• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Hasil Pembelajaran 1).Teknik Penilaian

LUBDAKA

H. Penilaian Hasil Pembelajaran 1).Teknik Penilaian

No Aspek Teknik Bentuk

1 Sikap sepiritual Observasi Sikap Pencatatan (Non Tes)

2 Sikap sosial Observasi Sikap Pencatatan (Non Tes)

3 Ketrampilan Unjuk kerja Menghafal cerita terkait hari suci

2).Intrumen Penilaian

a. Penilaian Sikap sepiritual dan sosial

FORMAT PENILAIAN OBSERVASI SIKAP SEPIRITUAL HARI / TGL :

N O

NAMA SISWA ASPEK YANG DIAMATI

CATATAN GURU

Taat Sembahyang Toleransi Mengucapkan salam

1 2 3 4

5

dst

FORMAT PENILAIAN OBSERVASI SIKAP SOSIAL HARI / TGL :

N O

NAMA SISWA ASPEK YANG DIAMATI

CATATAN GURU

Desiplin Desiplin Santun

1

2 3 4 5

b.Penilaian Ketrampilan

No Nama Siswa Aspek Rata

Mimik Sikap Hafal 0-100 0-100 0-100 1

2 3 4

NILAI : Jml Skor Perolehan Jml aspek penilaian

3) Pembelajaran Remidi dan Pengayaan

- Pembelajaran remidi dilaksanakan segara setelah diadakan penilaian bagi

peserta didik yang mendapat nilai di bawah KKM

Setrategi pembelajaran remedial dilaksanakan dengan pembelajaran

remedial, penugasan dan tutor sebaya berdasrkan indikator pembelajaran

yang belum tercapai oleh masing-masing peserta didik Mengetahui,

Kepala SD N 2 Saba

Ni Made Darmawathi, S.Pd, M.Pd

NIP. 19651231 198812 2 014

Saba,

Guru Mata Pelajaran Agama Hindu

Ni Ketut Kartini,S.Ag.

NIP. 196503231986062001

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP )

Nama Sekolah : SD Negeri 2 Saba

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas/Semester : IV / II

Materi Pokok : Mengenal hari-hari suci agama Hindu Alokasi Waktu : 4 X 35 Menit (1 x Pertemuan)

Pertemuan ke : 5 I. Tujuan Pembelajaran

Setelah pembejarana dilaksanakan diharapkan siswa dapat : 1. Menyebutkan manfaat hari suci bagi umat hindu

2. Menghafal wuku, dan wewaran

3.Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator 1.KD

(Sikap Spiritual )

1.5 Menerima hari-hari suci agama Hindu sebagai proses penyucian diri

Indikator : 1.5.1 Kusuk bersembahyang pada hari-hari suci agama Hindu sebagai proses penyucian Diri (taat bersmbhyang)

1.5.4 Tidak mengganggu teman yang sedang merayakan hari-hari suci keagamaan (toleransi )

1.5.5 Mengucapkan salam agama pada guru dan teman (mengucapkan salam agama)

2.KD

(Sikap Ssioal )

2.5 Disiplin melaksanakan hari suci agama Hindu sebagai penyucian diri dan menjalin hubungan yang harmonis dengan sesame

Indikator : 2.5.2 Membantu guru membersihkan padmasana , dan

mempersiapkan sarana perayaan hari raya agama hiundu (peduli)

2.5.2 Berpakaian adat yang rapi, dan bersih pada perayaan hari suci (desiplin)

2.5.3 Tidak berkata-kata kasar pada perayaan hari suci (santun) 3. KD

(Pengetahuan )

3.5 Mengenal hari-hari suci agama Hindu Indikator : 3.5.5 Menyebutkan manfaat hari suci bagi umat hindu

4. KD

(Ketrampilan) 4.5 Menyajikan ceritera yang berkaitan dengan hari suci agama Hindu

4.5.2 Menghafal wuku dan weawaran

4. Materi Pokok Ringkasan Materi

1). Manfaat Hari Suci bagi Umat Hindu

Hari suci agama Hindu memiliki tujuan dan makna yang sangat baik bagi kita, dengan melaksanakan hari suci maka dapat memberikan manfaat, seperti:

2. Mampu meningkatkan Sraddha dan Bhakti kita ke hadapan Sang Hyang Widhi serta manifestasinya,

2. Mampu menumbuhkan ketentraman secara lahir batin, 3. Menciptakan keharmonisan terhadap lingkungan dan sesama 4. Mampu menjalankan ajaran Hindu secara nyata.

