• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PESAN MORAL KISAH NABI ISA A.S DALAM AL-QUR AN SKRIPSI SARJANA OLEH SURI DWI ADINDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PESAN MORAL KISAH NABI ISA A.S DALAM AL-QUR AN SKRIPSI SARJANA OLEH SURI DWI ADINDA"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PESAN MORAL KISAH NABI ISA A.S DALAM AL-QUR’AN

SKRIPSI SARJANA OLEH

SURI DWI ADINDA 150704008

DEPARTEMEN SASTRA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

(2)

ANALISIS PESAN MORAL KISAH NABI ISA A.S DALAM AL-QUR’AN

SKRIPSI SARJANA OLEH

SURI DWI ADINDA 150704008

DEPARTEMEN SASTRA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbi al‟alamin penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan karunia dan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. shalawat serta salam kepada junjungan kita yang tercinta Nabi Muhammad SAW yang telah mengangkat manusia dari lembah jahiliyyah kepada kehidupan yang islamiyah.

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk melengkapi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Program Studi Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, maka penulis mengangkat judul:

“Analisis Pesan Moral Pada Kisah Nabi Isa a.s Dalam Al-Qur’an”

Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Namun berkat bantuan dan bimbingan yang penulis peroleh dari para pembiming serta bantuan dari banyak pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pada pembaca umumnya serta memberi pengaruh yang lebih baik dalam kehidupan.

Oleh karena itu, dalam skripsi ini mungkin masih terdapat beberapa kesalahan dan kekeliruan. Untuk itu, penulis memohon maaf, saran dan kritikan yang membangun dari semua pihak agar skripsi ini dapat diperbaiki pada kesempatan lain.

Medan, oktober 2019

Penulis

Suri Dwi Adinda 150704008

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT yang senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam kepada junjungan besar baginda yang tercinta Nabi Muhammad SAW yang telah mengangkat manusia dan lembah jahiliyah kepada kehidupan yang islamiyah.

Pada kesempatan ini, sebagai ungkapan rasa bahagia dan syukur yang tak terhingga, penulis ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tak ternilai kepada semua pihak yang membantu hingga selesainya penulisan skripsi ini, baik bantuan moril maupun materil. Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada:

1. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, yang selalu berada dalam relung hati yang paling dalam. Ayah, ibu engkau selalu berada di setiap langkah penulis dalam keadaan senang maupun susah. Penulis mohon maap jika selalu menyusahkan kalian. Tak terkira kasih sayang yang diberikan sejak dalam kandungan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan menoreh kata-kata di dalam skripsi ini. Hanya doa yang dapat penulis berikan sebagai balasan atas ketulusan dan keikhlasan yang tiada terhingga.

2. Yang terhormat Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Bapak Prof Drs. Mauly Purba, M.A., Ph.D selaku Wakil Dekan I, Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd selaku Wakil Dekan II, Bapak Prof. Ikhwanuddin Nasution, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, dan kepada sivitas akademika yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

4. Yang terhormat Ibu Dra. Rahlina Muskar Nst,M.Hum.,Ph.D selaku ketua program studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

5. Yang terhormat Bapak Drs. Bahrum saleh, M.Ag selaku sekretaris Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembimbing yang dengan ikhlas meluangkan waktu, banyak membantu, membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, dan kesediaan ibu dalam menampung curhatan penulis.

(7)

6. Yang terhormat Bapak Drs.Mahmud Qudri M.Hum selaku dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan nasehat dalam rutinitas penulis menjalani kegiatan perkuliahan di Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

7. Kepada Bapak Drs.suwarto M.Hum serta Bapak Drs.Mahmud Qudri M.Hum selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak kritik dan saran yang membangun sehingga skripsi ini dapat peneliti rampungkan dengan baik.

6. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Sastra Arab pada umumnya yang telah mendidik dan dengan ikhlas mencurahkan ilmu dan perhatiannya sejak penulis memulai perkuliahan sampai menyelesaikannya menjadi sarjana.

7. Kepada kak Fitri beserta kak Maya selaku staf Administasi Program Studi Sastra Arab yang sudah banyak membantu penulis dalam hal administrasi.

8. Tersayang Kepada kakak Suri Erika Utami S.Pd.I beserta abang Yusuf Ashadi Nasution yang selalu membantu penulis dan memberikan apapun yang penulis butuhkan ketika masa penulisan skripsi hingga selesai.

