III. KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
3.1. Kegiatan
3.1.1. Kegiatan rutin
3.1.2.3. Penomoran Sapi
Identitas sapi dapat dikenali dari ear tag serta RF-ID yang dipasang di telinga sapi. Sapi betina menggunakan ear tag berwarna putih sedangkan sapi pejantan berwarna oranye (Gambar 10 dan Gambar 11). Huruf S berarti Serang dan huruf L berarti Lembu Jantan Perkasa sedangkan angka 1 menunjukkan bahwa sapi datang pada bulan Januari atau periode pertama dan angka yang berukuran besar adalah nomor identitas sapi tersebut.
Gambar 10. Ear tag sapi pejantan
Gambar 11. Ear tag sapi betina
Gambar 12. Pemasangan ear tag
Pemasangan ear tag dengan menggunakan suatu alat yaitu aplikator yang berfungsi untuk menjepit ear tag ke telinga sapi. Penandaan ear tag dilakukan dengan cara ditusukkan pada daerah telinga dengan tidak mengenai pembuluh darah karena akan menyebabkan darah keluar. Ear tag terbuat dari bahan plastik
atau logam alumunium. Keuntungan penggunaan ear tag antara lain mencegah terjadinya kesalahan atau tertukarnya nomor penandaan antara sapi yang satu dengan sapi yang lainnya. Saat ini, ada ear tag yang berisi insektisida berupa zat kimia aktif tertentu misal permethin 10% yang disebut Insecticide Ear Tag (Santosa 2008). Bersamaan dengan pemasangan ear tag, sapi-sapi ditimbang untuk mengetahui bobot badan awal biasnya dilakukan pada hari ke 3 umur pemeliharaan, kemudian diinjeksi dengan biosan dan diberikan obat cacing. Sapi dikelompokkan berdasarkan jenis dan bobot badannya.
3.1.3. Kegiatan Penunjang 3.3.3.1. Diskusi
3.3.3.1.1. Pembuatan konsentrat
PT Lembu Jantan Perkasa bekerja sama dengan PT Lembu Satwa Prima dalam penyedia bahan pakan konsentrat. Pabrik tersebut memiliki luas 1.200 m² dan memiliki 2 mixer vertikal kapasitas 2 ton dan 3 ton, yang berfungsi mencampur bahan baku konsentrat menjadi satu. Mesin tersebut bekerja berdasarkan putaran spiral baja yang digerakkan oleh dinamo. Spiral tersebut berfungsi memutar dan mengaduk bahan baku. Sedangkan mixer horizontal berkapasitas 150 kg berfungsi untuk mencampurkan bahan mikro.
Proses pembuatan konsentrat dimulai dari material yang besar seperti onggok, jagung, bungkil kopra, bungkil sawit lalu dimasukkan ke dalam mixer.
Bahan baku tidak dimasukkan sekaligus tetapi dilakukan secara bertahap. Bahan baku tersebut diaduk selama 10 menit setelah itu dikeluarkan dan sudah menjadi produk jadi lalu dimasukkan ke dalam karung dan ditimbang untuk masing- masing karung seberat 50 kg.
Gambar 13. Mixer berbentuk vertikal
Gambar 14. Mixer berbentuk horizontal
Perusahaan memproduksi tiga jenis pakan yaitu, pakan untuk penggemukan, pembibitan, sapi lepas sapih, dan pakan yang dijual. Pakan untuk sapi lepas sapih mengandung serat kasar agak rendah, yaitu kisaran maksimal 9%
dan mengandung protein 19-20 %. Kandungan serat kasar yang rendah diberikan pada pedet lepas sapih karena dalam rumen sapi yang lepas sapih belum
berkembang sempurna. Pakan untuk sapi yang digemukkan kandungan protein 13-15 % dengan kandungan serat kasar maksimal 11%.
3.3.3.1.2. Hijauan makanan ternak
Hijauan yang ada adalah rumput Taiwan (Taiwan grass). Sumber hijauan berasal dari kebun rumput seluas 8,1 ha yang diolah oleh unit HMT, plasma seluas 3,9 ha serta jerami padi. Plasma dilakukan karena jumlah hijauan yang tersedia di farm tidak mencukupi (Lampiran 4). Kegiatan yang dilakukan di unit HMT adalah persiapan lahan, penanaman, pemupukan, perawatan, pemanenan, penanganan pasca panen dan distribusi.
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah persiapan lahan. Persiapan lahan yang dilakukan meliputi land clearing yaitu pembersihan areal atau pembukaan lahan yang akan ditanami rumput. Setelah dilakukan land clearing dibuat lubang tanam tempat penanaman stek dengan kedalaman 20 cm, selanjutnya lubang tanam diberi pupuk dasar. Pupuk dasar yang diberikan adalah pupuk organik dan pupuk kandang. Penanaman rumput diawal musim hujan dilakukan setelah persiapan lahan selesai. Proses penanaman yaitu dengan menyiapkan stek minimal memiliki 5 ruas (mata tunas). Penanaman stek dilakukan dengan cara memasukan 2 ruas (mata tunas) ke dalam tanah kemudian lubang tanam ditutup dengan tanah halus dengan jarak tanam yang digunakan adalah 0,5m x 0,75m.
Pemupukan awal dilakukan pada saat persiapan dan pembukaan lahan.
