• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Keluarga Sakinah

berarti isterinya. Istilah ta’ahhul berarti menikah atau berkeluarga. Ahl juga berarti seseorang yang paling istimewa dalam urusannya. Ahl al- bayt artinya para penghuni rumah. Ahl al-Islam adalah setiap orang yang memeluk agama Islam.223

Demikian pula digunakan kata al, misalnya dalam frase al al-rajul yang berarti famili, keluarga, dan pengikutnya.224 Al-Ragib al-Asfahani menjelaskan bahwa kata al sendiri diambil dari kata al-ahl. Ketika dibentuk tasgir (berupa kata uhayl), penggunaannya pun khusus disandarkan pada sosok tertentu, bukan nakirah (global/umum), bukan masa, dan bukan pula tempat. Berbeda dengan al-ahl yang dapat disandarkan kepada semuanya.225 Dalam bahasa Arab juga digunakan kata al-‘a’ilah dan ‘ayyil (jamak ‘iyyâl) untuk arti yang sama.226 Al-Jurjani mendefinisikannya sebagai orang-orang yang tinggal bersama dan menjadi wajib tanggungan nafkah terhadapnya, seperti para budak, istri, dan anak-anaknya yang masih kecil.227 Hanya saja kata yang satu ini tidak digunakan dalam al- Qur’an.

Kata lain yang digunakan al-Qur’an untuk mengacu kepada arti keluarga adalah al-‘asyīr dan al-‘asyīrah.228 Menurut al-Ragib, kata al-

‘asyirah adalah keluarga seorang laki-laki yang mana mereka menambah jumlah komunitas mereka.229 Kata al-‘asyir dan al-‘asyīrah juga berarti kabilah, suku; sahabat, teman; suami, istri.230 Pembentukan keluarga berarti proses untuk membangun lembaga hidup terkecil yang memiliki ikatan kuat, terdiri dari suami, istri, anak-anak, serta interaksinya dengan orang-orang terdekat yang memiliki hubungan nasab maupun menjadi tanggungannya.

Sedangkan sakinah menurut arti bahasa adalah tenang atau tentram.

Dengan demikian maka secara harfiah istilah keluarga sakinah berarti keluarga yang tenang, damai dan tidak banyak konflik, dan mampu

223 Abu al-Husain Ahmad ibn al-Faris Ibn Zakariyya, al-Mu’jam al-Maqayis fi al-Lugah, (Beirut:

Dar al-Fikr, 1994), h. 95

224 Ahmad Warson Munawwir, Op.Cit., h. 48

225 Al-Ragib al-Asfahani, Mu’jam Mufradat Alfaz al-Qur’an, (Beirut: Dâr al-Fikr, t.th), h. 26 226 Ahmad Warson Munawwir, Op.Cit., h. 987

227 ‘Ali ibn Muh}ammad ibn ‘Ali al-Jurjani, at-Ta’rifat, (Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1988), h. 160

228 Lihat dalam QS. Al-Hajj (22/103: 13), QS. Al-Syu’ara (26/47: 14), QS. Al-Taubah (9/113:

24), dan QS. Al-Mujadalah (58/105: 22).

229 Al-Ragib al-Asfahani, Op.Cit., h. 347 230 Ahmad Warson Munawwir, Op.Cit., h. 933

menyelesaikan problem-problem yang dihadapi.231

Menurut organisasi Muhammadiyah, sebagaimana konsepsi dari Pengurus Pusat Aisyiah, istilah keluarga sakinah adalah keluarga yang setiap anggotanya senantiasa mengembangkan kemampuan dasar fitrah kemanusiaannya, dalam rangka menjadikan dirinya sendiri sebagai manusia yang memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan sesama manusia dan alam, sehingga oleh karenanya setiap anggota keluarga tersebut akan selalu merasa aman, tentram, aman, damai dan bahagia.232

Keluarga sakinah berarti pula keluarga yang bahagia atau juga keluarga yang diliputi rasa cinta-mencintai (mawadah) dan kasih sayang (rahmah). Dasar pembentukan keluarga sakinah tersebut terdapat dalam firman Allah swt:

َلَعَجَو اَهْ َلِإ اوُنُك ْسَتِل اًجاَوْز َ

أ ْمُكِسُفْن َ

أ ْنِم ْمُكَل َقَلَخ ْن َ

أ ِهِتاَيَآ ْنِمَو .21 . مورلا. َنوُرَّكَفَتَي ٍمْوَقِل ٍتاَيَ َ

ل َكِلَذ ِف َّنِإ ًةَ ْحَرَو ًةَّدَوَم ْمُكَنْيَب

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. al-Rûm: 21)

Sayyid Qutub berpendapat mengenai surat al-Rûm di atas, bahwa yang dimaksud dengan kata sakinah adalah rasa tentram dan nyaman bagi jiwa raga dan kemantapan hati mengalami hidup serta rasa aman dan damai, rasa cinta dan kasih sayang bagi kedua pasangan.233 Berdasarkan keterangan di atas maka dapat disimpulkan, bahwa keluarga sakinah adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan aturan agama secara benar dan dalam pola hubungan dilandasi dengan rasa cinta dan kasih sayang sehingga akan tercipta rasa damai dan bahagia dalam keluarga tersebut.