9. Terkhusus kepada abang Muhammad Syawal Wista Dinan yang selalu membantu dan menemani penulis kapan pun selama pengerjaan skripsi hingga selesai, serta memberikan banyak motivasi serta do‟a kepada penulis. ILY.

10. Tersayang kepada Khairani Syahfitri siregar penulis ucapkan terimakasih sebanyak- banyaknya karena telah menemani penulis sejak awal pengetikan proposal hingga skripsi ini terselesaikan. Terimakasih sudah mau direpotkan untuk menemui dosen pembimbing.

Terimakasih banyak atas segala bantuan nya.

11. Teristimewa Kepada Medina Squad, Fadhilah Nur Nasution, Sangkot Matua Nasution, Muhammad Ainul yaqin Damanik, Fariz Hidayat, Rijal Amri Siregar, yang selalu mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis dalam pembuatan tugas akhir ini, tidak akan lupa tentang kebersamaan kita, yang selalu bersama disaat senang maupun susah, selalu berbeda pendapat, egois dan sering berantem tapi satu hal kita lebih dari sahabat. Kalian adalah saudaraku. Thank You all.

12. Seluruh keluarga besar Sastra Arab angkatan 2015, Imeh, Desi, Yasmin, Nisa, Eka, Dian, Syita, Nurbaity, Nurul, Jannah, Lisa, Ade, Dedek, Nina, Farah, Saila, Dini, Fitriani, Puja, Dila, Shakila, Fitri Ayu, Irna, Yusuf, Khair, Iqbal, Rico, Fadlan, Rijal, Kholiq, dan

(8)

teman-teman seperjuangan lainnya yang tidak bisa dituliskan satu persatu, semoga kita sukses dan persaudaraan kita tetap terjaga.

13. Kepada adik Ainun Nisa Hasibuan dan Muhammad Ridwan Khan yang memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis hinnga penulisan skripsi ini selesai

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Jazākumullāhu khairan.

Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya. Kepada semuanya peneliti berterimakasih semoga bantuannya menjadi amalan yang diridhoi oleh Allah SWT, dan mendapatkan balasan berlipat ganda. Aamiin yaa rabbal „alamiinn.

Medan, oktober 2019

Peneliti

Suri Dwi Adinda 150704008

(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ... vii

ABSTRAK ... xii

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Metode penelitian... 7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulu ... 8

2.2 Keramgka Teori ... 8

2.2.1. pengertisan sastra ... 8

2.2.2. Tema ... 9

2.2.3. Pesan Moral ... 9

2.2.3.1. pesan religius (keagamaan) ... 10

2..2.3.2. kritik sosial ... 11

BAB II : HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Sejarah Singkat Al-Qur‟an ... 13

3.2 Kisah Nabi Isa A.S ... 15

3.3 Tema ... 18

3.4 Pesan Moral ... 18

(10)

3.4.2 kritik sosial ... 42 BAB IV : PENUTUP

4.1 Kesimpulan ... 48 4.2 Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA ... 50 LAMPIRAN

(11)

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi yang digunakan adalah sistem transliterasi arab Latin berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri P&K RI No. 158 Tahun 1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 januari 1988.

1. Konsonan Tunggal

Fonem konsonan Bahasa Arab dilambnagkan dengan huruf. Dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan huruf dan tanda sekaligus. Di bawah ini daftar huruf-huruf arab tersebut dan ditransliterasi dengan huruf latin.

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا Alif - tidak dilambangkan

ب bā` B -

ت tā` T -

ث ṡā` ṡ es (dengan titik di

atas)

ج Jīm J -

ح ḥā` ḥ ha (dengan titik di

bawah)

خ khā` Kh -

د Dāl D -

ذ Żāl Ż zet (dengan titik di

atas)

ر rā` R -

ز Zai Z -

س Sīn S -

ش Syīn Sy -

ص ṡad ṣ es (dengan titik di

bawah)

ض ḍad ḍ de (dengan titik di

bawah)

(12)

ط ṭā` ṭ t (dengan titik di bawah)

ظ ẓa ẓ zet (dengan titik di

bawah)

ع ʻain „ koma terbalik (di

atas)

غ Gain G -

ف fā` F -

ق Qāf Q -

ك kāf` K -

ل Lām L -

م Mīm M -

ن Nūn N -

و Wāwu W -

ه hā` H -

ء Hamzah ` Apostrof

ي yā` Y -

2. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah atau tsydid dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda, tanda syaddah adalah tanda yang menunjukkan konsonan rangkap atau pengulangan konsonan yang bersangkutan. Dalam transliteasinya dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu.

