PENDAHULUAN
Permasalahan
- Identifikasi Masalah
- Batasan Masalah
- Rumusan Masalah
Bagaimana Buya Hamka menjelaskan kisah Nabi Syuaib dan kaumnya di dalam Al-Quran. Lebih-lebih lagi, dipercayai bahawa tiga huruf itu boleh mewakili keseluruhan kisah Nabi Syu'aib dan kaumnya.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Tinjauan Pustaka
Berikut skripsi yang ditulis oleh Hanif Ahmad Ansharullah, Fakultas Ushuluddin, Program Studi Tafsir Hadits Tahun 2015, UIN Syarif Hidayatullah dengan judul “Cerita Munasabah dalam Surat Al-Kahfi (Kajian Tematik)”. Skripsi yang ditulis oleh Serpin Fakultas Ushuluddin Program Studi Tafsir Hadits Tahun 2014 UIN Syarif Hidayatullah berjudul “Pesan Moral dalam Kisah Qâbil dan Habîl (Kajian Tafsir Surah al-Maidah ayat 23-31)”.
Metode Penelitian
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah metode studi dokumenter, yaitu metode pengumpulan data yang mengumpulkan dan menganalisis dokumen-dokumen yang diperoleh dari buku, kitab, naskah, majalah, dan lain sebagainya. Metode18 yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis data adalah Metode Analisis Deskriptif yaitu dengan mengumpulkan buku-buku atau tulisan-tulisan yang berkaitan dengan objek penelitian.
Teknik dan Sistematika Penulisan
Pengertian Kisah Al-Qur`an
Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa cerita adalah segala peristiwa atau fenomena yang terjadi pada masa lampau yang perlu ditelusuri. Dalam konteks ini dapat dikatakan bahwa kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur'an adalah semua kisah yang benar-benar terjadi, tidak ada cerita fiktif atau khayalan apalagi.
Macam-Macam Kisah Al-Qur`an
Dalam surat Yusuf, hampir seluruh ayatnya mengungkap kehidupan Nabi Yusuf, dari kecil hingga dewasa serta kekuasaannya. Cerpen yaitu cerita yang jumlahnya kurang dari sepuluh ayat, misalnya cerita Nabi Luth as, Nabi Shalih as, dan lain-lain.
Maksud dan Tujuan Kisah
Menyajikan kisah Al-Qur'an dengan cara demikian merupakan sebuah terobosan baru dalam tradisi sastra Arab, yang memberikan dampak besar bagi jiwa pembaca dan pendengarnya. Ia menjelaskan, prinsip ajaran agama yang disampaikan para nabi dan rasul adalah sama, yakni ajaran tauhid, beriman pada hari akhir, menganjurkan kebaikan dan meninggalkan keburukan. Abadikan kenangan atas peristiwa yang dialami para nabi dan tokoh lain di masa lalu agar tetap menjadi pelajaran.
Kisah-kisah ini menjelaskan bahwa Allah pasti akan membantu para nabi dan membinasakan orang-orang kafir. Oleh karena itu, Nabi dan para pengikutnya, serta para da’i yang mengemban misi dakwah Nabi, diharapkan bersabar dan tidak bersedih ketika di muka umum dihadapkan pada penolakan dan penolakan terhadap dakwah yang mereka sampaikan. Ketidaktahuan yang melanda masyarakat Arab dan lemahnya tradisi membaca dan menulis ketika diturunkannya Al-Qur'an membuat pikiran mereka hanya mampu menafsirkan hal-hal yang bersifat fisik/materi yang dilihat, dirasakan dan disentuh.
