BAB II TINJAUAN PUSTAKA
C. Pengertian, Tujuan, dan Jenis-Jenis Kredit
Kehidupan sehari-hari kita sudah mengenal kata kredit, yang muncul sebagai akibat dari sifat manusia yang selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya namun tidak diimbangi oleh kemampuan yang dimilikinya atau
penghasilan yang diperolehnya. Kredit dalam arti ekonomi yang sederhana yaitu penundaan pembayaran. Artinya, barang atau uang yang diterima sekarang dikembalikan pada masa yang akan datang. Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani “Credere” yang berarti kepercayaan dan kepercayaanlah yang terkandung dalam perkreditan si pemberi dan penerima kredit.
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Dari pengertian tersebut, dapatlah dijelaskan bahwa kredit tersebut berupa uang atau tagihan yag nilainya dapat disamakan dengan uang. Kemudian ada kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah penerima kredit (debitur).
Menurut Cahyo Tri Bambang dalam bukunya Manajemen Perkreditan (1997:15), bahwa kredit adalah suatu penundaan pembayaran yang artinya uang atau barang yang diterima sekarang ini, akan dikembalikan pada masa yang akan datang dengan perjanjian yang telah ditetapkan.
Menurut Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti (2004 : 2) dalam Mac leod, dalam bukunya manajemen perkreditan bank umum, kredit adalah suatu reputasi yang dimiliki seseorang, yang memungkinkan ia bisa memperoleh uang, barang- barang atau buruh/tenaga kerja, dengan jalan menukarkannya dengan suatu janji untuk membayarnya di suatu waktu yang akan datang.
Sedangkan menurut Veithzal, dkk (2006 : 4), mengemukakan bahwa kredit adalah penyerahan barang, jasa, atau uang dari satu pihak (Kreditur/Pemberi Pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (Nasabah/Pengutang/ Borrower) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak.
Selanjutnya menurut R. Tjipto Adinugroho (1999:14),kredit adalah suatu pemberian prestasi (balas jasa) dan itu akan dikembalikan pada waktu tertentu yang akan datang dengan disertai oleh suatu kontra prestasi (balas jasa) yang berupa bunga. Berdasarkan pengertian dan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kredit mempunyai tujuan/fungsi penting. Tujuan kredit mencakup aspek yang sangat luas, namun menurut R. Tjipto Adinugraha (1999:20), ada 2 fungsi pokok yang saling berkaitan yaitu :
a. Profitability, tujuan untuk memperoleh keuntungan berupa bunga dari hasil pemberian kredit.
b. Safety, yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan benar-benar terjamin sehingga dapat profitability benar tercapainya tanpa hambatan yang berarti.
Kemudian pula menurut Kasmir dalam bukunya Manajemen Perbankan (2002:102), menjelaskan bahwa kredit dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya dapat diukur dengan uang. Contoh berbentuk tagihan (kredit barang), misalnya bank membiayai kredit untuk pembelian rumah. Kredit ini berarti nasabah tidak memperoleh uang tetapi rumah, karena bank membayar langsung ke
developer dan nasabah hanya membayar cicilan rumah tersebut tiap bulan sesuai dengan perjanjian atau akad kredit.
Menurut Malayu S.P.Hasibuan, Manajemen Perbankan (1996:46), bahwa kredit adalah semua jenis pinjaman uang atau barang yang wajib dibayar kembali bunganya oleh peminjam. Dalam hal ini, pihak bank memberi tarif bunga atau yang disebut bunga kredit dalam setiap permohonan kredit kepada pihak peminjam.
Selanjutnya menurut Hasibuan, ada beberapa unsur yang terdapat dalam kredit antara lain :
a. Kepercayaan adalah keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang akan diberikannya dalam bentuk uang, barang atau jasa akan baner-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang.
b. Waktu adalah suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.
c. Tingkat resiko adalah suatu keadaan yang akan dihadapi sebagai akibat adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima dikemudian hari.
d. Prestasi adalah segala yang oleh diberikan kreditur dalam bentuk uang, barang atau jasa.