Contoh: ةيﺪوحأ ditulis Ahmadiyyah 3. Tā’ Marbūtah

Transliterasi Tā‟ Marbutah terdiri dari tiga jenis macam, yaitu:

a. Tā‟ Marbūtah hidup

Yaitu Tā‟ Marbūtah yang mendapat harakat fathah, kasrah atau dhammah, transliterasinya / t /.

Contoh:

ءايلولأا ةمارك

ditulis karāmatul auliyā`

(13)

b. Tā‟ Marbūtah mati,

Yaitu Tā‟ Marbūtah yang harakat sukun di tulis / h /. Kecuali untuk kata-lata Arab yang susah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat, dan sebagainya.

Contoh:

ةعامج

ditulis jamāʻah

c. Kalau pada kata terakhir dengan Tā‟ Marbūtah diikuti oleh kata yang menggunkan kata sandang “al” serta bacaan kedua kata itu terpisah maka Tā‟ Marbūtah nya ditransliterasikan dengan / h /.

4. Vokal

Vokal dalam bahsa Arab secara garis besar terbagi kepada tiga bagian, yaitu:

a. vokal pendek

bunyi vokal pendek adalah bunyi bersuara yang ketika mengucapkannya dengan suara agak cepat. Bunyi vokal pendek terdiri dari [a. i, u].

Bunyi vokal pendek [ a ] atau fathah, dilambangkan dengan sebuah garis diagonal yang dibubuhkan di atas lambang-lambang bunyi konsonan.

Bunyi vokal pendek [ i ] atau kasrah, dilambangkan dengan sebuah garis diagonal yang dibubuhkan dibawah lambang-lambang bunyi konsonan.

Bunyi vokal pendek [ u ] atau dhammah, dilambangkan dengan sebuah tanda yang hampir mirip koma yang diletakkan diatas lambang-lambang bunyi konsonan.

b. Vokal Panjang

a panjang ditulis “ā”: contoh: مان ditulis nāma i panjang ditulis “ī” : contoh: ةيرق ditulis qarībun u panjang ditulis “ū”: contoh: روطف ditulis fuṭūrun c. Vokal Rangkap

Vokal rangkap ي (fathah dan ya`) ditulis “ai”.

Contoh:ييب ditulis baina

Vokal Rangkap و (fathah dan waw) ditulis “au”.

Contoh: موص ditulis ṣaumun

(14)

5. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu:

Namun dalam transliterasi ini, kata sandang itu dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariah.

a. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah Contoh: سوشلا ditulis asy-syamsu

b. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariah Contoh : ىارقلا ditulis Al- Qur`ān

6. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, namun dalam transliterasi huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital, seperti apa yang berlaku dalam ejaan yang disempurnakan (EYD), diantaranya: huruf kapital dipergunakan untuk menulis awal nama diri tersebut bukan huruf awal kata sandangnya.

Contoh: ييولاعلا بر لله ﺪوحلا /alhamdulillahi rabbi al-„ālamin/

Penggunaan huruf kapital untuk kata Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan, huruf kapital tidak dipergunakan.

7. Hamzah (ء)

Hamzah yang terletak ditengah dan diakhir kata ditransliterasikan dengan apostrof („), sedangkan untuk hamzah yang terletak diawal kata tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab berupa alif.

Contoh : ىاويإ ditulis īmānu

(15)

8. Lafzul- Jalalah

Lafzul- jalalah (kata الله) yang berbentuk frase nomina ditransliterasikan tanpa hamzah Contoh: الله ةتك ditulis kitabullah

9. Tajwid

Bagi mereka yang menginginkan kefasihan dalam bacaan, pedoman transliterasi ini merupakan bagian yang tidak terpisah dengan ilmu tajwid. Karena itu, peresmian pedoman transliterasi itu perlu disertai dengan pedoman tajwid.

(16)

ABSTRAK

Suri Dwi Adinda 150704008, 2019, Analisis Pesan Moral Kisah Nabi Isa a.s Dalam Al- Qur’an. Program Studi Sastra Arab Fakultas ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini membahas tentang Pesan Moral, Pesan Religius, dan kritik sosial pada kisah Nabi Isa a.s dalam Al-Qur‟an. Penulis menggunakan Teori Nurgiyantoro (1994) dalam menganalisis pesan moral. Pada penelitian ini penulis menggunakan kajian struktural dalam menganalisis pesan moral dan ditinjau oleh sosiologi sastra. Metode penelitian ini adalah studi kepustakaan (library research) dengan menggunkan metode deskriptif analisis, yaitu membaca dari referensi yang telah ada, mencatat dan mendeskripsikannya. Adapun hasil dari penelitian ini adalah:

