BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Pada tahap pengumpulan data penulis tidak menemui kesulitan karena penulis sudah melakukan pengenalan dan menjelaskan tujuan penulis yaitu untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia, sehingga pasien lanjut usia serta keluarga paham dan terbuka serta kooperatif.
4.1.1 Identitas Klien
Di tinjauan pustaka usia lanjut dengan diagnosa medis Rheumatoid Arthritis yakni kebanyakan di usia 60 tahun ke atas dengan orang yang mempunyai gejala nyeri di bagian persendian. Perempuan lebih memiliki peluang mengalami penyakit Rheumatoid Arthritis . Pada tinjauan pustaka lansia yang mengalami Rheumatoid Arthritis Penyakit ini menyerang semua orang dan ras, kejadian pada wanita yang berumur 60 tahun enam kali lipat lebih besar dibandingkan dengan wanita usia muda, dan ditemukan di seluruh dunia. Perbandingan antara wanita dan pria sebesar 3:1. Pekerjaan yang melakukan beban berat lebih sering mengalami penyakit Rheumatoid Arthritis (Yafrinal Siregar,2016). Pada tinjauan kasus didapat data klien berumur 60 tahun dan pada jenis kelamin perempuan. Antara tinjauan kasus dan pustaka tidak ditemukan perbedaan yang berarti.
4.1.2 Riwayat Kesehatan 4.1.2.1 Keluhan Utama
Pada tinjaukan pustaka didapat keluhan utama yang biasanya dirasakan oleh klien Rheumatoid Arthritis mengeluh nyeri di daerah persendian dan pergelangan tangan dan kaki, mengalami bengkak di area persendian dan kekakuan di persendian (marwis 2018). Pada tinjauan kasus didapat pemeriksaan klien mengatakan nyeri pada lutut, nyeri seperti ditusuk terasa nyeri saat posisi dari duduk ke berdiri dengan skala nyeri 4. Antara tinjauan sistem dan tinjauan system tidak terjadi kesenjangan.
4.1.2.2 Riwayat Penyakit Kesehatan Saat Ini
Di tinjauan kasus 1 klien mengatakan nyeri di sendi kaki P : Pasien mengalami nyeri hebat karena Rheumatoid Arthritis yang di alami 1 tahun yang lalu. Q : kualitas nyeri cekot - cekot, R : nyeri di daerah lutut kaki kanan, S : skala nyeri 6, T : nyerinya berkurang saat pasien meminum obat anti nyeri. timbul saat setiap bangun tidur pagi .tidak ada kesenjangan dengan tinjauan pustaka, Sedangkan Klien 2 mengatakan nyeri P :pasien mengalami nyeri dan kaku di bagian sendi tangan setiap setelah berjualan di tokonya Q : kualitas nyeri seperti ditusuk tusuk hilang timbul, R : nyeri di daerah sendi jari jari tangan kanan, S : skala nyeri 4, T : nyerinya berkurang saat pasien meminum obat warung dan Ketika beristirahat sejenak . Pada tinjauan kasus klien 1 dan 2 mengeluh nyeri tetapi terdapat perbedaan pada bagian nyerinya yang dimana klien 1 terdapat di sendi kaki bagian kanan dan klien 2 mengalami nyeri di bagian sendi jari jari bagian tangan.untuk penyebabnya yaitu antara klien 1 dan 2 sama sama karena Rheumatoid Athritis. Sedangkan antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak
terdapat kesenjangan karena pada tinjauan pustaka keluhan-keluhan utama yang sering dirasakan oleh klien yaitu nyeri di bagian persendian
4.1.2.3 Riwayat Kesehatan sebelumnya
Di tinjauan pustaka beberapa lansia dahulu memiliki penyakit yang berhubungan dengan system muskuluskeletal sebelumnya (Marwis, 2018).
Di tinjauan kasus 1 klien mengatakan Ketika setiap bangun tidur mengalami nyeri hebat di area persendian kaki kanan dan klien 2 di dapatkan hasil data klien mengatakan Klien mengatakan status kesehatan selama setahun yang lalu mengalami nyeri di area jari jari tangan, keluhan utama yang di rasakan nyeri di area jari jari tangannya, nyeri di rasakan saat pasien usai memasak dan berjualan di warung miliknya.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak tejadi kesenjangan dikarenakan sama sama mengalami gangguan di musculoskeletal.
4.1.4.2 Riwayat alergi
Pada pengkajian riwayat alergi tidak terjadi kesenjangan pada tinjauan kasus antara klien 1 dan 2 karena keduanya mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi apapun.