2) Cerita Terkait Hari Rya Siwaratri

Di sebuah desa tinggallah seorang pemburu bernama Lubdaka, Lubdakaadalah seorang kepala keluarga yang menghidupi keluarganya dengan berburu binatang di hutan. Setiap Lubdaka berburu selalu mendapatkan hasil buruan yang banyak. Hasil buruannya sebagian ditukar dengan barangbarang kebutuhan keluarga, seperti baju, beras, lauk, serta yang lain, sebagian lagi dimakan. Lubdaka sangat rajin dalam bekerja. Pagi-pagi Lubdaka seperti biasa mempersiapkan diri untuk pergi ke hutan, sebelum ke hutan Lubdaka berpamitan kepada keluarganya, kemudian Lubdaka melangkahkan kakinya menuju hutan.

Sesampainya di dalam hutan, Lubdaka mengendap-endap untuk mencari buruannya, setelah melewati tengah hari Lubdaka belum mendapat buruan, rasa penasaran mulai menggelayuti Lubdaka, dengan kewaspadaan tinggi Lubdaka berjalan memasuki hutan lebih dalam lagi. Tanpa terasa waktu

sudah sore, Lubdaka belum mendapat binatang buruan. Lubdaka mulai bingung karena senja telah menyelimuti hutan tersebut. Kemudian Lubdaka mulai mencari tempat aman untuk berteduh dan terhindar dari binatang buas yang masih banyak berkeliaran di dalam hutan. Lubdaka berkeliling di tengah hutan mencari tempat aman, hingga malam tiba Lubdaka belum menemukan tempat aman. Akhirnya, karena lelah Lubdaka duduk di bawah pohon besar sambil berpikir kemana lagi mencari tempat aman. Setelah berpikir dan merenung kemudian Lubdaka memutuskan untuk naik ke atas pohon yang rindang dan tinggi. Dengan sisa tenaga yang masih ada, ia memanjat batang pohon itu, melihat sekeliling sekejap. Ia pun melihat sebuah dahan yang rasanya cukup kuat menahan berat badannya. Setelah berada di atas pohon. Lubdaka mulai berpikir bagaimana caranya untuk tetap waspada agar tidak terjatuh ke bawah. Lubdaka kemudian mulai memetik daun-daun pohon yang dinaiki satu demi satu, sambil memetik daun Lubdaka berdoa kehadapan Sang Hyang Widhi, memohon agar selalu diberi keselamatan. Sepanjang malam Lubdaka berdoa dan merenung, hingga matahari pagi bersinar. Dengan hati yang gembira Lubdaka

pulang ke rumah. Setelah sampai di rumah Lubdaka berkata pada keluarganya untuk meninggalkan

pekerjaan sebagai pemburu dan menjadi seorang petani. Lubdaka mulai bercocok tanam, hingga ajal datang menjemputnya. Saat Lubdaka meninggal, bala tentara Dewa Yama (Hakim yang bertugas menjaga kahyangan) datang menjemputnya. Namun pada saat yang sama pengikut Shiwa pun datang menjemput Atma Lubdaka. Terjadilah ketegangan antara kedua bala tentara tersebut. Saat ketegangan memuncak datanglah Dewa Yama dan Dewa Śiva. Kemudian Dewa Yama menunjukkan catatan hidup dari Lubdaka kepada Dewa Śiva, bahwa Lubdaka telah melakukan banyak perburuan binatang, maka Lubdaka harus dijebloskan ke Neraka. Dewa Śiva menjelaskan bahwa, Lubdaka memang sering melakukan perburuan binatang, namun itu dilakukannya untuk menghidupi keluarganya.