Pesan religius yang terdapat pada kisah Nabi Isa a.s dalam Al-Qur‟an adalah sebagai berikut:

Al-baqarah (ayat: 253), Ali Imran (ayat: 42, 43, 45, 46, 47, 49, 52, 53, 54, 55, 59, 60), An-Nisa (ayat: 157, 158, 171, 172), Al-Maidah (ayat: 17, 18, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 110, 111, 112, 114, 115), At-tawbah (30, 31), Maryam ( 18, 23, 24, 27, 31, 32), Ash-Shaff (ayat: 6, 14).

Kritik sosial yang terdapat dalam kisah Nabi Isa a.s adalah sebagai berikut: (Q.S. An-Nisa ayat:

157, 171), (Q.S. Al-Maidah ayat: 17, 18, 72), (Q.S. At-Tawbah ayat: 30, 31).

(17)

ةيﺪيرجت ةروص

, ادنيدأ يود يروس ٨٬٥ٮ٥٫٥٥ٯ

, ةصق نع ىزغملا ليلحت , ٩٥٨ٰ

,نارقلا يف ملاسلا هيلع ةيّلك ةّيبرعلا ةغللا مسق

.ةيلامشلا ةرطموس ةعماجب ةفاقّثلا مولع

لا لمعتسا ثحبلا اذى في . ورطنيغ رون ةيرظنب ليلتح اذى نم ةيتيرظن و .ملاسلا ويلع ةصق في ةينيدلا ةلاسرو ىزغلما نع ثحبي ليلتح اذى بتاك

نم و . اهيف ىزغلما ثحبل ةيوحنلا ةقيرط و , وبتك و ,عجارلما ةءرقب يى و , ةيفصولا ةيع ون ةيجهنبم ثحبلا ةيجهنم . بدلأا ةيعامتجلإا ةيح ان

. اهفرعي

: يى ثحبلا اذى نم ةجيتن امإ ىسيع ةصق نم ةينيدلا ةلاسر تدجوو ةيلأا ةرقلا( : ةروسلا في نأرقلا في ملاسلا ويلع

نارمع لأ( , ) ٩٬٪

ةيلأا

٫٪

,

٫٩ ,

٫٬

,

٫٭

,

٫ٮ ,

٬ٰ

,

٬٬

,

٬٪

,

٬٩ ,

٫ٰ

,

٭٥ ةيلأا ءاسنلا( , ) ٨ٮ٩

, ٨ٮ٨ , ٨٬ٯ , ,ةيلأا ةدئالما( , ) ٨٬ٮ ٨ٮ

, ٮ٩ , ٨ٯ , ٮ٪

, ٮ٫

, ٮ٬

, ٮ٭

, ٮٮ ,

ٮٯ , ٨٨٥ , ٨٨٩ , ٨٨٨ , ٨٨٫

, ٨٨٬

( , ) ةيلأا ةبوتلا

٪٨ ,

٪٥ ( , ) ةيلأا يمرم

٪٩ ,

٪٨ , ٩ٮ , ٩٫

, ٩٪

, ٨ٯ فصلا( , ) ةيلأا

٭ , ٨٫

. )

: ةروسلا في ن أرقلا في ملاسلا هيلع ةصق نم ىعتماج الا دقنلا لةاسر تدجوو ةيلأا ةبوتلا ( ,

٪٨ ,

٪٥

) ) ٮ٩ , ٨ٯ , ٨ٮ ةيلأا ةبوتلا ( , (٨ٮ٨ ٨٬ٮ ةيلأا ةدئالما )

(18)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Manusia telah dikaruniai pencipta-Nya untuk hidup berbudaya, dan salah satu dari unsur itu adalah sastra. Membahas mengenai sastra tidak akan pernah ada habisnya karena terdapat banyak hal yang bisa menjadi bahan penelitian. Salah satunya adalah kajian dengan pendekatan sosiologi sastra.

Al-faishal dalam Muzakki (2011: 26) memberikan definisi sastra sebagai berikut:

بولسأب ةليذ رلا نع دعبيو ةليضفلا لىا ووعدي و قللخا بذهي و سفنلا في رثؤي رثن وأ رعش لك ب دلأا ﻝيمج

al-adabu kullu syi‟rin „aw naṡrin yuaṡṡiru fī al-nafsi wa yuhażżibu al-khulqi wa yad‟ū ilā al- faḍīlati wa yab‟idu „an al-rażīlati bi‟uslūbi jamīlīn/ “adab adalah setiap syair atau prosa yang diungkapkan dengan gaya bahasa yang indah, dapat mempengaruhi jiwa, dan mendidik budi pekerti untuk berakhlak mulia dan menjauhi akhlak tercela”.