Mereka kurang memiliki daya nalar untuk menjadikan cerita masa lalu sebagai pembelajaran yang akan menggerakkan mereka untuk melakukan perubahan dan perbaikan ke arah kehidupan yang lebih baik. Paparan kisah-kisah orang-orang masa lalu membuka wawasan mereka tentang pemikiran tentang peradaban manusia di masa lalu dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Unsur-Unsur Kisah
Pelaku kisah-kisah yang terdapat dalam al-Quran bukan sahaja manusia, tetapi juga malaikat, jin, burung dan semut. Begitu juga malaikat datang kepada Maryam dalam bentuk manusia, sebagaimana yang diceritakan dalam Surah Al-Qur`an Maryam, ayat 10-21: 21. Maryam berkata: “Sesungguhnya aku berlindung daripada kamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu orang yang bertakwa. orang." .
Dalam kisah al-Quran, di mana pelakunya adalah manusia, lelaki lebih banyak diceritakan daripada wanita. Perlu diingat bahawa wanita dalam al-Quran sentiasa disebut sebagai "wanita" (imra'ah), tidak kira sama ada mereka telah berkahwin atau tidak, seperti yang dapat dilihat dalam al-Quran, surah An-Naml ayat 23. , atau perkataan Melalui Rasul-Nya sebagai bukti kebenaran, seperti mukjizat para nabi, yang terdapat dalam Al-Quran surat Al-Ma'idah ayat 110-115:. ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan ibumu ketika Aku menguatkan kamu dengan Roh Kudus.
Mereka berkata: "Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati Kami dan supaya Kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada Kami, dan Kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu". Perbedaan Antara Kisah-Kisah Al-Qur`an dengan Kisah Lainnya Perbedaan antara kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur`an.
Perbedaan Antara Kisah-Kisah Al-Qur`an dengan Kisah Lainnya 39
Penyajian cerita-cerita tersebut juga menggunakan metode yang berbeda-beda, sehingga dapat dikatakan bahwa cerita-cerita tersebut merupakan bagian penting dari metode Al-Qur'an.25. Jadi, berdasarkan penemuan modern, mumi Rases II diduga adalah firaun yang dijelaskan dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu, sejarah dan ilmu-ilmu lainnya tidak lain hanyalah sarana untuk memperlancar upaya memahami Al-Qur'an.
Sedangkan sejarah dalam Al-Qur'an pasti benar karena berasal dari Allah yang tidak mempunyai kepentingan kecuali kemaslahatan manusia. Diakui bahwa Al-Qur'an tidak menceritakan peristiwa dan kejadian secara kronologis dan tidak menjelaskannya secara rinci. Oleh karena itu, kisah-kisah dalam Al-Qur'an mempunyai realitas yang diyakini kebenarannya, termasuk peristiwa-peristiwa yang terkandung di dalamnya.
Metode penyajian cerita-cerita dalam Al-Qur’an merupakan metode yang dapat ditiru oleh para guru/pendidik agar dapat membantu mereka berhasil melaksanakan tugas besarnya. Ketika menyampaikan cerita-cerita dari Al-Qur’an, guru dapat mengungkapkannya dengan menggunakan metode yang sesuai dengan tingkat berpikir atau tingkat kecerdasan siswa.30.
Profil Singkat Nabi Syu„aib
Garis Keturunan Syu„aib
- Sejarah Kaum Nabi Syu„aib
Selain itu, di kalangan sejarawan juga terdapat kekeliruan antara Suayb dan Suyan, salah seorang Nabi yang tidak disebutkan dalam Al-Quran, sehingga mereka menyangka Syu'jan adalah Syu'ayb. Suayb mengajak kaumnya untuk menyembah Allah semata-mata, memerintahkan mereka untuk mengamalkan keadilan, memperingatkan mereka tentang hukuman yang berat jika mereka melakukan kezaliman, dan mengingatkan mereka tentang nikmat Allah yang telah dikurniakan kepada mereka. Nabi Syu'aib melihat bahawa penolakan, keengganan mereka adalah disebabkan oleh kedengkian, kebencian dan kesombongan mereka.