Menurut Tucker dalam Hadiwidjaja, Analisis Kredit (1990:6), bahwa kredit adalah pertukaran atau pemindahan sesuatu yang berharga, baik berupa
uang, barang maupun jasa dengan keyakinan bahwa ia akan dapat atau mampu membayar dengan nilai atau harga yang sama dalam waktu yang akan datang.
Menurut Rijin, Pengantar Ekonomi Perbankan Indonesia (1998:78), menyatakan bahwa kredit adalah suatu pemberian prestasi oleh suatu bank kepada pihak yang lain dan prestasi itu akan dikembalikan pada masa yang akan datang
disertai kontraprestasi berupa bunga.
2. Jenis-Jenis Kredit
Selanjutnya menurut Rijin, bahwa pada umumnya jenis-jenis kredit perbankan dapat ditinjau dari beberapa bagian sebagai berikut :
a. Menurut Jangka Waktunya
1) Kredit Jangka Pendek yaitu kredit yang berjangka waktu maksimal satu tahun, pada umumnya kredit ini disalurkan bank-bank ke sektor perdagangan, ekspor impor, distribusi dan sektor lain.
2) Kredit Jangka Menengah yaitu kredit yang berjangka waktu sampai tiga tahun, dimana pada umumnya kredit semacam ini disalurkan ke sektor pertanian, pertambangan, perindrustrian dan sektor-sektor lainnya.
3) Kredit Jangka Panjang yaitu kredit yang mempunyai jangka waktu lebih tiga tahun dan umumnya kredit semacam ini disalurkan pada sektor investasi (penanaman modal).
b. Menurut Sifatnya
1) Dengan Perjanjian Kredit yaitu kredit yang diberikan dengan perjanjian tertulis terlebih dahulu yang antara lain penetapan
besarnya kredit, suku bunga, jangka waktu, jaminan dan cara-cara pembayaran kembali dan sebagainya.
2) Tanpa Perjanjian Kredit yaitu kredit yang diberikan tanpa tertulis dahulu.
c. Menurut Collectbilitynya
Collectibility Kredit adalah keadaan pembayaran pokok pinjaman dan bunga oleh nasabah sebagaimana terlihat pada tata usaha bank.
Berdasarkan Collectibility, pinjaman dapat digolongkan atas lima macam yaitu :
1) Kredit Lancar adalah pinjaman dengan tingkat pembayaran tepat pada waktunya dan tidak ada tunggakan.
2) Kredit dalam Perhatian Khusus adalah pinjaman yang terdapat tunggakan pembayaran pokok atau bunga sampai dengan 90 hari.
3) Kredit Kurang Lancar adalah pinjaman yang terdapat tunggakan pembayaran pokok atau bunga 90-180 hari.
4) Kredit Diragukan adalah pinjaman kupedes yang terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180-270 hari.
5) Kredit Macet adalah pinjaman yang terdapat tunggakan pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270-360 hari
d. Kredit Menurut Penggunanya
Menurut penggunanya kredit dibedakan atas kredit pembiayaan untuk : 1) Modal Kerja adalah jenis kredit yang diperuntukkan guna pembiayaan barang-barang, modal serta jasa yang dipergunakan perputaran produksi.
2) Investasi adalah kredit yang diperuntukkan guna pembelian aktiva tetap
3. Tujuan, Fungsi dan Manfaat Kredit
Kasmir dalam buku yang sama (2002:105), memberi defenisi bahwa pemberian kredit mempunyai beberapa tujuan yang hendak dicapai yang tergantung pada tujuan bank itu sendiri. Dalam prakteknya tujuan pemberian kredit adalah sebagai berikut :
a. Mencari Keuntungan
Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan, hasil
keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah
b. Membantu Usaha Nasabah
Tujuan selanjutnya adalah untuk membantu nasabah yang memerlukan dana, baik dan untuk investasi maupun dana untuk modal kerja atau konsumsi. Dengan dana tersebut, maka pihak
debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.