4.1.4.3 Riwayat Operasi
Pada pengkajian riwayat operasi tidak terjadi kesenjangan antara klien 1 dan klien 2 karena keduanya mengatakan tidak pernah menjalani
4.1.4.4 Riwayat Jatuh
Pada pengkajian riwayat jatuh terjadi kesenjangan antara klien 1 dan klien 2. Karena klien 1 Klien mengatakan pernah jatuh sejak 2 tahun yang lalu, sedangkan klien 2 Klien mengatakan pernah jatuh ketika dirinya membersihkan warung rumah 4.1.5 Riwayat Keluarga
Pada tinjauan pustaka Rheumatoid Arthritis yang disebabkan karena penyakit autoimun seperti arthritis, lupus, ankylosing spondylitis, dan arthritis psoriasis merupakan kelompok penyakit yang unsur genetikanya menonjol. Artinya penyakit ini sangat bisa diturunkan dari keluarga yang memilikinya.( Marwis 2018). Pada tinjauan kasus didapat data klien 1 memiliki faktor keturunan penyakit Rheumatoid Arthritis dari ibunya. Dan klien 2 mengatakan tidak ada Berdasarkan hasil pengamatan peneliti antara tinjauan kasus1 dan tinjauan pustaka tidak tejadi kesenjangan dikarenakan pada klien 1 mengalami penyakit dikarnakan factor genetic. dan Berdasarkan hasil pengamatan peneliti antara tinjauan kasus2 dan tinjauan pustaka tejadi kesenjangan dikarenakan klien mengalami penyakit Rheumatoid Arthritis bukan karna factor genetic.
4.1.6 Perilaku Yang Mempengaruhi Kesehatan
Pada tinjauan Pustaka menurut sukarmin (2018), pekerjaan yang dapat mempengaruhi penyakit rheumatoid atritis adalah pekerjaan yang berat karena dapat memicu timbulnya stress, pada tinjauan kasus pasien mengatakan pada waktu muda bekerja sebagai buruh pabrik kemudian pulang langsung memasak untuk berjualan besok, terdapat kesenjangan dikarenakan pasien melakukan pekerjaan berat setiap harinya. Pada tinjauan kasus 1 klien mengatakan dulunya pernah
bekerja di pabrik rokok selama 10 tahun. Dan tinjaukan kasus 2 Klien mengatakan sering menghirup asap rokok pembeli nya saat berjualan di warung.
4.1.7 Pengetahuan Klien tentang penyakitnya
Pada pengkajian pengetahuan klien tentang penyakitnya terjadi kesenjangan antara klien 1 dan klien 2. Karena klien 1 Klien mengatakan mengetahui penyebab dan gejala dari penyakit Rheumatoid Arthritis , sedangkan klien 2 Klien mengatakan belom mengetahui sama sekali mengenai penyakit Rheumatoid Arthritis dan saat di tanya mengenai penyakitnya klien tampak kebingungan .
4.1.9 Riwayat Nutrisi dan Cairan 4.1.9.1 Nafsu Makan
Pada tinjauan pustaka pada penderita seringkali mengkonsumsi makan- makanan yang berminyak dan jeroan ataupun daging merah ataupun seafood hal ini yang memicu terjadinya penyakit ( Marwis2018). Pada tinjauan kasus 1 dan 2 di dapatkan hasil data klien mengatakan ketika sebelum sakit nafsu baik (banyak), tapi ketika sakit dirinya nafsu makannya cukup (terjadi penurunan porsi). Hasil pengamat penelitian tidak terjadi kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus.