Syu„aib menjelaskan, keyakinan, adat istiadat, dan tradisi yang mereka jalani penuh dengan kesesatan dan keburukan. Ketika Syu'aib mendengar hal ini, dia tidak merasa takut akan kritik dari mereka, dan dia tidak menarik diri meskipun saya sesi. Mereka takut pengaruh Nabi Syu'aib semakin luas, pengikutnya semakin kuat, ajarannya semakin tersebar dan jamaahnya semakin bertambah.
Oleh sebab itu mereka mengancam Syuaib dan pengikutnya dengan pengusiran dari negeri itu, jika mereka tidak mahu meninggalkan ajaran Nabi Syuaib dan kembali kepada agama nenek moyang mereka. Walaupun begitu, Nabi Syuaib tetap dengan pendiriannya yang tidak akan berpaling dari beribadah kepada Allah.
PROFIL HAMKA DAN KARYANYA
Pendidikan dan Karir Intelektual
Hamka memulai pendidikan membaca Al-Quran di rumah orang tuanya ketika keluarga tersebut memutuskan untuk pindah dari Minanjau ke Padang Panjang pada tahun 1914 M. Beberapa waktu setelah menikah dengan Siti Raham, ia aktif menjadi pengurus Muhammadiyah 19 yang berkembang di Bukit Tinggi.Pada tahun 1930, Hamka menjadi saudagar dengan membawakan makalah berjudul, “Agama Islam dan Adat Istiadat Minangkabau”. Pada Muktabar Muhammadiyah ke-20 di Yogyakarta tahun 1931, Hamka muncul kembali dengan membawa surat berjudul,.
Pada tahun 1933 ia bersekolah di Mukhtamar Muhammadiyah di Semarang dan pada tahun 1934 diangkat menjadi anggota tetap Dewan Konsulat Muhammadiyah Sumatera Tengah. Pada tahun 1942 Jepang mendarat di kota Medan, dan kehadiran Jepang ini membawa banyak perubahan, majalah Pedoman Komunitas diberangus. Namun pada saat yang sama, Jepang berhasil “merangkul Hamka dengan mengangkatnya menjadi Syu Sangi Kai atau Dewan Perwakilan Rakyat pada tahun 1944.
Kemudian pada tahun 1955 diadakan pemilihan umum di Indonesia, dan Hamka terlibat dalam politik praktis sebagai anggota Dewan Konstituante Partai Masyumi. Pada tahun 1968, Hamka menjadi perwakilan pada Konferensi Negara-Negara Islam di Rabat, perwakilan pada Mukhtamar Masjid Mekkah (1976), seminar tentang Yesus dan Perabadan di Kuala Lumpur, perayaan 100 tahun Muhammad Iqbal di Lahore, dan Ulama- Konferensi Kairo (1977).
Karya-Karya
Profil Tafsir al-Azhar
- Tempat dan Saat Menulis Tafsir al-Azhar
- Kajian Filologi Kitab Tafsir al-Azhar
- Sumber dan Metode Penafsiran
- Sumber Literatur Tafsir al-Azhar
- Kecenderungan Perspektif Penafsiran al-Azhar
- Aliran Pemikiran dan Madzhab dalam Tafsir al-Azhar
- Langkah Penafsiran
- Penilaian Ulama Terhadap Tafsir al-Azhar
Kemudian sekurang-kurangnya ada dua sebab Hamka memberi nama Tafsir Al-Qur`an 30 juzuk, yang ditulisnya dengan nama Tafsir al-Azhar. Sejarah penulisan Tafsir al-Azhar bermula dari kuliah subuh di Masjid Agung al-Azhar Kebayoran Lama sejak tahun 1958. Penerbitan pertama Tafsir al-Azhar oleh Hamka dilakukan oleh Pembimbing Masa yang diketuai oleh Haji Mahmud.
