• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Acuan Norma (PAN)

1. Pengertian Penilaian Acuan Norma (PAN)18

Ada beberapa pendapat tentang pengertian Penilaian Acuan Norma, yaitu:

a. Acuan norma merupakan elemen pilihan yang memeberikan daftar dokumen normatif yang diacu dalam standar sehingga acuan tersebut tidak terpisahkan dalam penerapan standar. Data dokumen normatif yang diacu dalam standar yang sangat diperlukan dalam penerapan standar.

b. Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan mengacu pada norma atau kelompok.

Cara ini dikenal sebagai penilaian acuan norma (PAN).

c. PAN adalah Nilai sekelompok peserta didik (siswa) dalam suatu proses pembelajaran didasarkan pada tingkat penguasaan di kelompok itu. Artinya pemberian nilai mengacu pada perolehan nilai di kelompok itu.

d. Penilaian Acuan Norma (PAN) yaitu dengan cara membandingkan nilai seorang siswa dengan nilai kelompoknya. Jadi dalam hal ini prestasi seluruh siswa dalam kelas / kelompok dipakai sebagai dasar penilaian.

Dari beberapa pengertian ini dapat disimpulkan bahwa Penilaian Acuan Norma adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelmpok; nilai- nilai yang diperoleh siswa diperbandingkan dengan

18 M. Sukadi,Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasianalnya, (Jakarta:PT.Bumi Aksara,2008), h.22

nilai-nilai siswa yang lain yang termasuk di dalam kelompok itu.

2. Penilaian Acuan Norma (PAN)

Penilaian acuan norma (PAN) merupakan pendekatan klasik, karena tampilan pencapaian hasil belajar siswa pada suatu tes dibandingkan dengan penampilan siswa lain yang mengikuti tes yang sama. Pengukuran ini digunakan sebagai metode pengukuran yang menggunakan prinsip belajar kompetitif. Menurut prinsip pengukuran norma, tes baku pencapaian diadministrasi dan penampilan baku normative dikalkulasi untuk kelompok-kelompok pengambil tes yang bervariasi. Skor yang dihasilkan siswa dalam tes yang sama dibandingkan dengan hasil populasi atau hasil keseluruhan yang telah dibakukan. Guru kelas kemudian mengikuti asas yang sama, mengukur pencapaian hasil belajar siswa, dengan tepat membandingkan terhadap siswa lain dalam tes yang sama. Seperti evaluasi empiris, guru melakukan pengukuran, mengadministrasi tes, menghitung skor, merangking skor, dari tes yang tertinggi sampai yang terendah, menentukan skor rerata menentukan simpang baku dan variannya.19

PAN menggunakan prinsip-prinsip yang berlaku pada kurva normal. Hasil-hasil perhitungannya dipakai sebagai acuan penilaian dan memiliki sifat relatif sesuai dengan naik turunnya nilai rata-rata dan simpangan baku yang dihasilkan pada saat itu. Penggunaan sistem PAN membiarkan siswa berkembang seperti apa adanya. Namun demikian guru tetap merumuskan Tujuan Khusus

19Aunurrahma, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: CV Alfabeta, 2009), h. 103

Pembelajaran (TKP) sesuai dengan tuntutan kompetensi.

TKP yang berorientasi pada kompetensi tetap dipakai sebagai tumpuan dalam penyusunan evaluasi akan tetapi pada saat pemberian skor yang diperoleh siswa maka TKP tidak dipergunakan sebagai pedoman. Batas kelulusan tidak ditentukan oleh penguasaan minimal siswa terhadap kompetensi yang ditetapkan dalam TKP, melainkan didasarkan pada nilai rata-rata dan simpangan baku yang dihasilkan kelompoknya. Dengan demikian kelemahan sistem PAN dapat terlihat jelas bahwa tes apapun, dalam kelompok apapun, dengan kadar prestasi yang bagaimanapun pemberian nilai dengan model pendekan PAN selalu dapat dilakukan.