4.1.10 Pemeriksaan Fisik 4.1.10.1 Keadaan Umum
Pada tinjauan pustaka didapat penderita Rheumatoid Arthritis Pada penderita Rheumatoid Arthritis biasanya tampak kelelahan , pada lansia biasanya mengalami kesulitan tidur (Aspiani,2014).Pada Tinjauan kasus 1 di dapatkan hasil data klien tampak meringis, tampak bersikap protektif, tampak gelisah sedangkan
tinjauan kasus 2 di dapatkan hasil data Klien meringis ,gelisah, Hasil pengamat penelitian terjadi kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus yang dimana klien lebih dominan tampak meringis kesakitan dan gelisah ,
4.1.10.3 Sistem Pernafasan (B1)
Pada tinjauan pustaka didapat Inspeksi : tidak sesak, tidak ada retrekasi otot bantu nafas, pada lansia umumnya Menurunya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas, Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, kemampuan untuk batuk berkurang, ( aspiani 2014)
Tinjauan kasus 1 di dapatkan hasil data pada bentuk dada simetris, irama nafas teratur, tidak terdapat retraksi otot bantu nafas, tidak terdapat alat bantu nafas, tidak terdapat nyeri dada saat bernapas, tidak terdapat batuk, produksi sputum dan warna sputum, pada Palpasi Susunan ruas tulang belakang simetris kanan kiri, vocal fremitus taktik fremitus seimbang kanan kiri, pada Perkusi Perkusi thorax sonor, pada Auskultasi : Suara napas vesikuler (tidak ada suara nafas tambahan) sedangkan tinjauan kasus 2 di dapatkan hasil pada Inspeksi Bentuk dada simetris, irama nafas teratur, tidak terdapat retraksi otot bantu nafas, tidak terdapat alat bantu nafas, tidak terdapat nyeri dada saat bernapas, tidak terdapat batuk, produksi sputum dan warna sputum, pada Palpasi Susunan ruas tulang belakang simetris kanan kiri, vocal fremitus taktik fremitus seimbang kanan kiri, pada Perkusi Perkusi thorax sonor, pada Auskultasi Suara napas vesikuler (tidak ada suara nafas tambahan). Hasil pengamat penelitian terjadi kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus 1 dan 2 yang signifikan di karenakan kedua tinjauan kasus kondisi kesehatan pasien masih baik sehingga tidak ada masalah pada sistem respirasi
4.1.10.3 Sistem Kardiovaskuler (B2)
Tinjauan pustaka menurut (Aspiani, 2014) berpendapat bahwa ditemukan data pada pasien Rheumatoid Arthritis tidak ditemukan adanya kerusakan di sistem kardiovaskuler. Tinjauan kasus 1 di dapatkan hasil data pada Inspeksi Irama jantung teratur, tidak terdapat cianosis, tidak terdapat clubbing finger, pada Palpasi Ictus Cordis teraba kuat yang terletak di midclavicula V sinistra, terdapat takikardi, pada Perkusi : Pekak, pada Auskultasi : Bunyi jantung berada di S1 S2 tunggal serta tidak terdapat bunyi jantung tambahan. Tinjauan kasus 2 di dapatkan hasil data pada Inspeksi Irama jantung teratur, tidak terdapat cianosis, tidak terdapat clubbing finger, pada Palpasi Ictus Cordis teraba kuat yang terletak di midclavicula V sinistra, pada Perkusi Pekak, pada Auskultasi Bunyi jantung berada di S1 S2 tunggal serta tidak terdapat bunyi jantung tambahan. Hasil pengamat penelitian tidak terjadi kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan pada kedua kasus dikarenakan tidak memiliki masalah di kardiovaskuler
4.1.10.4 Sistem Persyarafan (B3)
Tinjauan pustaka menurut (Aspiani, 2014) berpendapat bahwa ditemukan data Kesadaran normal, Orientasi : baik, Istirahat/tidur : biasanya mengalami kesulitan tidur, Kelainan Nervus Cranialis : normal, Pupil : normal, Reflek Cahaya : normal, Kaku kuduk, biasanya di daerah leher, Brudzinsky : biasanya normal.
Tinjauan kasus 1 di dapat hasil data pada Inspeksi : kesadaran compos mentis dengan GCS : E : 4, V : 5, M : 6, orientasi baik, tidak kejang, istirahat tidur siang malam tidak ada masalah, tidak ada kelainan nervous cranialis, pupil isokor, refleks cahaya normal, pada Palpasi : Tidak terdapat kaku kuduk, tidak mengalami brudzinsky. Sedangkan tinjauan kasus 2 di dapat hasil pada Inspeksi kesadaran
compos mentis dengan GCS : E : 4, V : 5, M : 6, orientasi baik, tidak kejang, istirahat tidur siang malam tidak ada masalah, terdapat kelainan nervous cranialis pada kranial 7 (Fasialis), kranial 12 (hipoglosus) pupil isokor, refleks cahaya normal, pada Palpasi Tidak terdapat kaku kuduk, tidak mengalami brudzinsky.