Keluarga yang sakinah adalah keluarga yang dapat merasakan manfaat pernikahan tersebut secara optimal. Dalam keluarga yang sakinah, terjalin

231 WJS. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h.

232 Pengurus Pusat Aisyiah, Tuntunan Menuju Keluarga Sakinah, (Yogyakarta: PP. Aisyiah, 675 1989), h. 5

233 Sayyid Qut}ub, Fi Zilal al-Qur’an, (Kairo: Dar al-Syuruq, 2003), Cet. Ke-32, Juz. 5, h. 2763

hubungan suami isteri yang serasi dan seimbang, tersalurkan nafsu seksual dengan baik di jalan yang diridhai Allah swt., terdidiknya anak-anak menjadi anak yang shaleh dan shalehah, terpenuhinya kebutuhan lahir batin, terjalin hubungan persaudaraan yang akrab antara keluarga besar dari pihak suami dan dari pihak isteri, dapat melaksanakan ajaran agama dengan baik, dapat menjalin hubungan yang mesra dengan tetangga dan dapat hidup bermasyarakat dan bernegara secara baik pula.234

Adapun menurut pandangan pemerintah atas dasar Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, melalui kerja Kementerian Agama RI, seperti yang dituangkan di dalam Surat Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor D/7/1999 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah BAB III Pasal 3, disebutkan bahwa keluarga sakinah adalah keluarga yang dibina atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat hidup spiritual dan material secara layak dan seimbang, diliputi suasana kasih sayang antara anggota keluarga dan lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu menghayati, memperdalam nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia, dan mengamalkannya.235

Keluarga sakinah sebagaimana yang disampaikan oleh M. Quraish Shihab bahwa ada beberapa tahapan yang biasanya dilalui oleh pasangan suami isteri sebelum mencapai kehidupan keluarga sakinah yang dihiasi dengan mawaddah dan rahmah antara lain:236

1. Tahap Bulan Madu. Pada tahap ini kedua pasangan benar-benar menikmati manisnya sebuah perkawinan. Mereka sangat romantis, penuh cinta dan senda gurau. Pada tahap ini biasanya digambarkan bahwa masing-masing bersedia melalui kehidupan ini walaupun dalam kemisknan dan kekurangan.

2. Tahap Gejolak, Pada tahapini mulai timbul gejolak setelah berlalu masa bulan madu. Kejengkelan sudah mulai tumbuh dihati apalagi sudah mulai terlihat sifat-sifat aslinya yang bahwa selama ini disengaja

234 Fuad Kauma dan Nipan, Membimbing Isteri Mendampingi Suami, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999), h. 8

235 Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan masyarakat islam dan Urusan haji No. D/7/1999 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah. Lihat Departemen Agama RI, Modul Pelatihan Motivator Keluarga Sakinah, (Jakarta: Dirjen Bimas Islam, 2007), h. 49

236 Quraish Shihab, “Keluarga Sakinah,” Dalam Jurnal Bimas Islam Volume 4 No. 1 (2011): 4.

ditutup-tutupi untuk menyenangkan pasangannya. Mereka mulai menyadari bahwa perkawinan ternyata bukan sekedar romantisme, tetapi ada kenyataan-kenyataan baru yang boleh jadi tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Pada tahap ini sebuah perkawinan akan terancam gagal dan masing-masing pihak biasanya merasa menyesal karena ia memilih ia sebagai pasangan hidupnya. namun dengan kesabaran dan tolerensi akan menghantarkan pada tahap ketiga.

3. Tahap Perundingan dan Negosiasi. Tahap ini lahir jika masing-masing pihak masih merasa saling membutuhkan. Pada tahap ini mereka sudah mulai mengakui kelebihan dan kekurangan masing-masing..

4. Tahap penyesuaian. Tahapan ini masing-masing pasangan sudah mulai menunjukkan sifat aslinya, sekaligus kebutuhan yang disertai perhatian kepada pasangannya. Dalam tahap ini masing-masing akan saling menunjukkan sikap penghargaan. Mereka juga merasakan kembali nikmatnya menyatu bersama kekasih serta berkorban dan mengalah demi cinta.

5. Tahap Peningkatan Kualitas Kasih Sayang. Pada tahap ini masing- masing pasangan sudah menyadari sepenuhnya yang didasarkan pada pengalaman bukan teori bahwa hubungan suami isteri memang sangat berbeda dengan segala bentuk hubungan social lainnya.

Pada tahap ini masing-masing pihak menjadi teman terbaik dalam bercengkrama, berdiskusi serta berbagai pengalaman. Masing- masing pihak juga berusaha untuk melakukan yang terbaik demi menyenangkan pasangannya.

6. Tahap Kemantapan. Pada tahap ini masing-masing pasangan merasakan dan menghayati cinta kasih sebagai realitas yang menetap sehingga sehebat apapun guncangan yang mendera mereka tidak akan menggoyahkan rumah tangganya. Memang riak-riak kecil masih akan tetap ada namun itu akan menghanyutkan. Pada tahap ini mereka benar-benar merasakan cinta sejati.