Pupuk yang diberikan sebanyak 40 ton per ha. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang karena menurut Kaharudin dan Farida (2010) pupuk yang berasal dari limbah ternak mengandung unsur hara baik mikro maupun makro yang lengkap (N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, Zn, Mn, B dan S). Pemberian pupuk dengan
cara menebar diantara tanaman atau jalur tanaman. Pemupukan ke dua dilakukan setelah panen kedua dengan jumlah pemberian tergantung pada rumput saat panen sebelumnya. Apabila hasil panen sudah baik maka jumlah pemberian pupuk tetap dan apabila hasil panen berkurang maka jumlah pemberian pupuk akan ditambahkan 3-5 ton per ha. Pemupukan selanjutnya dilakukan setiap dua kali panen, dalam satu tahun hanya melakukan tiga kali pemupukan. Rumput dipanen saat umur 60 hari tiap 1 m2 menghasilkan 5-6 kg rumput Taiwan. Sebelum masa panen tiba dilakukan perawatan rumput dengan membersihkan hijauan dari gulma sebulan setelah penanaman agar kebun rumput bersih dan membuat gundulan atau olah tanah dengan tujuan mendekatkan unsur hara pada hijauan. Cara pemanenan pada musim kemarau dan penghujan berbeda. Rumput yang dipanen pada musim kemarau dipotong pada ruas rumput paling bawah dengan menyisakan 1-2 ruas agar timbul tunas kembali, sedangkan pemanenan rumput pada musim penghujan yaitu dengan memotong dan menghabiskan semua ruas karena kadar air masih bagus dan akan menjadi anakan. Rumput yang sudah dipanen kemudian diikat, dibawa menggunakan truk menuju tempat timbangan dan untuk dicacah menggunakan mesin chopper. Terdapat 2 mesin chopper rumput. Rumput yang sudah dicacah dimasukan ke dalam karung dengan berat tiap karung 15 kg.
Tujuan pengarungan adalah untuk mempermudah pendistribusian ke kandang.
Unit HMT mendistribusikan rumput ke kandang sesuai dengan pemesanan dari tiap unit. Pendistribusian dilakukan menggunakan truk.
Menurut Sembiring (2002) pemanenan dilakukan pada umur rumput sekitar 60 hari. Tujuan dilakukan pemanenan untuk menyeragamkan pertumbuhan rumput berikutnya. Musim kemarau, umur panen lambat yaitu 60-75 hari,
sedangkan pada musim hujan umur panen lebih cepat yaitu 50 hari dan produksi hijauan cukup tinggi.
3.3.3.1.3. Unit pengolahan limbah
Limbah terdiri atas dua jenis yaitu limbah cair dan padat. Limbah padat dimasukkan ke dalam karung dan ditumpuk di saung pupuk untuk difermentasi secara alami sehingga dapat langsung digunakan sebagai pupuk untuk kebun rumput. Limbah yang sudah difermentasi selama 1-2 bulan dikemas dalam karung berkapasitas 25-30 kg. Pupuk tersebut dijual dengan harga Rp 250,00/kg.
Total limbah yang dihasilkan peternakan tergantung dari jenis ternak, jumlah ternak, besar usaha dan tipe usaha. Pada sapi potong setiap kilogram daging sapi menghasilkan 2,5 kilogram feses (Sihombing, 2000). Limbah yang terdiri dari feses dan urine merupakan limbah ternak yang terbanyak dihasilkan dan sebagian besar limbah peternakan dihasilkan oleh ternak ruminansia yang berupa limbah cair dan padat. Limbah cair berasal campuran feses, urin dan air bekas membersihkan kandang. Limbah cair dialirkan ke tempat penampungan limbah atau holding pond, kemudian dialirkan ke filtrasi pond untuk menyaring limbah padat dengan limbah cair dan mengendapkan limbah padat.
Limbah padat akan terbawa ke kolam dan mengendap, sedangkan limbah cair akan terus mengalir menuju kolam aerobik, lalu dialirkan ke sungai dan sawah milik masyarakat di sekitar perusahaan. Limbah padat yang mengendap di kolam filtrasi akan dimasukkan ke dalam karung untuk dikeringkan dan dijual Rp 250,00/kg. Menurut Kaharudin dan Farida (2010), kotoran ternak dapat langsung digunakan untuk menghasilkan gas bio dan kemudian limbah padatnya masih dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
Gambar 15. Kolam penampungan limbah 3.3.3.2. Kunjungan ke rumah pemotongan hewan (RPH)
Rumah potong hewan yang kami kunjugi adalah RPH Trondol. RPH Trondol adalah salah satu RPH yang telah diaudit dan mendapatkan izin untuk melakukan pemotongan sapi-sapi yang berasal dapi PT Lembu Jantan Perkasa.
RPH Trondol melakukan pemotongan sapi-sapi hasil penggemukan maupun sapi slaughter. Akan tetapi, kebanyakan pembeli dan jagal kurang menyukai sapi-sapi slaughter karena dianggap memiliki proporsi daging yang lebih sedikit dan lebih benyak menghasilkan lemak dan tulang terutama pada bagian kepala dan kaki.
Hal ini dapat disebabkan karena umur yang sudah terlalu tua serta waktu yang lama di peternakan sehingga pertumbuhannya lebih banyak menghasilkan lemak.
Hafid dan Priyanto (2006) menyatakan bahwa bagian tubuh yang paling lambat bertumbuh adalah bagian pinggang (loin) sedang yang paling awal bertumbuh adalah bagian tungkai kaki dan kepala (cranium). Sapi yang akan dipotong, terlebih dahulu dicatat nomor telinganya dalam catatan harian.
Gambar 16. Pneumatic/hand stuner
Proses pemotongan sapi diawali dengan cara pemingsanan (stunning), kemudian disembelih dan memisahkan bagian karkas dan non karkas, hingga akhirnya diperoleh daging sapi yang siap dipasarkan. Peralatan yang digunakan dalam proses pemotongan meliputi kandang jepit, pisau dan pengasah, pneumatic/hand stuner dan peluru, serta trolley. Daging-daging yang dihasilkan akan dipasarkan pada hari itu juga sehingga kesegaran daging-daging tersebut tetap terjaga.