Sementara menurut Mandur dalam Muzakki (2011: 27) mendefinisikan adab sebagai berikut:

نيفلا رثنلاو رعشلا وى بدلأا نإ

/inna al-adaba huwa al-syi‟ru wa al-naṡrin al-fanī/ “adab adalah syair dan prosa lirik”

Menurut Fananie (2000: 6), Sastra adalah karya sastra yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang di dasarkan aspek kebahasaan maupun aspek makna. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni

Ali dalam (Sutiasumarga, 2000: 1-2) dalam bahasa indonesia kata adab berarti

“kesopanan, kehalusan dan kebaikan budi pekerti: akhlak”. Sementara dalam bahasa arab, artinya bermacam-macam, sesuai dengan zamannya. Seperti yang dikemukakan oleh Wahba dalam (Sutiasumarga, 2000: 1-2), bahwa pada zaman permulaan islam, adab berarti al-tahdzību (pendidikan, pengajaran) dan al-khulqu (budi pekerti), seperti yang dikatakan oleh nabi Muhammad SAW: addabaniy rabbiy fa ahsana ta‟dībi (tuhanku telah mendidik ku maka baiklah pendidikanku).

(19)

Adapun definisi sosiologi sastra menurut Endraswara (2003: 77), sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif. Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyrakat. Arenanya, asumsi dasar penelitian sosiolog sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan soial. Kehidupan sosial akan menjadi picu lahirnya karya sastra. Karya sastra yang berhasil atau sukses yaitu mampu merefleksikan zamannya.

Dalam Sehandi (2014: 54), Di dalam karya sastra terdapat unsur-unsur pembangun yang membentuk sebuah totalitas karya sastra. Selain unsur bahasa, masih ada unsur-unsur pembagian karya sastra yang lain. Pembagian unsur karya sastra yang dimaksud adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun dan menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra atau dapat juga dikatakan unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri.

Unsur intrinsik ةيلخاﺪلا رصاٌعلا /al-„anāşiru addākhiliyyatu/ Unsur intrinsik merupakan yang secara langsung turut serta membangun cerita, seperti: peristiwa ةﺛﺩاحلا /al-hādisatu/, cerita ةياﻜحلا /al-hikāyatu/, plot ةﻜﺒحلا /al-habkatu/, penokohan ةيﺼﺨشلا /as-sakhsīyyatu/, tema ﻉوﺿوولا /al-maudū'u/, Latar ىاهسلا و ىاﻜولا /al-makānu wa az-zamānu/, sudut pandang رﻈً ةﻬﺟو /wijhatunazrin/, bahasa atau gaya bahasa بولﺳﻷا /al-uslub/, dan pesan moral ةًاهأ /‟amānatu/.

Menurut Nurgiyantoro (1994: 70) Tema dipandang sebagai dasar cerita, gagasan dasar umum, sebuah karya sastra. Gagasan dasar umum inilah yang telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang yang dipergunakan untuk mengembangkan cerita. Sedangkan pesan moral dalam karya sastra dapat dipandang sebagai amanat, atau pesan. Pesan moral sastra lebih memberat pada sifat kodrati manusia yang hakiki, bukan pada aturan-aturan yang dibuat Nurgiyantoro (1994: 322). Pesan moral dapat juga diartikan sebagai gambaran yang berupa perbuatan baik atau buruk dari tokoh dalam sebuah karya sastra yang dapat dilihat dan di aplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari oleh pembaca.

Pesan moral sendiri merupakan salah satu unsur yang harus hadir dalam sebuah karya sastra yang termasuk ke dalam salah satu unsur intrinsik. Pesan-pesan moral dijumpai dalam bentuk kisah-kisah atau cerita-cerita seperti terdapat pada kisah nabi Isa, yang tercantum di dalam Al-Qur‟an. Pesan-pesan moral tentang kisah nabi Isa akan sangat menginspirasi

(20)

pembacanya khususnya pesan tentang kesabaran dan keteguhan hati nabi Isa a.s ketika banyaknya tuduhan-tuduhan buruk yang ditujukan kepadanya dan ibunya yaitu Siti Maryam.