Tafsir al-Manar karya Sayid Rasyid Ridha, berdasarkan ajaran tafsir gurunya Muhammad Abduh. Berdasarkan hal tersebut, Tafsir al-Azhar mengandalkan sastra sosial budaya (adabi ijtima'i) untuk menafsirkan ayat tersebut. Hal ini nampaknya sejalan dengan tujuan Hamka menyusun Tafsir Al-Azhar yang ditujukan bagi masyarakat Indonesia agar mudah dipahami.
Akhir sekali, dapat disimpulkan bahawa Tafsir al-Azhar tergolong dalam jenis bi al-ra'yi menggunakan kaedah tahlili yang bermodelkan al-Adab al-ijtima'i. 32. Steenbrink, seorang sarjana Belanda yang pakar dalam bidang sejarah Indonesia mengatakan bahawa Tafsir al-Azhar adalah antara tafsiran yang mempunyai nilai yang besar jika dilihat dari banyaknya perbahasan.
Penafsiran Ayat Kisah Nabi Syu„aib dan Kaumnya
- Q.S. Al-A‟râf [7]: 85-90
- Q.S. Hûd [11]: 84-95
- Q.S Al-Hijr [15]: 78-79
- Q.S. Asy-Syu„arâ [26]: 176-191
ANALISIS PESAN MORAL TERKAIT KISAH NABI SHU'AIB DAN RAKYATNYA MENURUT TAFSIRAN HAMKA. Dalam ayat ini Nabi Syu'aib bersabda bahwa pernyataan Allah (Bayyinah) adalah untuk mereka. Dalam tafsir Ibnu Abbas mereka mengatakan bahwa tidak ada gunanya mendengarkan sabda Nabi Syu'aib.
Sebagai kewajipan yang juga dilakukan oleh nabi-nabi lain, apa yang disebut oleh Nabi Syuaib tidak berubah. Dan di akhir ayat, Nabi Syu'aib menyambung: "Dan aku bukanlah pelindung bagi kamu" (Akhir ayat 86). Satu perkataan yang terbit dari perasaan halus, maka Nabi Syu'aib dipanggil oleh Nabi Muhammad saw "Khatibul Ambiya".
Kemudian, dengan perasaan cinta, Nabi Syu'aib meneruskan seruannya: "Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu." Setengah ahli tafsir mengatakan bahawa Nabi Syu'aib datang kepada dua kaum, iaitu Madjen dan Aikah. Kaum Nabi Syuaib memerhatikan pengaruh solat terhadap Nabi Syu'aib dan pengikutnya.
Penelitian ini hanya berfokus pada pesan-pesan moral yang terkandung dalam kisah Nabi Syu'aib dan kaumnya.
Analisis Pesan Moral Yang Tekandung dalam Kisah Nabi Syu„aib
- Anjuran Berlaku Amanah
- Shalat Merupakan Sebab Terlaksananya Suatu Kebaikan dan
- Mulailah Dari Diri Sendiri Sebelum Menyeru Kebaikan atau Pun
PENUTUP
Saran
Kisah Nabi Syu'aib dan kaumnya merupakan gambaran pembangkangan umat terdahulu terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya, oleh karena itu kisah ini baik dijadikan pelajaran bagi umat Islam saat ini. Berdasarkan beberapa pesan moral yang dibahas dalam skripsi ini, penulis berasumsi bahwa dalam cerita ini masih terdapat pesan, isi dan tujuan yang belum terungkap, sehingga cerita ini masih dapat dijadikan bahan penelitian selanjutnya. Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Kisah Para Nabi Pra Ibrahim, Jakarta Timur: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, 2012.
Mohammad Sofiyulloh, Pesan Akhlak Kisah Nabi Ayyub As, Disertasi Diserahkan ke Program Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2015. Rasyidi, Muhammad, Kisah Ashâb Al-Fîl dan Kehancurannya, Disertasi Diserahkan ke Program Sarjana di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2015 Rifa'i, Muhammad, Akhlak Seorang Muslim, Semarang : CV.