• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENILAIAN BAHAN BAKAR

untuk proyek dan bahwa harga bahan bakar dan ketentuan lainnya akan dapat diterima. Jenis bahan bakar dan karakteristik pembakarannya juga penting. Tabel 16 menunjukkan karakteristik bahan bakar biomassa pada umumnya untuk beberapa jenis biomassa.

TIPE LHV (KJ/KG) MCW(%) ACD (%)

Ampas tebu 7,700-8,000 40-60 1.7-3.8

Sekam kakao 13,000-16,000 7-9 7-14

Batok kelapa 18,000 8 4

Sekam kopi 16,000 10 0.6

Residu kapas

Tangkai 16,000 10-20 0.1

Sampah kapas 14,000 9 12

Jagung

Tongkol 13,000-15,000 10-20 2

Tangkai

Residu kelapa sawit

Batang buah-buahan 5,000 63 5

Serat 11,000 40

Cangkang 15,000 15

Puing Bangunan 15,000 15

Gambut 9,000-15,000 13-15 1-20

Sekam padi 14,000 9 19

Jerami 12,000 10 4.4

Kayu 8,400-17,000 10-60 0.25-1.7

Batu bara 25,000-32,000 1-10 0.5-6

7.2

PENILAIAN BAHAN BAKAR

KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR BIOMASSA TABEL 16

BUKU PEDOMAN ENERGI BERSIH UNTUK LEMBAGA JASA KEUANGAN

156

Ketika membakar biomassa dalam boiler, klorin dan sulfur dalam bahan bakar berakhir di gas pembakaran dan mengikis dinding boiler dan peralatan lainnya. Hal ini dapat menyebabkan kegagalan tabung boiler dan peralatan lainnya, dan pabrik harus ditutup untuk memperbaiki boiler. Sponsor proyek perlu memastikan bahwa bahan bakar tidak akan menimbulkan korosi boiler dan bahwa desain dan operasi boiler sesuai untuk bahan bakar biomassa.

Biomassa dengan tingkat kalium dan natrium yang tinggi akan memiliki suhu fusi abu yang rendah. Ketika membakar bahan bakar dengan tingkat kalium dan natrium yang tinggi, abu yang dihasilkan bisa meleleh di dalam tungku dan mengikis efisiensi boiler. Abu yang terbang dapat menempel tabung boiler, yang juga akan menurunkan efisiensi boiler dan dapat menyebabkan kegagalan pipa boiler. Dengan suhu tungku di atas 1000

°C, tandan kosong buah, ampas tebu, dan cangkang kelapa sawit membuat abu yang lebih mencair dari bahan bakar biomassa lainnya. Sponsor proyek harus memastikan bahwa kondisi operasi boiler tidak melampaui suhu fusi abu.

Gambar 52 menunjukkan kandungan sulfur, klorin dan kalium/natrium dari sejumlah bahan bakar boiler. Gambar 53 menunjukkan suhu fusi abu dari sejumlah bahan bakar.

KANDUNGAN SULFUR, KLORIN DAN KALIUM/

NATRIUM DARI SEJUMLAH BAHAN BAKAR BOILER GAMBAR 52

Ketika desain boiler tidak sesuai untuk bahan bakar dengan suhu fusi abu rendah atau boiler beroperasi dengan tidak benar dengan bahan bakar biomassa, “klinker” akan terbentuk di dalam boiler atau gasifier. Dengan jenis boiler stoker, klinker akan menumpuk di perapian, memaksa pembangkit listrik tertutup untuk pemeliharaan.

Gambar 54 dan 55 menunjukkan panggangan stoker bersih dan panggangan kotor.

Dua komponen utama dari biaya bahan bakar biomassa adalah pengangkutan dan penyimpanan. Bahkan, sisi ekonomi proyek pembangkit listrik tenaga biomassa secara langsung berhubungan dengan jarak yang dibutuhkan untuk mengangkut biomassa dari sumber ke pembangkit listrik. Proyek yang paling layak adalah proyek yang berada di sumber bahan bakar biomassa atau terintegrasi dengan pabrik atau fasilitas pengolahan lainnya.

Bila lokasi proyek berada jauh dari sumber biomassa, sponsor proyek dapat mempertimbangkan untuk menggunakan teknologi bahan bakar yang sudah dibentuk sebelumnya untuk mengoptimalkan biaya transportasi.

Mengangkut bahan bakar biomassa dengan kepadatan relatif rendah atau kadar air yang tinggi akan sangat tidak efisien. Pembentukan sebelumnya di sumber biomassa (pabrik kelapa sawit atau penggilingan padi, misalnya) dapat mengurangi biaya pengangkutan : melumat, menekan, pengeringan, dan membentuk jadi pelet adalah contoh pembentukan sebelumnya dari bahan bakar biomassa yang umum.