Dalam hal ini baik bank maupun nasabah sama-sama diuntungkan.
c. Membantu Pemerintah
Tujuan lainnya adalah membantu pemerintah dalam berbagai bidang.
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak bank semakin baik, mengingat semakin semakin banyak kredit berarti adanya kucuran dana dalam rangka peningkatan pembangunan diberbagai sektor terutama sektor rill. Secara garis besar keuntungan bagi pemerintah dalam pemberian kredit oleh dunia perbankan adalah sebagai berikut :
1) Penerimaan pajak dari keuntungan yang diperoleh nasabah dari bank.
2) Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha baru atau perluasan usaha baru, sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur.
3) Meningkatkan jumlah barang dan jasa, bahwa sebahagian besar yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah produksi barang dan jasa yang beredar dimasyarakat, sehingga masyarakat memiliki banyak pilihan.
4) Menghemat devisa, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada, jelas akan dapat menghemat devisa negara.
5) Meningkatkan devisa negara apabila kredit yang dibiayai adalah keperluan ekspor.
Selain memiliki tujuan tersebut diatas, pemberian kredit juga memiliki fungsi antara lain:
1) Untuk meningkatkan daya guna uang.
Maksudnya jika uang hanya disimpan saja di rumah maka tidak akan menghasilkan sesuatu, dengan diberikannya kredit yang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang dan jasa bagi si penerima kredit
2) Untuk meningkatkan peredaran dan lalulintas uang.
Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari suatu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga suatu daerah yang kekurangan uang akan memperoleh uang dari daerah lainnya.
3) Untuk meningkatkan daya guna barang.
Kredit yang diberikan akan dapat digunakan oleh debitur untuk mengelolah suatu barang yang semula tidak berguna menjadi bermanfaat, misalnya pengusaha meubel yang memperoleh dana kredit.
4) Meningkatkan peredaran barang
Yaitu barang dari satu daerah ke daerah lain dapat beredar sehingga jumlah barang dari satu wilayah ke wilayah lain
bertambah. Kredit untuk meningkatkan peredaran barang biasanya kredit untuk perdagangan ekspor – impor.
5) Sebagai alat stabilitas ekonomi.
Karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat.
6) Untuk meningkatkan gairah keusahaan.
Bagi penerima kredit akan dapat meningkatkan gairah keusahaan karena adanya tambahan modal yang banyak.
7) Untuk meningkatkan tambahan modal pendapatan.
Yaitu semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik karena jika sebuah pabrik diberikan kredit maka akan menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran.
8) Untuk meningkatkan hubungan internasional.
Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama dibidang lainnya sehingga dapat pula menciptakan perdamaian dunia.
Menurut H. Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti. (2004 : 4) Manfaat kredit bank cukup banyak apabila dilihat dari berbagai pihak yang berkepentingan sebagai berikut :
a) Manfaat kredit bank bagi debitur : 1. Untuk meningkatkan usahanya.
2. Kredit bank relatif mudah diperoleh apabila usaha debitur layak untuk dibiayai.
3. Calon debitur lebih mudah memilih bank yang cocok dengan usahanya karena jumlah bank yang cukup banyak.
4. Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh kredit bank relatif murah.
5. Calon debitur dapat memilih jenis kredit yang sesuai, karena adanya berbagai macam/jenis/tipe kredit.
6. Rahasia keuangan debitur terlindungi.
7. Jangka waktu kredit dapat disesuaikan dengan kebutuhan calon debitur
b) Manfaat kredit bagi bank :
1. Bank memperoleh pendapatan berupa bunga.
2. Dengan diperolehnya pendapatan bunga, maka diharapkan rentabilitas bank akan membaik yang tercermin dalam porelehan laba yang meningkat.
3. Bank sekaligus dapat memasarkan produk- produk/jasa – jasa bank lainnya.
4. Bank dapat mendidik dan meningkatkan kemampuan para personilnya untuk lebih mengenal
secara rinci kegiatan usaha secara rill di berbagai sektor ekonomi.