Oleh karena itu penggunaan model pendekatan ini dapat dilakukan denga baik apabila memenuhi syarat antara lain: a). skor nilai terpencar atau dapat dianggap terpencar sesuai dengan pencaran kurva normal; b). jumlah yang dinilai minimal 50 orang atau lebih dari 100 orang dalam arti sampel yang digunakan besar. Dalam penerapan sistem PAN ada dua hal pokok yang harus ditetapkan yaitu: banyaknya siswa yang akan lulus dan penetapan batas lulus. Terdapat dua cara di dalam menentukan batas kelulusan antara lain:

menetapkan terlebih dahulu jumlah yang diluluskan, misalnya 75% dari seluruh peserta tes, kemudian skor tiap siswa disusun dan diranking sehingga akan diketemukan skor terendah. Cara kedua dengan menggunakan data statistik yang terdapat dalam kurva normal dengan menggunakan nilai rata-rata dan simpangan baku, sehingga akan diketemukan luas daerah kurva normal atau jumlah anak yang diluluskan.

3. Ciri-ciri PAN

Penyusunan penilaian acuan normatif tidak ditekankan untuk mengukur penampilan yang eksak dari bebavioral objectives. Dengan kata lain soal-soal pada pan tidak didasarkan atas pengajaran yang diterima siswa atau atas ketrampilan atau tingkah laku yang diidentifikasikan sebagai sesuatu yang dianggap releva bagi belajar siswa.

Pada proses belajar, penilaian nilai normatif pada umumnya banyak dilakukan oleh seorang guru. Penekanan dalam penilaian untuk proses belajar, seorang menggacu pada ketentuan atau norma yang berlaku disekolah, disamping itu seorang guru dapat menggunakan acuan normatif Nasional. Untuk melakukan itu guru dapat membandingkan hasil belajar yang dapat dicapai didalam kelas dengan acuan norma yang ada, termasuk pencapaian lulusan siswa dengan standar nasional yang besarnya 4,26.

Apabila ternyata hasil pencapain belajar dikelas tidak berbeda secara singnifikan berarti para siswa dapat dikatakan memiliki kemampuan baku.Berikut ini beberapa ciri dari Penilaian Acuan Normatif :20

a. Penilaian Acuan Normatif digunakan untuk menentukan status setiap peserta didik terhadap kemampuan peserta didik lainnya.

Artinya, Penilaian Acuan Normatif digunakan apabila kita ingin mengetahui kemampuan peserta didik di dalam komunitasnya seperti di kelas, sekolah, dan lain sebagainya.

20M. Sukadi,Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasianalnya, h. 38

b. Penilaian Acuan Normatif menggunakan kriteria yang bersifat “relative”. Artinya, selalu berubah-ubah disesuaikan dengan kondisi dan atau kebutuhan pada waktu tersebut.

c. Nilai hasil dari Penilaian Acuan Normatif tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pengajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjuk kedudukan peserta didik (peringkatnya) dalam komunitasnya (kelompoknya).

d. Penilaian Acuan Normatif memiliki kecendrungan untuk menggunakan rentangan tingkat penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari yang sangat istimewa sampai dengan yang mengalami kesulitan yang serius.

e. Penilaian Acuan Normatif memberikan skor yang menggambarkan penguasaan kelompok.

4. Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan dan kekurangan PAN21 a. Kelebihan PAN

1) Kebiasan penggunaan penilaian berdasarkan refrensi norma atau kelompok dipendidikan tinggi.

2) Diharapkan tinggat kinerja yang sama terjadi pada setiap kelompok mahasiwa.

3) Bermanafaat untuk membandingkan mahasiswa atau penghargan utama untuk sejumlah mahasiswa tertentu.

4) Mendukung tradisional kekukuhan akademis dan menggunakan standar.

21Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h.

125.

b. Kekurangan PAN

1) Sedikit menyebutkan kompetensi mahasiswa apa yang mereka ketahui atau dapat mereka lakukan.

2) Tidak fair karena peringkat mahasiswa tidak hanya bergantung pada tingkatan prestasi, tetapi juga atas prestasi mahasiswa lain.