ºC ºC ºC

Critical Level 15

SUHU FUSI BAHAN BAKAR BIOMASSA GAMBAR 53

BUKU PEDOMAN ENERGI BERSIH UNTUK LEMBAGA JASA KEUANGAN

158

PANGGANGAN BOILER BERSIH GAMBAR 54

KLINKER YANG TERBENTUK DI PANGGANGAN BOILER

GAMBAR 55

Bal dan pelet menjadikan pengangkutan lebih efisien dari pabrik kelapa sawit dan penggilingan padi ke boiler di lokasi pembangkit listrik. Pelet tahan terhadap guncangan, tidak memakan tempat, dan dapat dengan mudah terbakar dalam proses otomatis, sehingga menjadikan penggunaannya lebih efisien. Pelet dibuat dalam ekstrusi tekan keras. Bahan bakunya biasanya adalah biomassa kayu murni, tetapi tandan kosong atau sekam padi juga dapat digunakan. Kadang-kadang sedikit pengikat alami dapat ditambahkan untuk memudahkan proses.

Pembuatan pelet tidak memecahkan masalah yang diciptakan oleh bahan bakar dengan suhu fusi abu yang rendah.

Gambars 56 dan 57 menunjukkan contoh operasi pembuatan bal dan pelet.

MESIN PEMBUAT BAL GAMBAR 56

PELET BIOMASSA GAMBAR 57

BUKU PEDOMAN ENERGI BERSIH UNTUK LEMBAGA JASA KEUANGAN

160

Pemilihan teknologi dan lokasi untuk proyek pembangkit listrik tenaga biomassa adalah sebuah keputusan penting. Teknologi ini harus terbukti secara komersial, sesuai untuk bahan bakar biomassa, dan juga sesuai untuk kapasitas MW dari usulan proyek. Lokasi proyek harus memiliki ruang yang cukup untuk pembangkit listrik dan untuk menyimpan penggunaan bahan bakar hingga beberapa bulan dalam beberapa hal. Lokasi ini juga harus memiliki akses ke air untuk pendinginan, dan jaringan listrik atau pengguna akhir listrik.

Investor dan pemberi pinjaman pasti ingin memastikan bahwa proyek ini menggunakan teknologi yang terbukti secara komersial. Teknologi ini harus komersial untuk bahan bakar yang akan digunakan. Sebuah teknologi yang berfungsi dengan baik dengan satu bahan bakar (seperti cangkang kelapa sawit) mungkin tidak berfungsi dengan bahan bakar lain (seperti tandan buah kosong). Suhu fusi abu merupakan karakteristik bahan bakar biomassa penting yang dapat mempengaruhi pilihan teknologi dan teknologi penjual.

Ada berbagai variasi pilihan teknologi listrik biomassa. Beberapa daripadanya telah mapan dan layak pembiayaan, seperti pembakaran langsung limbah kelapa sawit. Dua teknologi yang paling umum untuk tenaga biomassa adalah pembakaran langsung dan gasifikasi.

Pembakaran langsung biomassa adalah teknologi matang dan tersedia secara komersial. Teknologi ini menghasilkan panas, yang kemudian menghasilkan uap dalam boiler dan akhirnya menggerakkan generator turbin. Ada beberapa variasi dari pembakaran langsung biomassa:

» Boiler Stoker

Jenis boiler biasanya digunakan untuk proyek pembangkit listrik biomassa sebesar 5 sampai 50 MW.

Boiler ini relatif sederhana dan menerima masukan bahan bakar yang lebih fleksibel.

» Boiler lapis terfluidisasi

Boiler ini biasanya untuk pembangkit listrik yang lebih besar dari 25 MW. Boiler ini lebih efisien dan lebih kompleks daripada boiler stoker sehingga lebih mahal. Bahan bakar yang mungkin diperlukan relatif lebih sedikit dibandingkan dengan bahan bakar untuk boiler stoker.

» Boiler pembakaran suspensi atau boiler pembakaran bubuk

Boiler ini biasanya untuk proyek pembangkit listrik yang lebih besar dari 50 MW. Efisiensi pembakarannya sebanding dengan boiler lapis terfluidisasi, tetapi kurang fleksibel dalam penggunaan bahan bakar, bahan bakarnya harus berupa partikel halus. Jenis boiler ini jarang digunakan untuk biomassa.

Pembakaran langsung menggunakan boiler stoker adalah teknologi matang yang telah digunakan di seluruh dunia. Oleh karenanya pemberi pinjaman dapat fokus pada pemasok peralatan untuk menentukan bankabilitas teknologi tersebut. Boiler uap biomassa handal dapat diperoleh dari: Yoshimine dan Takuma (Jepang), Vyncke (Belgia), Areva (Prancis), Eckrohrkessel (Jerman), dan Andalas dan Atmindo (Indonesia). Penggunaan boiler yang diproduksi secara lokal (buatan Indonesia di bawah lisensi dari Jepang/China) dapat menurunkan biaya

Dokumen terkait