ini membahas tentang kenaikan upah karyawan.

Rapat pimpinan hari ini membahas kenaikan upah karyawan.

g) Kelogisan makna

Contoh: Mayat mahasiswa yang bunuh diri itu sering bergentayangan di kampus ini.

Arwah mahasiswa yang bunuh diri itu sering bergentayangan di kampus ini.

Berdasarkan ciri-ciri kalimat efektif yang telah dikemukakan oleh kedua ahli tersebut, diambil ciri-ciri yang tepat untuk diterapkan pada pembelajaran kalimat efektif di SD, yaitu meliputi: (1) kesatuan (unity); (2) kehematan kata; dan (3) kelogisan makna.

2.6.2 Faktor Pendukung Keefektifan Kalimat

Putrayasa (2007), mengatakan agar kalimat menjadi efektif, terdapat 3 hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut.

a. Penggunaa Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

Bahasa Indonesia adalah sarana komunikasi yang penting untuk kehidupan sehari-hari, berbangsa dan bernegara. Komunikasi dapat berjalan dengan lancar bila pada penerapannya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Dikatakan baik jika bahasa yang digunakan sesuai dengan situasi dan keadaannya.

Bahasa Indonesia yang benar yaitu bahasa Indonesia baku atau sesuai dengan PUEBI. Melihat penjelasan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah yang sesuai dengan situasi penggunaannya dan sesuai dengan PUEBI.

Penggunaan bahasa Indonesia yang baku dan tidak baku disesuaikan dengan situasinya. Apabila dala situasi resmi seperti rapat, mengajar di kelas,

DIGITAL REPOSITORY UNIVERSITAS JEMBER

laporan resmi, bahasa yang digunakan haruslah bahasa baku. Pun demikian, jika situasinya tidak resmi, maka seperti di pasar, tempat bermain, tempat makan bahasa yang digunakan adalah bahasa yang dapat dipahamai oleh seseorang sesuai dengan tempat penggunaan bahasa tersebut. Disimpulkan bahwa pemakaian bahasa Indonesia yang baik tergantung dengan pemilihan kata seseorang dalam menyikapi situasi. Bahasa Indonesia yang baik belum tentu bahasa Indonesia yang benar, pun sebaliknya bahasa Indonesia yang benar belum tentu bahasa Indonesia yang baik (Putrayasa, 2007).

Seperti saat seminar, bahasa yang digunakan adalah bahasa resmi. Bahasa Indonesia yang sifatnya resmi dalam situasi ini ialah bahasa baku atau yang sesuai dengan PUEBI. Pada struktur “Tadi telah dibilang oleh pemateri bahwa masalah ini termasuk kompleks” merupakan contoh pemakaian bahasa yang benar. Tata bahasa penempatan kata dibilang adalah benar, pun secara morfologis bentuk katanya benar. Contoh tersebut dapat diartikan sebagai pemakaian bahasa yang benar, namu tidak sebagai bahasa yang baik. Kata dibilang termasuk kata tidak baku, sedangkan situasi yang berlangsung adalah situasi resmi.

b. Penggunaan Bahasa Indonesia Baku

Bahasa Indonesia yang baku terdapat dalam situasi formal, baik lisan maupun tulisan, di dalam pendidikan bahasa yang digunakan yaitu baku karena termasuk ke dalam situasi formal. Terdapat segelintir pemikiran bahwa bahasa baku dianggap berwibawa atau bergengsi karena digunakan oleh kaum berpendidikan. Oleh sebab itu, di Indonesia segala proses pembakuan sebaiknya berawal dari ragam bahas pendidikan dengan bermacam coraknya.

Putrayasa (2007) mengatakkan bahwa bahasa baku adalah bahasa yang dikembangkan dan diakui oleh masyarakat dan termasuk salah satu ragam yang penggunaannya dijadikan sebagai standar berbahasa. Chaer (2006), mengkategorikan penggunaan bahasa baku sebagai berikut.

1) Komunikasi resmi, yaitu dalam surat menyurat resmi, surat menyurat dinas, perundang-undangan, peristilahan resmi, pengumuman, dan penamaan.

DIGITAL REPOSITORY UNIVERSITAS JEMBER

2) Wacana teknis, seperti dalam laporan resmi, buku pelajaran, karangan ilmiah.

3) Pembicaraan di depan umum, seperti dalam khotbah, ceramah, kuliah.

4) Pembicaraan dengan orang yang dihormati.

c. Penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia

Hal yang harus diperhatikan dalam menulis bahasa baku ialah penggunaan ejaan. Terdapat pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang menjadi tolak ukur dalam ketepatan menulis bahasa baku. Penggunaan pedoman ejaan juga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman bahasa seseorang.

