H. Variabel Dummy
I. Penyakit Gagal Ginjal
1. Penyakit Gagal Ginjal dan Penyebabnya
Menurut NKF (National Kidney Foundation, 2002) “penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai dengan Laju Filtrasi Glomelurus (LFG) yang kurang dari 60 ml”.
Penyakit gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang bersifat progresif dan menetap sehingga ginjal tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya (Wilson, 1994).
Penurunan fungsi ginjal yang progresif tetap berlangsung terus meskipun penyakitnya telah diatasi atau telah menjadi tidak aktif. Hal ini menunjukkan adanya mekanisme adaptasi sekunder yang sangat berperan pada kerusakan yang sedang berlangsung pada penyakit ginjal. Perubahan dan adaptasi nefron yang tersisa setelah kerusakan ginjal yang awal akan menyebabkan pembentukan jaringan ikat, dan kerusakan nefron yang lebih lanjut. Demikian seterusnya keadaan ini
berlanjut menyerupai suatu siklus yang berakhir dengan gagal ginjal terminal (Sjaifullah, 2009:3).
Oleh sebab itu, perawatan yang berkesinambungan harus dilakukan dari awal, agar dapat mempertahankan fungsi ginjal selama mungkin. Untuk mempertahankan fungsi ginjal yang berada pada suatu fase tertentu, dapat dilakukan dengan cara-cara: pengendalian hipertensi, menghilangkan proteinuria, mencegah terjadinya hiperparatiroidisme sekunder, dan diet protein yang cukup.
Penyebab penyakit gagal ginjal dibagi menjadi dua kategori, yaitu penyakit ginjal primer dan penyakit ginjal sekunder (Republika, 13 Mei 2005). Penyakit ginjal primer antara lain peradangan ginjal, infeksi ginjal, penyakit ginjal obstruktif (akibat sumbatan, misalnya batu), tumor ginjal dan penyakit ginjal bawaan. Sedangkan penyakit ginjal sekunder adalah penyakit ginjal yang disebabkan penyakit lain, seperti diabetes mellitus, asam urat, penyakit autoimun (lupus dan hipertensi), dan TBC.
2. Tingkatan atau Stadium Penyakit Gagal Ginjal
Ekky dalam (http://ekkyfajarfranasaputra.wordpress.com) menyatakan ada lima stadium penyakit gagal ginjal, yaitu:
a. Stadium 1
Kerusakan ginjal dengan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) normal (90 atau lebih). Pada stadium pertama penyakit ginjal ini, tujuan pengobatan adalah untuk memperlambat perkembangan
gagal ginjal dan mengurangi resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
b. Stadium 2
Kerusakan ginjal dengan penurunan ringan pada LFG (60-89).
Saat fungsi ginjal kita mulai menurun, dokter akan memperkirakan perkembangan gagal ginjal penderita dan meneruskan pengobatan untuk mengurangi resiko masalah kesehatan lain.
c. Stadium 3
Penurunan lanjut pada LFG (30-59). Saat gagal ginjal sudah berlanjut pada stadium ini, anemia dan masalah tulang menjadi semakin umum. Penderita sebaiknya konsultasi dengan dokter untuk mencegah atau mengobati masalah ini.
d. Stadium 4
Penurunan berat pada LFG (15-29). Pada stadium ini penderita sudah dianjurkan mendapatkan bantuan seperti cuci darah atau transplantasi ginjal.
e. Stadium 5
Penurunan LFG barada dibawah 15. Saat stadium ini ginjal penderita tidak mampu bekerja untuk menahan kehidupannya.
Penderita membutuhkan dialisis (cuci darah) atau pencangkokan ginjal untuk menopang kehidupannya.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit Gagal Ginjal
Menurut Surachno dalam (Buletin Bina Ginjal Edisi 14)
“sampai saat ini tidak ada obat khusus yang dapat memperbaiki fungsi ginjal”. Pengobatan yang dilakukan adalah untuk menghambat progresivitas penyakit gagal ginjal, karena kalau tidak diobati penyakit gagal ginjal akan terus berkembang, hingga akhirnya mencapai gagal ginjal terminal atau stadium akhir.
