BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi klien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan.
Pengkajian pada pasien 1 dilakukan pada hari Kamis 27 mei 2021 dan pasien 2 dilakukan pada hari Senin 21 Juni 2021. Pasien 1 berusia 39 tahun dan pasien 2 berusia 19 tahun, terdapat kesamaan pada keluhan pasien 1 dan 2 yaitu nyeri di bagian luka operasi, hanya saja pada pasien 2 nyeri disertai gatal didaerah sekitar luka dan terasa hangat di bagian luka hal ini sesuai dengan latar belakang dalam bab 1 yang menyebutkan bahwa bahwa tindakan pembedahan dapat menimbulkan berbagai masalah keperawatan salah satunya nyeri. Nyeri akut pasca bedah dapat disebabkan oleh luka operasi (Sjamsuhidajat, 2015).
Menurut penulis berdasarkan hasil dari pengkajian pada klien 2 terdapat kesenjangan antara hasil pengkajian pada klien dengan teori yang ada, dimana klien 2 mengatakan tidak ada mual muntah sedangkan pada manifestasi klinis terdapat mual dan muntah.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017).
Berdasarkan pada semua data pengkajian diagnosa keperawatan utama yang dapat muncul pada appendicitis, antara lain:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Prosedur oprasi).
b. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif (muntah).
c. Resiko Infeksi ditandai dengan efek prosedur infasive.
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
Dengan ini, adapun diagnosa keperawatan pada pasien 1 dan pasien 2 yang sesuai dengan teori antara lain:
a. Nyeri akut
Menurut PPNI (2017) Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari tiga bulan.
Pada pasien 1 diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (prosedur operasi). Saat pengkajian didapatkan data subjektif dan data objektif yaitu pasien mengeluh nyeri dibagian luka operasi di perut kanan bawah Post-op appendictomi dengan skala 7. Pada pasien 2 diagnosa nyeri akut juga berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (Prosedur operasi). Saat pengkajian didapatkan data subjektif dan data objektif yaitu pasien mengeluh nyeri di bagian luka operasi di perut Post-op Laparatomi dengan skala 5.
Hidayat (2020) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa pada kasus post-operatif masalah nyeri akut timbul dikarenakan proses operasi yang menyebabkan rusaknya jaringan kulit sehingga mengakibatkan rangsangan nyeri.
Berdasarkan keluhan yang didapatkan peneliti pada pasien 1 dan pasien 2 terdapat perbedaan keluhan nyeri yaitu pada pasien 1 post operatif appendictomi, pasien mengeluh nyeri pada daerah sekitar luka operasi dengan skala 7 yang dirasa seperti ditusuk tusuk sedangkan pada pasien 2 post operatif laparatomi pasien mengeluh nyeri di daerah luka operasi dengan skala 5 yang dirasa seperti diremas-remas.
Dengan ditemukannya hasil penelitian yang di dapatkan, peneliti berasumsi bahwa perbedaan keluhan nyeri yang dirasakan oleh pasien 1 dan pasien 2 disebabkan oleh perbedaan kondisi post operatif dan
perbedaan proses operasi dimana pasien 1 dengan post operatif appendicitis dan pasien 2 dengan post operatif laparatomi sehingga terdapat perbedaan tingkat dan jenis nyeri yang dirasakan.
b. Resiko infeksi
Diagnosa yang sama dengan teori dan ditemukan pada kedua pasien selanjutnya adalah resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif. Pada saat dilakukan pengkajian ditemukan data objektif pada kedua pasien yaitu terdapat luka hasil operasi dibagian perut.
Resiko infeksi adalah beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik. Faktor resiko dari resiko infeksi adalah penyakit kronis, efek prosedur infasif, mall nutrisi, peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan, ketidak adekuatan pertahanan tubuh primer, ketidak ada kuatan pertahanan tubuh sekunder (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Nurarif dan Kusuma (2015) menyebutkan bahwa masalah keperawatan yang dapat timbul pada pasien post operasi salah satunya resiko infeksi, dimana terbukanya jaringan kulit karena proses operasi yang menyebabkan terbukanya jalan masuk kuman dan bakteri yang beresiko menimbulkan resiko infeksi.
Menurut peneliti, masalah keperawatan resiko infeksi muncul pada pasien 1 dan pasien 2 karena efek dari prosedur operasi dan sesuai dengan tanda faktor yang didapatkan dari diagnosa SDKI (Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia), yaitu dari faktor resiko adalah efek prosedur invasive.
c. Gangguan mobilitas fisik
Gangguan mobilitas fisik adalah Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri. Pada pasien 2 ditemukan diagnosa gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keengganan untuk melakukan pergerakan dibuktikan dengan data subjektif yaitu pasien mengatakan takut untuk melakukan mobilisasi karna takut jahitan pada luka akan terbuka dan terasa nyeri saat melakukan aktifitas dan data objektif kekuatan otot normal.
Penelitian yang dilakukan Nurarif dan Kusuma (2015) masalah keperawatan yang biasa timbul pada post operatif salah satunya adalah gangguan mobilitas fisik yang timbul karena kurangnya kesiapan dan adaptasi dengan kondisi post operasi yang menyebabkan keterbasan dan gangguan pada proses mobilisasi.
Peneliti berasumsi masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik yang timbul pada pasien 2 berdasarkan keluhan yang disampaikan dan ditemukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan kesiapan pasien menghadapi proses pasca operasi.
Diagnosa keperawatan yang memiliki kesenjangan dengan teori hanya ditemukan pada pasien 1, yaitu:
a. Resiko defisit nutrisi
Defisit nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Jadi, resiko defisit adalah resiko terjadinya kekurangan nutrisi untuk mencukupi kebutuhan metabolisme.
Pada pasien 1 diagnosa resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan (mual-muntah) dengan data subjektif pasien mengatakan mual dan muntah beberapa kali dan belum diizinkan makan dikarenakan baru selesai operasi dan pada data objektif ditemukan saat pengkajian terhitung pasien sudah muntah 7x dan pasien terlihat lemas.
Nurarif dan Kusuma (2015) menyebutkan resiko defisit nutrisi dapat timbul karena pada saat pasca operasi keadaan sistem pencernaan belum berfungsi dengan stabil sehingga menimbulkan masalah seperti mual, muntah dan tidak nafsu makan.
Peneliti memiliki asumsi bahwa pada pasien 1 ditemukan masalah resiko defisit nutrisi disebabkan karena sistem pencernaan belum bekerja dengan stabil serta juga ditimbulkan karena efek dari anastesi yang dirasakan.
Berdasarkan semua diagnosa yang telah ditemukan, peneliti berasumsi bahwa masalah keperawatan pada kedua pasien timbul karena adanya keluhan yang dialami pasien. Sejalan dengan keluhan yang dirasakan, maka peneliti menyimpulkan bahwa masalah
keperawatan yang timbul disebabkan oleh perbedaan kondisi pasca operasi pada masing-masing pasien.