Ejaan adalah bunyi bahasa yang biasa diucapkan dan diwujudkan dalam bentuk tulisan berupa huruf atau lambang-lambang. Tidak hanya berupa pelambangan fonem dan huruf saja, ejaan juga mengatur cara penulisan kata dan kalimat yang memuat bagaimana cara seseorang melambangkan suatu bunyi dan bagaimana hubungan antara lambang-lambang tersebut.

Sistem ejaan bahasa Indonesia diantaranya adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca.

1) Penulisan Huruf

a) Penulisan huruf kapital.

b) Penulisan huruf miring.

2) Penulisan Kata

a) Kata turunan (terkhusus kata gabung berimbuhan).

b) Kata depan.

c) Partikel.

d) Kata ganti.

e) Kata bilangan.

f) Kata yang sering salah penulisannya.

g) Ungkapan penghubung.

h) Ungkapan idiomatik.

3) Penggunaan Tanda Baca a) Tanda titik (.)

DIGITAL REPOSITORY UNIVERSITAS JEMBER

Suparlan (2014) mengatakan bahwa tanda titik dipakai sebagai berikut.

 Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang tidak termasuk pertanyaan atau seruan. Misalnya: Hari ini Kucingku melahirkan.

 Tanda titik dipakai untuk memisahkan penunjukan waktu angka jam, menit, detik. Misalnya: pukul 02.11.25 (pukul 2 lebih 22 menit 25 detik).

 Tanda titik dipakai di belakang huruf atau angka dalam suatu bagan, daftar, ikhtisar. Misalnya: A. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

 Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak diakhiri tanda tanya atau tanda seri, dan tempat terbit. Misalnya: Dalman. 2004. Berbahasa yang Baik. Jakarta:

Gramedia.

 Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Misalanya: Desa Gebang berpenduduk 11.250 orang.

 Tanda titik digunakan untuk penulisan singkatan. Misalnya: S.H.

artinya sarjana hukum.

b) Tanda koma (,)

Tanda koma (Suparlan, 2004) dapat dipakai sebagai berikut.

 Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, wah, ya, aduh, atau kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Pak, Mas, Bu, Dik dari kata lain yang terdapat dalam kalimat. Misalnya: Wah, dia menang Bu!

 Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik untuk membedakan dari singkatan nama diri, keluarga, dan marga.

Misalnya: Ny. Khalifah, S.H.

 Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat berikutnya didahului oleh kata seperti tetapi, melainkan, kecuali, dan sedangkan. Misalnya: Ayah bukan memakai jas, melainkan baju batik.

DIGITAL REPOSITORY UNIVERSITAS JEMBER

 Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat, maka mendahului induk kalimat. Misalnya:

Agar memiliki banyak teman, kita harus rajin berorganisasi.

 Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Misalnya: Saya membeli buku, penghapus, dan penggaris.

 Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal yang ditulis berurutan. Misalnya:

Chilla, Jalan Manggar, Jember.

c) Tanda tanya (?)

Tanda baca tanya (Suparlan, 2014) dapat dipakai sebagai berikut.

 Tanda tanya digunakan di akhir kalimat tanya. Misalnya: Kemana perginya David?

 Tanda tanya digunakan di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya: Dia dilahirkan pada tahun 1959 (?).

d) Tanda Seru (!)

Tanda seru (!) dipakai sesudah pernyataan atau ungkapan yang berupa perintah atau seruan yang menggambaran kesungguhan, rasa emosi yang kuat, dan ketidakpercayaan. Misalnya: Buang sampahmu sekarang!

e) Tanda Hubung (-)

Kaidah penggunaan tanda hubung (-) sebagai berikut.

 Tanda hubung digunakan untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

Contoh: di-export

 Tanda hubung menyambung huruf atau kata yang dieja satu per satu dan bagian-bagian tunggal.

Contoh: k-u-l-i-a-h

 Tanda hubung dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkpan.

Contoh: ber-evolusi dengan ber-revolusi

DIGITAL REPOSITORY UNIVERSITAS JEMBER

 Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.

Contoh: anak-anak

 Tanda hubung menyambung dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.

Contoh: ... cara baru untuk me- nggambar burung.

 Tanda hubung dapat digunakan untuk merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan –an, dan singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata.

Contoh: se-Jawa Timur KTP-nya nomor 1125 A f) Tanda gari miring (/)

 Tanda garis miring (/) digunakan dalam penomoran kode surat.

Contoh: No. 12/ SK/ 1999

Tahun pelajaran 2022/ 2023

 Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kode katam, dan atau, per, atau nomor alamat.

Contoh: Harganya Rp.500/ lembar Mahasiswa/ mahasiswi

Dokumen terkait