Pada malam Śivaratri, Lubdaka melakukan tapa brata (mona brata, jagra dan upavasa/puasa) sehingga dia dibebaskan dari ikatan karma sebelumnya. Kemudian Lubdaka menempuh jalan hidup baru sebagai seorang petani. Oleh karena itu, Lubdaka berhak menuju surga.

3) Cerita terkait Hari Raya Galungan

Pada zaman dahulu, di Bali terdapat sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang bernama Mayadanawa, berlokasi di Balingkang (sebelah Utara Danau Batur). Raja Mayadanawa adalah raja yang memiliki kesaktian pilih tanding. Kesaktian beliau, membuat kerajaan yang dipimpinnya sangat ditakuti oleh kerajaan-kerajaan tetangga.

Sebagai raja yang sakti dan berkuasa Mayadanawa menjadi sombong dan angkuh.

Kemudian beliau memerintahkan rakyat Bali untuk memuja dirinya dan melarang rakyat Bali untuk menyembah Sang Hyang Widhi. Selain itu Raja Mayadanawa memerintahkan untuk merusak tempat-tempat suci. Rakyat menjadi sedih dan sengsara, tetapi rakyat Bali tidak kuasa menentang Raja Mayadanawa yang sangat sakti. Dikarenakan perintah Raja Mayadanawa yang melarang memuja Sang Hyang Widhi, tanaman penduduk menjadi rusak

dan wabah penyakit menyerang dimana-mana Rakyat Bali sangat menderita karena wabah dan bencana. Melihat hal tersebut, Mpu Kul Putih melakukan yoga Semadhi di Pura Besakih untuk mohon petunjuk dan bimbingan Sang Hyang Widhi siapa orang yang mampu mengalahkan Raja Mayadanawa sehingga rakyat Bali terbebas dari penderitaan.

Mpu Kul Putih yang melakukan yoga dengan khusuk kehadapan Sang Hyang Widhi.

Setelah melakukan tapa brata yang khusuk, Mpu Pul Putih mendapatkan petunjuk dari Sang Hyang Widhi bahwa hanya Bhatara Indra yang mampu

mengalahkan Raja Mayadanawa. Setelah mendapat petunjuk, Mpu Kul Putih memuja Bhatara Indra untuk membantu rakyat Bali. Bhatara Indra bersedia menolong rakyat Bali, kemudian Bhatara Indra menyerang Raja Mayadanawa, perang antara Bhatara Indra dan Raja Mayadanawa berlangsung sangat hebat. Pertempuran berjalan berhari-hari, namun pada akhirnya Bhatara Indra dapat mengalahkan Raja Mayadanawa. Raja Mayadanawa melarikan diri, melihat lawannya melarikan diri Bhatara Indra mengejar, sampai akhirnya Bhatara Indra

dapat membunuh Raja Mayadanawa. Kematian Raja Mayadanawa disambut gembira rakyat Bali. Kematian Raja Mayadanawa diperingati sebagai kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan).

4. Cerita terkait dengan Hari Nyepi Kisah Bangsa Saka

Zaman dahulu bangsa-bangsa di Asia tidak harmonis, ketidakharmonisan disebabkan karena keinginan bangsa-bangsa di Asia untuk menjadi penguasa. Bangsa Saka merupakan salah satu bangsa di Asia yang dikalahkan oleh bangsa lain dalam peperangan. Bangsa Saka yang kalah perang mengembara ke seluruh Asia, bangsa Saka yang ramah dan memiliki misi perdamaian dengan mudah bersosialisasi dan berbaur dengan masyarakat dimana mereka tinggal. Bangsa Saka adalah bangsa yang memiliki seni budaya yang tinggi dan memiliki konsep ketatanegaraan yang terbuka, mampu menyentuh Bangsa Pahlava yang menjadi penguasa Asia pada zaman itu. Bangsa Saka mampu mempengaruhi penguasa untuk mengubah pola perjuangannya dari kekerasan menjadi pola diplomasi, sehingga terjadi keharmonisan antara bangsa-bangsa yang tadinya bermusuhan.