Hasil pengamat penelitian tidak terjadi kesenjangan antara tinjuan kasus 1 dan 2 dengan tinjuan pustaka dikarenakan sama – sama kondisi yang normal
4.1.10.5 Sistem Geneouritaria (B4)
Tinjauan pustaka menurut (Aspiani, 2014) berpendapat bahwa pada pasien Rheumatoid Arthritis tidak ditemukan adanya kerusakan di sistem perkemihan . Tinjauan kasus 1 dan 2 di dapat hasil data Bentuk alat kelamin tidak terkaji, alat kelaminnya bersih, berkemih dalam sehari 5×/hari, secara teratur, dengan jumlah urine 1500ml/24jam, bau khas, serta warna urine agak kekuningan. Hasil pengamat penelitian terjadi kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus 1 dan 2 di karenakan warna urine agak kekuningan dikarenakan tidak ada penyakit penyerta seprti infeksi dan sebagainya.
4.1.10.6 Sistem Pencernaan (B5)
Tinjauan pustaka menurut Aspiani, (2014) berdasarkan didapatkan data pasien Rheumatoid Arthritis tidak ditemukan adanya kerusakan di sistem pencernaan. Pada pasien Rheumatoid Arthritis tidak terjadi masalah di sistem penginderaan. Pada tinjauan kasus klien 1 dan 2 tidak ditemukan data yang menyimpang dari tinjauan kasus, sehingga tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus di sistem pencernaan.
4.1.10.7 Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)
Secara khusus perubahan sistem muskuluskeletal pada lansia yang terjadi karena proses penuaan adalah tulang kehilangan kepadatan, semakin rapuh, persendian mengalami kekakuan dan nyeri, otot akan mengalami kelemahan sehingga kesulitan untuk berdiri dan berjalan (Muhith, 2016). Menurut Adellia (2011), Rheumatoid Arthritis adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri, dan kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya. Tinjauan kasus 1 di dapat hasil Kemampuan pergerakan sendi dan tungkai (ROM) klien menurun (terbatas), kekuatan otot menurun pada kedua kakinya 2,2,sering mengalami kekakuan dan nyeri hebat pada bagian sendi kaki bagian kanan dengan nyeri skala 6, tidak terdapat fraktur, tidak terdapat dislokasi, tidak terdapat luka, akral hangat, lembap, turgor elastis, CRT < 2 detik, tidak terdapat oedema, kemampuan melakukan ADL klien parsial ketika berpindah tempat dan pergi ke kamar mandi/toliet, sedangkan tinjauan kasus 2 di dapat hasil Kemampuan pergerakan sendi dan tungkai (ROM) klien menurun (terbatas), kekuatan otot menurun pada kedua tangan 2,2,mengalami nyeri dan kaku di bagian jari jari tangan dengan skala nyeri 4, tidak terdapat fraktur, tidak terdapat dislokasi, tidak terdapat luka, akral hangat, lembap, turgor elastis, CRT < 2 detik, tidak terdapat oedema, kemampuan melakukan ADL klien parsial ketika berpindah tempat dan pergi ke kamar mandi/toliet. Hasil pengamat penelitian tidak terjadi kesenjangan antara tinjuan pustaka dengan tinjauan kasus 1 dan 2 di karenakan terdapat nyeri dan kekakuan di bagian sendi,kemampuan otot menurun yang mengakibatkan tidak bisa bergerak normal
4.1.10.8 Sistem Pengideraan (B7)
Tinjauan pustaka menurut Aspiani, (2014) berdasarkan didapatkan data pasien Rheumatoid Arthritis tidak ditemukan adanya kerusakan di sistem pengindraan. Pada pasien Rheumatoid Arthritis tidak terjadi masalah di sistem penginderaan. Pada tinjauan kasus klien 1 dan 2 tidak ditemukan data yang menyimpang dari tinjauan kasus, sehingga tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus di sistem penginderaan.
4.1.10.9 Sistem Endokrin (B8)
Tinjauan pustaka menurut Aspiani, (2014) berdasarkan didapatkan data pasien Rheumatoid Arthritis tidak ditemukan adanya kerusakan di sistem endokrin. Pada pasien Rheumatoid Arthritis tidak terjadi masalah di sistem penginderaan. Pada tinjauan kasus klien 1 dan 2 tidak ditemukan data yang menyimpang dari tinjauan kasus, sehingga tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus di sistem endokrin.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada tinjauan pustaka menurut SDKI 2015 ada 4 yaitu Nyeri kronis berhubungan dengan Kondisi musculoskeletal, Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis , Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis ,defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan menemukan sumber informasi, dan Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan muskuluskeletal
Pada tinjauan kasus ditemukan 2 diagnosa pada masing-masing klien. Klien 1 penulis menemukan diagnosa keperawatan yang pertama yaitu Nyeri kronis berhubungan dengan Kondisi musculoskeletal karena klien mengeluh nyeri hebat
pada sendi lutut kaki bagian kanan ,hampir 1 tahun klien mengalami nyeri hebat setelah bangun tidur. skala nyeri 6 terus menerus, klien juga tampak meringis, gelisah, dan bersikap protektif. Diagnosa yang kedua yaitu Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan muskuluskeletal karena ditemukan data kekuatan otot menurun pada kedua kakinya 2,2.Kemampuan pergerakan sendi dan tungkai (ROM) menurun (terbatas) ,kaki sering mengalami kekakuan. Pada klien 2 penulis menemukan diagnosa keperawatan yang pertama yaitu nyeri akut berhubungan agen pencedera fisiologis karena klien mengeluh nyeri pada sendi jari jari tangannya ,hampir 2 bulan ini klien mengalami nyeri seperti di tusuk tusuk dengan skala nyeri 4 , klien juga tampak meringis, gelisah, dan bersikap protektif.
