BAB II TINJAUAN PUSTAKA
B. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana
1. Pengertian dan Unsur Tindak Pidana
ini juga biasanya sering digunakan dalam perkara yang dilakukan oleh anak-anak. Tujuan dari proses FGC ini adalah untuk medapatkan kejelasan dari peristiwa yang terjadi dengan memberi semangat kepada pelaku, mengembalikan kerugian korban, melakukan reintegrasi korban ke masyarakat serta pertanggung jawaban bersama. FGC banyak digunakan di Negara Australia, New Zealand dan Brazil.
c. Community Restorative Boards/Youth Panels
Community restorative boards merupakan suatu grup/panel/lembaga yang terdiri dari orang-orang yang telah dilatih untuk bernegosiasi dalam menyelesaikan masalah. Di Inggris dan di Wales, hakim dan jaksa dapat memerintahkan kepada pelaku untuk mengikuti program ini. Polisi juga dapat merujuk pelaku untuk mengikuti program tersebut sebelum mereka melanjutkan penyidikan.
Disini, korban bertemu dengan pelaku dan panelis untuk mendiskusikan masalah dan solusinya dalam jangka waktu tertentu.
Jika dalam jangka waktu tersebut tidak tercapai kesepakatan, grup atau panel akan melimpahkan kembali perkara tersebut ke pihak pengadilan, kejaksaan atau pun ke kepolisian.
d. Restorative Circles
Bentuk ini merupakan suatu forum yang terdiri dari keluarga dan teman-teman untuk mendukung narapidana agar dapat kembali bersosialisasi dengan masyarakat. Sistem ini biasa digunakan di Negara Hawaii dan Kanada.
B. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana
pengertian yang abstrak dari peristiwa-peristiwa yang konkrit dalam lapangan hukum pidana, schingga tindak pidana haruslah diberikan arti yang bersifat ilmiah dan ditentukan dengan ielas untuk dapat memisahkan dengan istilah yang
dipakai sehari-hari dalam kehidupan masyarakat.
Delik dalam bahasa Belanda disebut Strafbaarfeit, yang terdiri atas 3 (tiga) kata yaitu straf, baar, dan feit. Dimana ketiganya memiliki arti yaitu:
a. Straf diartikan sebagai pidana dan hukum;
b. Baar diartikan sebagai dapat dan bolch;
c. Feit diartikan sebagai tindak, peristiwa, pelanggaran dan perbuatan.
Jadi istilah Strafbaarfeit yaitu peristiwa yang dapat dipidana atau perbuatan yang dapat dipidana sedangkan delik dalam bahasa asing disebut dengan delict yang artinya suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman.
Hukum pidana berpokok pada perbuatan yang dapat dipidana (Verbrechen, Crime, atau perbuatan jahat) dan pidana. Perbuatan yang dapat dipidana atau disingkat perbuatan jahat tersebut merupakan obyek ilmu pengetahuan Hukum Pidana (dalam arti luas) dan harus dibedakan sebagai berikut:
a. Perbuatan jahat sebagai gejala masyarakat dipandang secara concreet, sebagaimana terwujud dalam masyarakat (social Verschijnsel, Erecheimang, Phenomena), merupakan perbuatan manusia yang menyalahi norma-norma dasar dari masyarakat dalam konkreto. Ini adalah pengertian “perbuatan jahat” dalam arti kriminologi (criminologisch misdaadsbegrip).
b. Perbuatan jahat dalam arti Hukum Pidana (strafrechtelijk misdaadsbegrip), ialah sebagaimana terwujud in abstracto dalam
peraturan-peraturan pidana. Untuk selanjutnya dalam pelajaran hukum pidana ini yang akan dibicarakan adalah perbuatan jahat dalam arti yang kedua tersebut.32
Aturan hukum yang mengikat suatu perbuatan dengan syarat-syarat tertentu dengan akibat berupa pidana disebut hukum pidana. Dimana hukum pidana mempunyai fungsi umum yaitu mengatur masyarakat agar tercipta perdamaian, dan fungsi khususnya yaitu melindungi kepentingan hak kita dari perbuatan-perbuatan yang hendak mencederai kita.