3) Tidak dapat diandalkan mahasiswa yang gagal sekarang mungkin dapat lulus tahun berikutnya 5. Contoh :

Dari HASIL TES 20 SISWA a. Skor 45 = 2 orang b. Skor 40 = 3 orang c. Skor 35 = 7 orang d. Skor 30 = 6 orang e. Skor 20 = 2 orang

Nilai ( x )

Frekuensi

( f ) x.f µ² f. µ²

45 40 35 30 20

2 3 7 6 2

90 120 245 180 40

11,25 6,25 1,25 -3,75 -13,75

126,562 39,062

1,562 14,062 189,062

253,124 117,186 10,934 84,372 378,124

Jumlah N= 20 675 843,74

Mean = = = 33,75 SD= = = = 6,495

Nilai Skor Minimal

10 M + ( 2,25 x SD ) = 33,75 + ( 2,25 x 1,086 ) = 36,195

Nilai Skor Minimal

9 M + ( 1,75 x SD = 33,75 + ( 1,75 x 1,086 ) = 35,650 8 M + ( 1,25 x SD ) = 33,75 + ( 1,25 x 1,086 ) = 35,107 7 M + (0,75 x SD ) = 33,75 + ( 0,75 x 1,086 ) = 34,564 6 M + ( 0,25 x SD ) = 33,75 + ( 0,25 x 1,086 ) = 34,021 5 M – ( 0,25 x SD ) = 33,75 – (0,25 x 1,086) = 33,478 4 M – ( 0,75 x SD ) = 33,75 – (0,75 x 1,086 ) = 32,935 3 M – ( 1,25 x SD ) = 33,75 – (1,25 x 1,086 ) = 32,392 2 M – ( 1,75 x SD ) = 33,75 – (1,75 x 1,086 ) = 31,849 1 M – ( 2,25 x SD ) = 33,75 – (2,25 x 1,086 ) = 31,306

Tujuan penggunaan tes acuan norma biasanya lebih umum dan komprehensif dan meliputi suatu bidang isi dan tugas belajar yang besar. Pada pendekatan acuan norma, standar kinerja yang digunakan bersifat relatif, artinya tingkat kinerja seorang siswa ditetapkan berdasarkan pada posisi relatif dalam kelompoknya. Artinya seorang yang memperoleh nilai di atas rata-rata kelompoknya maka siswa tersebut memperoleh skor yang tinggi, begitu juga sebaliknya.Salah satu keuntungan dari standar relatif ini adalah penempatan skor (kinerja) siswa dilakukan tanpa memandang kesulitan suatu tes secara teliti. Kekurangan dari penggunaan standar relatif diantaranya adalah:

Dianggap tidak adil

Membuat persaingan yang tidak sehat diantara siswa

Contoh “A” acuan norma dalam menentukan nilai siswa:

Dalam satu kelas, peserta ujian terdiri dari 9 orang dengan skor mentah 50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, dan 30. Jika menggunakan pendekatan penilaian acuan normal (PAN), maka peserta tes yang mendapat skor tertinggi (50) akan mendapat nilai tertinggi, misalnya 10. sedangkan mereka yang mendapat skor di bawahnya akan mendapat nilai secara proporsional, yaitu 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6.

Penentuan nilai dengan skor di atas dapat juga dihitung terlebih dahulu persentase jawaban benar.Kemudian, yang memperoleh persentase tertinggi diberikan nilai tertinggi.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian tersebut, dapat ditarik pemahaman, bahwa pertama acuan kriteria merupakan salah satu bentuk acuhan penilaian dalam proses belajar; kedua Acuan kriteria disebut juga sebagai penilaian acuan patokan (Creterion Referenced Test); ketiga acuan kriteria adalah sebuah penilaian yang berusaha membandingkan hasil belajar peserta didik terhadap suatu tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya apakah tercapai dengan baik atau tidak; keempat konsep tersebut pada umumnya dilaksanakan dalam proses pengajaran yang bersifat mandiri atau belajar tuntas (mastery learning), sehingga dari sini para pendidik lebih menekankan pada penguasaan materi kepada peserta didik; kelima kelebihan acuan kriteria dalam proses pembelajaran tersebut akan mempermudah dalam memahami kemajuan dan kemunduran prestasi peserta didik lebih spesifik.

Penilaian acuan norma adalah penilaian yang mengacu kepada norma untuk menentukan kedudukan atau posisi seorang peserta didik di antara kelompoknya.Penilaian acuan norma biasanya mengukur sejumlah besar perilaku khusus dengan sedikit butir tes untuk setiap perilaku.Penilaian acuan norma menekankan perbedaan di antara peserta tes dari segi tingkat pencapaian belajar secara relatif.