Diagnosa yang kedua yaitu defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi karena ditemukan data klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya karena jarang berobat ke dokter, klien tampak kebingungan dan tidak bisa menjawab saat ditanya tentang penyakitnya. klien juga mengatakan tidak mempunyai pantangan makan dan saat sakit hanya meminum obat yang dibeli ditoko.
4.3 Intervensi Keperawatan
Pada perumusan perencanaan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus biasanya terjadi kesenjangan yang cukup karena perencanaan pada tinjauan kasus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pasien.
Tidak terjadinya kesenjangan tentang perencanaan yang terdapat pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus yaitu karena sebelumnya klien telah dilakukan Tindakan kolapemeriksaan di klinik medika keluarga utama . Adapun intervensi keperawatan pada klien 1 dan 2 yaitu setelah dilakukan 2x kunjungan diharapkan
tingkat nyeri pasien menurun dengan kriteria hasil keluhan nyeri menurun, meringis menurun, sikap protektif menurun, gelisah menurun, frekuensi nadi membaik, tekanan darah membaik dengan intervensi Identifikasi (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri).Identifikasi skala nyeri, identifikasi respon nyeri non verbal, berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, fasilitasi istirahat dan tidur, jelaskan (penyebab, periode, dan pemicu nyeri).
4.4 Implementasi keperawatan
Pelaksanaan adalah perwujudan atau realisasi dari perencanaan yang disusun. Pelaksanaan pada tinjauan pustaka belum dapat direalisasikan karena hanya membahas teori asuhan keperawatan. Sedangkan pada tinjauan kasus pelaksanaan telah disusun dan direalisasikan pada pasien. Pada diagnosa keperawatan nyeri kronis berhubungan dengan Kondisi musculoskeletal berhubungan dan Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis semua perencanaan tindakan keperawatan telah dilakukan seperti mengidentifikasi (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri), mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi respon nyeri non verbal, memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, memfasilitasi istirahat dan tidur, menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri. Sehingga, antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak terjadi kesenjangan.
Pada pelaksanaan tindakan keperawatan tidak ditemukan hambatan karena pasien dan keluarga kooperatif sehingga rencana keperawatan berjalan lancar.
4.5 Evaluasi Keperawatan
Pada tinjauan pustaka evaluasi belum dapat dilakukan karena merupakan kasus semu sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dapat dilakukan karena dapat diketahui keadaan pasien secara langsung. Pada akhir evaluasi klien 1 dan 2 semua tujuan sudah tercapai karena kondisi pasien yang telah memenuhi kriteria hasil.
Pada klien 1 tanggal 20 Maret 2022 telah dilaksanakan evaluasi dengan hasil data subyektif (klien mengatakan nyerinya sudah berkurang dengan skala 2) dan data obyektif (wajah meringis tidak ada, gelisah tidak ada, sikap protektif tidak ada, TD : 125/80 mmHg, nadi : 85x/menit, RR : 20X/menit, suhu : 36,4° C). Pada klien 2 tanggal 05 Mei 2022 telah dilaksanakan evaluasi dengan hasil data subyektif (klien mengatakan nyerinya sudah berkurang dengan skala 1), dan data obyektif (wajah meringis tidak ada, gelisah tidak ada, sikap protektif tidak ada, TD : 120/80 mmHg, nadi : 80x/menit, RR : 19X/menit, suhu : 36,2° C). Sehingga, antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak terjadi kesenjangan.
86
BAB V
PENUTUP
Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada klien dengan diagnosa medis Rheumatoid Arthritis di Klinik Medika Keluarga Utama Desa Gajah Magersari, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sekaligus saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis Rheumatoid Athritis.