Perbuatan yang dapat di pidana itu masih dapat dibagi menjadi33: a. Perbuatan yang dilarang oleh undang-undang; dan
b. Orang yang melanggar larangan tersebut.
Pada hakekatnya tiap-tiap perbuatan pidana harus terdiri atas unsur-unsur lahir. Oleh karena itu, perbuatan yang mengandung kelakuan dan akibat yang ditimbulkan karenanya adalah suatu kejadian dalam alam lahir.34
Pengertian tindak pidana dan unsur-unsurnya menurut pendapat para ahli sebagai berikut :
a. D. Simons
Strafbaar feit adalah “een strafbaar gestelde, onrechtmatige, met schuld verband staande handeling van een toerekeningsvatbaar persoon”.
Atas dasar pandangan tersebut diatas, unsur-unsur tindak pidana menurut Simons adalah:
1) Perbuatan manusia (positief atau negatief, berbuat atau tidak berbuat atau membiarkan);
2) Diancam dengan pidana (strafbaar gesteld);
32 Suda rto, 2009, Hukum Pidana 1, Ya ya sa n Suda rtod/a Fa kultas Hukum Undip, Sema ra ng, ha l. 62
33 Suda rto, Op. Cit, ha l. 63
34 Moelja tno, 1983, Azas-Azas Hukum Pidana, Bina Aksa ra , Ja ka rta , ha l. 59
3) Melawan hukum (onrechtmatig);
4) Dilakukan dengan kesalahan (met schuld in verband staad);
5) Oleh orang yang mampu bertanggung jawab (toerekeningsvatbaar persoon).
Dari unsur-unsur tindak pidana tersebut Simons membedakan adanya unsur obyektif dan subyektif dari strafbaarfeit. Yang dimaksud unsur obyektif yakni :
a) Perbuatan orang;
b) Akibat yang kelihatan dari perbuatan itu;
c) Mungkin ada keadaan tertentu yang menyertai perbuatan-perbuatan itu seperti dalam Pasal 281 KUHP sifat “openbaar” atau dimuka umum.
Sedangkan, dari segi subyektif yakni : a) Orang yang mampu bertanggung jawab;
b) Adanya kesalahan (dolus atau culpa). Perbuatan harus dilakukan dari perbuatan atau dengan keadaan-keadaan dimana perbuatan itu dilakukan.35
b. Van Hamel
Strafbaar feit adalah een wettelijk omschreven menschelijk gedraging, onrechtmatig, strafwaarfing en aan schuld te wijten”.
Adapun unsur-unsurnya sebaga berikut36 :
1) Perbuatan manusia yang drumuskan dalam undang-undang;
2) Melawan hukum;
3) Dilakukan dengan kesalahan;
4) Patut dipidana.
c. E. Mezger
Die straftat ist der inbegriff der Voraussetzungen der Strafe yang artinya tindak pidana adalah keseluruhan syarat untuk adanya pidana.
Yang selanjutnya dikatakan Die straftat ist demnach tatbestandlich-
35 Suda rto, Op. Cit, ha l. 66
36 Ibid, ha l. 67
rechtswidrige, pers onlich zurechenbare strafbeddrohte Handlung.
Dari hal tersebut, unsur-unsur tindak pidananya ialah37 :
1) Perbuatan dalam arti yang luas dari manusia (aktif atau membiarkan);
2) Sifat melawan hukum (baik bersifat obyektif maupun subyektif);
3) Dapat dipertanggungjawabkan kepada seseorang;
4) Diancam dengan pidana.
d. Moeljatno
Dalam pidato saat upacara peringatan Dies Natalis Ke-IV Universitas Gajah Mada, Moeljatno memberikan definisi perbuatan pidana sebagai
“perbuatan yang di larang dalam undang-undang dan di ancam dengan pidana barangsiapa melanggar larangan itu”.38
Untuk adanya perbuatan pidana harus terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
1) Perbuatan (manusia);
2) Yang memenuhi rumusan dalam undang-undang (merupakan syarat formil);
3) Bersifat melawan hukum (merupakan syarat materiil).