Pada masa pemerintahan Raja Kaniska I, bangsa-bangsa di Asia hidup harmonis.

Kehidupan bangsa Asia harmonis karena semakin banyaknya tokoh-tokoh pada masa itu menggunakan misi perdamaian bangsa Saka, sehingga Raja Kaniska II yang pada tahun 78 Masehi menetapkan tahun baru sebagai pencerahan bangsabangsa yang berdamai.

Raja Kaniska II memberikan penghargaan kepada bangsa Saka yang memelopori pergerakan perdamaian menjadi Tahun Baru Saka, yang diperingati secara serentak oleh seluruh negeri. Perayaan Tahun Baru Saka dirayakan dengan hikmat melalui tapa brata samadhi.

5. Metode Pembelajaran Pendekatan : Saintifik

Model : Model Penyingkapan (Discovery Learning) Metode : Tanya jawab, diskusi,

6. Media Pembelajaran, Alat, dan bahan

Media/Alat : Tayangan foto/gambar perayaan hari Raya, Alat/bahan : LCD Proyektor

7. Sumber : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti : buku guru / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. -- Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016.

8. Langkah-langkah Pembelajaran No

. Kegiatan Waktu

1. PENDAHULUAN

Menanyakan kesiapan siswa

Salam pangenjali “Om Swastyastu”

Mantram mengawali kegiatan “Om awighnamastu namosiddham, sidhirastu tad astu swaha.”

15 menit

No

. Kegiatan Waktu

Orientasi materi

- Guru menanyakan kesiapan siswa untuk memulai pelajaran

- Guru memberikan apersepsi / bertanya jawab terkait materi minggu yang lalu (hari Suci)

- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

- Guru menjelaskan manfaat pembelajaran dan memberikan motivasi agar tetap bersemangat dengan menyampaikan strategi pembelajaran 2. KEGIATAN INTI

Mengamati :

 Siswa membaca buku tentang manfaat hari suci dan cerita terkait hari suci

Menanya :

 Siswa Menanyakan tentang manfaat Hari Suci Agama Hindu dan cerita terkait hari suci (Tanya jawab)

Mengasosiasi :

Siswa berdiskusi dan menyimpulkan tentang

manfaat hari suci dan cerita yang terkait hari suci

Mengomunikasikan :

 Siswa bercerita secara singkat terkait perayaan hari suci agama hindu ke depan kelas bergiliran

110 menit

3. PENUTUP

 Guru menuntun siswa membuat kesimpulan umum tentang materi yang dipelajari

 Guru memotivasi siswa dan memberikan umpan balik

 Guru memberi saran untuk belajar di rumah Pembelajaran ditutup dengan mengucapkan mantram “Om dewa suksma parama acintya ya namah swaha, sarwa karya prasidhantam” dan parama santi “Om santih, santih, santih Om”

15 menit

9. Penilaian Hasil Pembelajaran 1).Teknik Penilaian :

No Aspek Teknik Bentuk

1 Sikap sepiritual Observasi Sikap Pencatatan (Non Tes)

2 Sikap sosial Observasi Sikap Pencatatan (Non Tes)

3 Ketrampilan Unjuk kerja Menghafal cerita terkait hari suci

2).Intrumen Penilaian

a. Penilaian Sikap sepiritual dan sosial

FORMAT PENILAIAN OBSERVASI SIKAP SEPIRITUAL HARI / TGL :

N

O NAMA SISWA ASPEK YANG DIAMATI

CATATAN GURU

Taat Sembahyang Toleransi Mengucapkan salam

1 2 3 4

5

dst

FORMAT PENILAIAN OBSERVASI SIKAP SOSIAL HARI / TGL :

N

O NAMA SISWA ASPEK YANG DIAMATI

CATATAN GURU

Desiplin Desiplin Santun

1 2 3 4 5

b.Penilaian Ketrampilan (menghafal wuku dan wewaran)

Dokumen terkait