Beberapa faktor resiko atau risk makers penyakit gagal ginjal:
a. Jenis Kelamin
Menurut Ponco (2011:2) lelaki lebih beresiko menderita penyakit gagal ginjal dibandingkan dengan perempuan. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan tidak sekedar bersifat biologis, tetapi juga dalam aspek sosial dan kultural. Karakteristik jenis kelamin dan hubungan dengan sifat keterpaparan dan tingkat kerentanan memegang peranan tersendiri dalam berbagai penyakit tertentu.
b. Usia
Menurut Bonaventura Disharta dalam (www.biofirstore.com) penurunan fungsi ginjal terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.
Namun karena gaya hidup yang tidak teratur dan tidak sehat seperti sering mengkonsumsi makanan dan minuman olahan atau cepat saji, penyakit ginjal semakin banyak menyerang pada usia muda. Oleh sebab itu, orang yang berusia 20-40 tahun juga sudah banyak yang menderita penyakit ginjal.
c. Diet Tidak Teratur
Apabila seseorang mengalami penurunan fungsi ginjal maka dia harus menjalani diet sesuai dengan tingkat penurunan fungsi ginjal. Diet rendah protein, natrium dan kalium sangat penting dijalani oleh pasien yang mengalami penyakit ginjal. Hal ini bertujuan mempertahankan sisa fungsi ginjal agar tidak semakin buruk, karena makanan yang mengandung protein, natrium dan kalium tinggi akan memperberat kerja ginjal yang masih tersisa.
Dengan semakin banyak mengkonsumsi makanan tinggi protein, natrium dan kalium maka semakin banyak pula sisa dari hasil metabolisme yang harus disaring dan dikeluarkan oleh ginjal.
Akibatnya kondisi ginjal semakin buruk. Pada pasien penyakit ginjal, menjalani diet sesuai anjuran sangatlah penting karena makanan yang dikonsumsi akan sangat mempengaruhi fungsi ginjal yang masih baik (http://www.ksh.co.id)
d. Kontrol Kesehatan
Pasien yang sudah mengalami penurunan fungsi ginjal perlu menjalani pengobatan secara rutin dan teratur untuk mencegah kerusakan fungsi ginjal lebih lanjut dan berupaya memelihara fungsi ginjal ginjal yang tersisa selama mungkin. Disamping itu, pemeriksaan laboratorium secara teratur minimal satu kali dalam sebulan perlu dilakukan untuk memantau tingkat kemajuan
ataupun kemunduran baik kondisi ginjal maupun kondisi organ- organ tubuh lainnya, sehingga dapat dilakukan perbaikan- perbaikan yang diperlukan (http://www.ksh.co.id).
e. Pola Makan Tidak Teratur
Makan tidak teratur dapat berupa terlambat makan atau tidak makan pada waktu makan utama, serta makan di luar jam makan utama. Faktornya antara lain : adanya gaya hidup yang berubah- ubah, kondisi lingkungan yang mendesak, atau stres. Jika ini terjadi asupan zat gizi bisa berkurang atau zat gizi yang dikonsumsi jadi tidak seimbang (http://mantaran.wordpress.com).
Tubuh terdiri dari beberapa jaringan, dan setiap jaringan tersusun dari jutaan sel. Agar setiap sel ini dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka ia harus mendapatkan asupan makanan yang cukup. Jika tidak, aktivitas sel akan berhenti. Hal ini dapat berpengaruh terhadap tubuh secara keseluruhan.
Misalnya saja, ketika jaringan tidak dapat memproduksi sel darah merah, tubuh akan kekurangan darah. Karenanya kadar oksigen yang dapat diikat dan diedarkan ke seluruh tubuh juga menjadi rendah. Hal ini dapat mengakibatkan anggota-anggota tubuh tidak dapat berfungsi secara normal (http://stelladenissa.blogspot.com).
Selain faktor diatas, menurut Goldsmith (2007:13) faktor ras/etnis, sejarah keluarga, faktor gen, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit autoimun, merokok, obesitas, konsumsi alkohol, status ekonomi rendah, dan penggunaan obat analgesic juga merupakan faktor resiko pada penyakit gagal ginjal. Faktor asupan nutrisi juga mempunyai peranan penting. Seorang penderita gagal ginjal harus mendapatkan asupan nutrisi yang baik dan cukup, karena ini dapat mengurangi beban kerja ginjal, membuat ketahanan tubuh meningkat, dan menghambat kecepatan penurunan fungsi ginjal. Selain itu, faktor sosial seperti lingkungan sekitar, kemudian faktor psikologi juga diduga memiliki hubungan dengan perkembangan suatu penyakit.