Bab I Allah Berkarya Melalui IPTEK
F. Penjelasan Bahan Alkitab
Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka:
“Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”
Dalam nats ini, Allah menantang manusia untuk berani menaklukan hal-hal yang belum terselidiki akal manusia. Manusia diberi anugerah untuk berkuasa atas segala makhluk hidup, namun juga mengusahakan dan memeliharanya agar makhluk hidup baik manusia maupun hewan dan tumbuh-tumbuhan dapat hidup lebih layak dan berkualitas. Menaklukkan bukan bertindak dengan sembrono, tetapi bagaimana cara manusia, sebagai gambar dan rupa Allah menaklukkan alam.
2. Kejadian 6:14-15
“Buatlah bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir; bahtera itu harus kaubuat berpetak-petak dan harus kaututup dengan pakal dari luar dan dari dalam.
Beginilah engkau harus membuat bahtera itu: tiga ratus hasta panjangnya, lima puluh hasta lebarnya dan tiga puluh hasta tingginya.”
Kata Ibrani untuk “bahtera” berarti sebuah kapal untuk mengapung dan hanya dipakai pada ayat ini di Keluaran 2:3,5 (ketika dipakai untuk keranjang yang berisi bayi Musa). Bentuknya mirip tongkang, namun tidak pasti dengan sudut persegi. Kemampuan angkutnya sama dengan 300 gerbong barang kereta api. Telah dihitung bahwa bahtera itu bisa menampung 7.000 jenis hewan.
Ibrani 11:7 mengemukakan bahwa bahtera itu melambangkan Kristus, yang merupakan sarana penyelamatan orang percaya dari hukuman dan kematian (bandingkan 1 Petrus 3:20-21).
Ukuran bahtera dengan asumsi 1 hasta = 45 cm (menurut kamus LAI), sehingga diperoleh ukuran sebagai berikut: panjang 300 hasta x 45 cm = 135 m, lebar 50 hasta x 45 cm = 22,5 m, tinggi 30 hasta x 45 cm = 13,5 m.
3. Amsal 1:1-7
“Amsal-amsal Salomo bin Daud, raja Israel, untuk mengetahui hikmat dan didikan, untuk mengerti kata-kata yang bermakna, untuk menerima didikan yang menjadikan pandai, serta kebenaran, keadilan dan kejujuran, untuk memberikan kecerdasan kepada orang yang tak berpengalaman, dan pengetahuan serta kebijaksanaan kepada orang muda baiklah orang bijak
Bab I | Allah Berkarya Melalui IPTEK 45
memperoleh bahan pertimbangan untuk mengerti amsal dan ibarat, perkataan dan teka-teki orang bijak. Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.”
Perikop ini merupakan pengantar bagi seluruh kitab Amsal. Bagian amsal ini dikaitkan dengan Salomo. Walaupun sastra hikmat seperti Amsal didapati dalam semua budaya, ayat 1 menempatkan kitab Amsal dalam konteks Israel.
Serangkaian tujuan disampaikan dalam ayat 2-6.
Ayat 2a menggunakan tiga kata yang penting yaitu mengetahui, hikmat, dan didikan. “Mengetahui” berarti bahwa tujuannya ialah penambahan dalam kemampuan seseorang untuk berpikir. Yang diketahui ialah “hikmat”. Hikmat tidak sekadar informasi, tetapi kemampuan untuk menggunakan informasi dan pemahaman dengan tepat dalam konteks tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Hal kedua yang diketahui ialah “didikan”. Kata ini merujuk pada proses belajar dari pengalaman, termasuk teguran dan latihan.
Ayat 2b merupakan tujuan lanjutan, yaitu kemampuan untuk belajar dari pengalaman orang-orang lain melalui kata-kata mereka yang bermakna.
Dalam ayat 3a kembali ke soal didikan, belajar dari pengalaman untuk menjadi pandai. Ayat 3b seakan-akan berubah haluan, berbicara tentang kebenaran, keadilan dan kejujuran, serta istilah yang banyak dipakai oleh para nabi.
Hikmat yang mau diajarkan dalam kitab Amsal adalah hikmat yang mencapai kebenaran (relasi yang baik dengan manusia dan Tuhan), keadilan (masyarakat yang menghargai hak setiap orang) dan kejujuran (orang-orang berjalan lurus). Ayat 4 kembali menyoroti soal hikmat (seperti dalam ayat 3a). Kecerdasan, pengetahuan dan kebijaksanaan merupakan unsur-unsur mendasar dari hikmat. Kata “kecerdasan” adalah kemampuan untuk berpikir dengan kreatif menghadapi sesuatu; kata itu dipakai baik untuk kecerdasan maupun untuk kelicikan. Kata yang diterjemahkan “kebijaksanaan” merujuk pada kemampuan berencana, yang juga bisa untuk tujuan yang baik atau buruk. Jadi, yang dimaksud di sini adalah kemampuan-kemampuan mendasar, yang tentunya akan dipakai untuk tujuan dalam ayat 3b itu.
Ayat 5-6 kembali menyoroti orang-orang yang sudah bijak. Mereka dapat menambah ilmu dan dapat perbandingan bagi ilmu yang sudah dimiliki.
Mirip dengan ayat 2b, dalam ayat 6 mereka dapat mempelajari berbagai bentuk perkataan, termasuk perkataan yang sulit dimengerti (teka-teki).
Ayat 7 memberi kesimpulan yang sejajar dengan ayat 2a. Pengetahuan yang
dimaksud dalam kitab Amsal berasal dari takut akan Tuhan yaitu Allah Israel.
Sikap kagum dan hormat kepada Tuhan adalah sikap yang akan membuat pengalaman dan didikan menghasilkan hikmat yang bertujuan kebenaran dan keadilan. Perikop ini mendorong kita untuk mencari dan mengembangkan hikmat berdasarkan takut akan Tuhan, yaitu hikmat yang akan menghasilkan kebenaran, keadilan, dan kejujuran. Hikmat itu akan didapatkan dalam kitab Amsal, sehingga dorongan itu juga adalah dorongan untuk menyimak kitab ini. Bagi orang Kristen, wujud takut akan Tuhan ialah beriman kepada Kristus, yang memberi teladan akan hikmat kitab Amsal dan juga mempertajam ajarannya.
4. Efesus 5:15-18
“Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.”
Bagian teks ini menasihati agar orang percaya hidup dengan bijaksana.
Paulus juga menasihatkan jemaat di Efesus agar jangan mabuk anggur, tetapi penuh dengan Roh kudus. Hidup yang penuh dengan Roh Kudus artinya hidup yang dipimpin dan dikendalikan oleh kehendak Roh Kudus dalam firman-Nya.
Ayat 15 berisi kalimat: perhatikan dengan seksama, artinya perhatikan dengan cerdik dan waspada. Ayat 16 berkata: pergunakanlah waktu yang ada.
Artinya memanfaatkan setiap peluang yang ada dengan sebaik-baiknya, karena hari-hari ini adalah jahat. Dan ayat 17 menasihati: Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan. Kalimat ini mau mengatakan bahwa menjadi orang berhikmat berarti mengutamakan Allah di dalam seluruh hidup. Perbuatan amoral dan vulgar bukan kehendak Allah.