Tahapan-tahapan diatas merupakan gambaran umum yang biasa dialami dalam hubungan suami isteri. Hal ini juga bersifat relatif sehingga tidak bisa dikalkulasi secara matematis, misalnya pada tahun pertama, kedua dan seterusnya. Begitu pula urutan ini tidaklah berisifat permanen, tetapi merupakan hasil sebuah penelitian atau ijtihad. Oleh karenanya tidak menutup kemungkinan adanya tahap-tahap lain selain diuraikan di atas.

Keluarga yang sehat dan harmonis bukan berarti keluarga yang tanpa konflik dan masalah. tetapi keluarga yang dapat membangun relasi yang baik tanpa ada dominasi dan kekerasan di dalamnya, yang terdapat bentuk kesalingan dan tanggung jawab dari masing-masing anggota keluarga.

Seperti saling menghormati, saling bekerja sama, saling mendukung, saling menciptakan suasana yang nyaman sehingga akan menciptakan kebaikan dan kemaslahatan dalam keluarga, sebagaimana ayat Al-Qur’an yaitu: Fa Imsaakun bi ma’ruufin aw tasriihun bi ihsaanin : “ikatan keluarga itu harus dikelola dalam kebaikan, dan jika berpisah juga harus dengan kebaikan pula” (Al-Baqarah dalam 4).

Istilah sakinah, mawaddah warohmah cukup popular di kalangan masyarakat kita Indonesia. Bahkan kalimat ini sering munculdalam kartu undangan perkawinan serta doa-doa yang dipanjatkan bagi calon mempelai dan pengantin baru. Ketiga istilah ini diambil dari QS. Al-Rum:

30:21.

ْمُكَنْيَب َلَعَجَو اَهْ َلِا آْوُنُك ْسَتِّل اًجاَوْزَا ْمُكِسُفْنَا ْنِّم ْمُكَل َقَلَخ ْنَا هِتٰي ٰا ْنِمَو

َنْوُرَّكَفَتَّي ٍمْوَقِّل ٍتٰيٰ َلا َكِلٰذ ْ ِف َّنِاۗ ًةَ ْحَرَّو ًةَّدَوَّم

Artinya: “dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.237

Kata sakinah secara sederhana dapat diterjemahkan sebagai kedamaian. Berdasarkan ayat-ayat Al-quran seperti ayat sebelumnya, kemudian Al-Baqarah: 248. Sakinah atau kedamaian itu didatangkan Allah kedalam hati para Nabi dan orang-orang yang beriman agar tabah dan tidak gentar menghadapi rintangan apapun. Jadi berdasarkan arti kata sakinah pada ayat-ayat tersebut, maka sakinah dalam keluargadapat dipahami sebagai keadaaan yang tetap tenang meskipun menghadapi banyak rintangan dan ujian kehidupan.238

237 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2007).

238 H.M.A. Tihami dan Sohari Sahrani, Fiqh Munakahat (Kajian Fiqh Nikah Lengkap) (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2009), 8–10.

Selanjutnya mawaddah menurut Qurais Shihab dalam pengantin Al- Quran menjelaskan bahwa kata ini secara sederhana, dari segi bahasa, dapat diterjemahkan sebagai cinta. Istilah ini bermakna bahwa orang yang memiliki cinta di hatinya akan lapang dadanya, penuh harapan, dan jiwanya akan selalu berusaha menjauhkan diri dari keinginan buruk atau jahat. Ia akan senantiasa menjaga cinta baik dikala senang maupun susah atau sedih.239

Adapun kata rahmah, secara sederhana dapat diterjemahkan sebagai kasih sayang. Istilah ini bermakna keadaan jiwa yang dipenuhi dengan kasih sayang. Rasa kasih sayang ini menyebabkan seseorang akan berusaha memberikan kebaikan, kekuatan dan kebahagiaan bagi orang lain dengan cara-cara yang lembut dan penh kesabaran.240

Jadi keluarga ideal adalah keluarga yang mampu menjaga kedamaian, dan memiliki cinta dan kasih sayang. unsur cinta dan kasih sayang harus ada untuk saling melengkapi agar pasang dapat saling membahagiakan.

Kebahagiaan mungkin akan terasa pincang jika hanya memiliki salah satunya. Tiga unsur ini adalah unsur yang tidak bisa dipisahkan.

Pasangan suami istri memerlukan mawaddah dan rahmah sekaligus, yakni perasaan cinta yang melahirkan keinginan untuk membahagiakan dirinya sendiri sekaligus pasangannya dalam suka maupun duka. Tanpa menyatukan keduanya, akan muncul kemungkinan pasangan suami dan istri hanya peduli pada kebahagiaan dirinya masing-masing atau memanfaatkan pasangannya demi kebahagiaannya sendiri tanpa peduli pada kebahagiannya masing-masing. Ringkasnya mawaddah dan rohmah adalah landasan bathiniah atau dasar ruhaniah bagi terwujudnya keluarga yang damai secara lahir dan batin.