• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Antara Kisah-Kisah Al-Qur`an dengan Kisah Lainnya 39

BAB I PENDAHULUAN

E. Perbedaan Antara Kisah-Kisah Al-Qur`an dengan Kisah Lainnya 39

39

Yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan Aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. dan Engkau adalah Maha menyaksikan atas segala sesuatu.

Jika Engkau menyiksa mereka, Maka Sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, Maka Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. al-Maidah [5]: 116- 118)

3. Percakapan (Dialog)

Tidak semua kisah mengandung percakapan, seperti kisah yang bermaksud menakut-nakuti, tetapi ada pula kisah yang sangat menonjol percakapannya, seperti kisah Nabi Adam a.s.

dalam Al-Qur`an surat al-A‟raf ayat 11-25 dan surat Thaha ayat 9- 99.24

E. Perbedaan Antara Kisah-Kisah Al-Qur`an dengan Kisah Lainnya

para sejarawan. Akan tetapi, kisah-kisah tersebut dipaparkan Al- Qur`an untuk mencapai satu maksud dan tujuan dari agama yang dibawa Al-Qur`an itu sendiri, yaitu mengubah kondisi masyarakat dan segala sisi yang bekaitannya agar menjadi lebih baik. Pemaparan kisah-kisah tersebut pun menggunakan metode yang bermacam- macam sehingga kita dapat mengatakan bahwa kisah-kisah tersebut termasuk bagian penting dari metode Al-Qur`an.25

Sebagai kitab suci, Al-Qur`an bukanlah kitab sejarah sehingga tidak adil jika Al-Qur`an dianggap mandul hanya karena kisah-kisah yang ada di dalamnya tidak dipaparkan secara gambling. Akan tetapi, berbeda dengan cerita fiksi, kisah-kisah tersebut tidak didasarkan pada khayalan yang jauh dari realitas.

Melalui studi yang mendalam, di antara kisah Al-Qur`an dapat ditelusuri akar sejarahnya, misalnya situs-situs sejarah bangsa Iran yang diidentifikasikan sebagai bangsa „Ad dalam kisah Al-Qur`an, Al-Mu‟tafikat yang diidentifikasikan sebagai kota Palin, Sodom dan Gomorah yang merupakan kota-kota wilayah Nabi Luth.

Kemudian berdasarkan penemuan-penemuan moder, mummi Rases II disinyalir sebagai Fir‟aun yang dikisahkan dalam Al-Qur`an.

Disamping itu, memang terdapat kisah-kisah yang tampaknya sulit untuk dideteksi sisi historisnya, misalnya peristiwa Ira‟ Mi‟raj dan kisah Ratu Saba‟. Karena itu, sering disinyalir bahwa kisah-kisah dalam Al-Qur`an itu ada yang historis ada jug yang ahistoris.26

Meskipun demikian, pengetahuan sejarah sangat kabur dan penemuan-penemuan arkeologi sangat sedikit untuk dijadikan bahan

25 Ayatollah Muhammad Baqir Hakim, Ulumul Qur`an, (Jakarta: Al-Huda, 2012), cet. ke-2, h. 515

26 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur`an, (Bandung: Mizan, 1992), h. 31

41

penyelidikan menurut kacamata pengetahuan modern, misalnya mengenai raja-raja Israil yang dinyatakan dalam Al-Qur`an. Karena itu, sejarah serta pengetahuan lainnya tidak lebih merupakan sarana untuk mempermudah usaha untuk memahami Al-Qur`an.

Di samping itu, sejarah yang disampaikan oleh manusia mengandung kemungkinan benar salah, karena manusia memiliki subjektivitas sebab ia dipengaruhi oleh keinginan dan hawa nafsunya, atau punya kepentingan politikn dan sebagainya. Ambil saja misalnya sejarah Supersemar, sampai saat ini masih ada sebagian orang meragukan keautentikannya.

Sedangkan sejarah dalam Al-Qur`an pasti benar karena datangnya dari Allah yang tidak punya kepentingan kecuali untuk kemaslahatan manusia. Kisah-kisah yang disampaikan pasti sesuai dengan kenyataan. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt:27





































“(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar”. (QS.al-Hajj [22]:

62)

Dalam ayat lain disebutkan:

27 Anshori, Ulumul Qur`an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, h. 128-129

























“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar.

Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk”. (QS.

al-Kahfi [18]: 13)

Juga sesuai firman-Nya:





















“Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir'aun dengan benar untuk orang-orang yang beriman”. (QS. al- Qashash [28]: 3)

Memang diakui bahwa Al-Qur`an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa secara kronologis dan tidak memaparkannya secara terperinci. Hal ini dimaksudkan sebagai peringatan tentang berlakunya hukum Allah dalam kehidupan social serta pengaruh baik dan buruknya dalam kehidupan manusia.

Sebagian kisah dalam Al-Qur`an merupakan petikan sejarah yang bukan berarti menyalahi sejarah, karena sebagaimana dijelaskan di atas pengetahuan sejarah sangat kabur dan penemuan-penemuan arekeologi sangat sedikit untuk mengungkap kisah-kisah dalam Al- Qur`an, dalam kerangka pengetahuan modern.28

Karena itu, kisah-kisah dalam Al-Qur`an memiliki realitas yang diyakini kebenarannya, termasuk peristiwa yang ada di dalamnya. Ia adalah bagian dari ayat-ayat yang diturunkan dari sisi

28 Anshori, Ulumul Qur`an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, h. 129-130

43

yang Maha Tahu dan Maha Bijaksana. Maka bagi manusia mukmin, tidak ada kata lain kecuali menerima dan mengambil „ibrah (pelajaran) darinya.29

F. Pengaruh Kisah Al-Qur'an Terhadap Pendidikan

Tidak dapat diragukan lagi bahwa cerita yang pasti dan autentik dalam Al-Qur'an dapat mengetuk para pendengarnya dan dapat menembus jiwa manusia dengan mudah dan serta tidak menjenuhkan para pembacanya.

Pelajaran yang diterima dan disampaikan disekolah ancapkali berdampak pada kejenuhan. Para pelajar sering tidak dapat mengikuti dan mendalaminya kecuali denga penuh kesulitan dan rasa yang membosankan, apalagi jika pelajaran itu, dalam konteks ini metode cerita sangat beguna dan bermanfaat diterapkan.

Pada masa kanak-kanak, seorang anak cenderung untuk mendengarkan cerita dan cenderung untuk mengingat apa yang diceritakannya, lalu dia ceritakan lagi kepada teman-temannya. Inilah fenomena alami yang terjadi pada anak-anak. Oleh karena itu, bagi para guru/pendidik harus memanfaatkan metode cerita itu sebagai media proses belajar mengajar, apalagi dalam pelajaran agama yang padat materinya, metode cerita ini memang pas untuk digunakan.

Metode penyajian kisah dalam Al-Qur'an merupakan metode yang dapat ditiru oleh para guru/pendidik untuk membantu mereka agar sukses dalam mengemban tugas agungnya. Seorang guru dapat menyampaikan pelajaran sembari menyelinginya dengan kisah-kisah para Nabi, berita tentang orang-orang terdahulu, sunnatullah dalam kehidupan, keadaaan umat-umat terdahulu, dan lain sebagainya.

29 Anshori, Ulumul Qur`an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, h. 130

Dalam menyampaikan kisah-kisah Al-Qur'an tersebut, seorang pendidik dapat mengungkapkannya dengan metode yang sesuai dengan tingkat berpikir para pelajarnya atau sesuai dengan tigkat kecerdasan mereka.30