Bagi umat Islam Al-qur‟an adalah kitab suci yang memiliki kebenaran mutlak dan memiliki keaslian dan kemurnian yang dijamin langsung oleh Allah SWT. Bagi setiap muslim yang mengimani al-Qur‟an sebagai kitab suci tentu tidak mungkin pernah terbesit dalam jiwanya keraguan baik terhadap proses turunnya maupun terhadap isi kandungannya. Allah SWT sendiri menyatakan bahwa tidak terdapat ruang untuk meragukan dan mempertanyakan tentang keaslian dan kemurnian Al-Qur‟an. (Rohimin, 2007: 17)

Menurut Khalafullah (2002: 93), Al-Qur‟an memiliki metode tersendiri dalam menyampaikan pesan-pesan moral. Suatu saat Al-Qur‟an dengan tegas melarang suatu perbuatan. Metode ini diterapkan pada kondisi tertentu, ketika hal-hal yang dilarang tersebut telah mengakar pada satu masyarakat dan menjadi kebiasaan yang susah dihilangkan, berkenaan dengan satu perbuatan yang berangkat dari hawa nafsu, ungkapan keheranan atau pertanyaan pengingkaran atas suatu perbuatan yang dilakukan suatu kaum, dan taraf kehidupan (ekonomi) juga berpengaruh dalam kontra perselisihan.

Allah SWT. juga memerintahkan manusia untuk menghayati kandungan ayat Al-qur‟an sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur‟an pada surah An-nisa ayat 82 dan pada surah An- nahl ayat 89:

َنآْرُقْلا َنوُرَّ بَدَتَ ي َلاَفَأ ِدْنِع ْنِم َناَك ْوَلَو ۚ

اًيِْثَك اًف َلاِتْخا ِويِف اوُدَجَوَل ِوَّللا ِْيَْغ

/afalā yatadabbarūna al-qurāna wa lau kāna min „indi goiri allāhi lawajadū fihi ikhtilāfan kaṡiran/ “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya” (QS.

An-Nisa: 82)

ْمِهِسُفْ نَأ ْنِم ْمِهْيَلَع اًديِهَش ٍةَّمُأ ِّلُك ِفي ُثَعْ بَ ن َمْوَ يَو ِء َلَُؤَٰى ٰىَلَع اًديِهَش َكِب اَنْ ئ ِجَو ۚ

ٍءْيَش ِّلُكِل اًناَيْ بِت َباَتِكْلا َكْيَلَع اَنْلَّزَ نَو ۚ ىًدُىَو

َيِمِلْسُمْلِل ٰىَرْشُبَو ًةَْحَْرَو

/wa yauma nab‟aṡu fī kulli ummatin syahīdān „alaihim min anfusihim wa ji‟nā bika syahidān

„alā hāulāi wa nazzalnā „alaika al-kitāba tibyānān likulli syai‟in wa hudān wa rahmatan wa busyrā lilmuslimīna/“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat

(21)

seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri” (QS. An-Nahl: 89)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1991: 505) kisah adalah cerita tentang kejadian (riwayat) dalam kehidupan seseorang dan sebagainya. Selain itu juga kisah (cerita) adalah cermin yang bagus dan merupakan tongkat pengukur. Dengan kisah manusia bisa mengamati bagaimana memecahkan masalah yang sama dengan yang dihadapinya, menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak diperlukan oleh manusia lain, yang biasa disesuaikan dengan kehidupan mereka, belajar untuk menghargai kehidupan sendiri setelah membandingkan dengan apa yang telah mereka baca tentang kehidupan manusia di masa lalu.

Salah satu dari unsur terpenting dalam kisah adalah tokoh. Tokoh-tokoh yang dimaksudkan dalam kisah sastra bukanlah tokoh-tokoh yang berwujud manusia saja, akan tetapi lebih luas. Artinya setiap tokoh dalam kisah Al-Qur‟an adalah peran utama kisah di mana semua pembicaraan, peristiwa, dan pemikiran hal-hal yang terjadi dalam kisah dan berputar pada dirinya. Bila demikian halnya, maka tokoh-tokoh kisah Al-Qur‟an adalah para malaikat, jin, dan berbagai jenis hewan seperti burung dan hewan melata, baru tokoh manusia baik laki-laki maupun perempuan (Khalafullah, 2002:207).

Kisah memang sangat menarik untuk dikaji, karena didalam kisah terdapat kebaikan dan kedalaman topik yang mampu menyentuh sanubari bahkan mengambil hati para pembacanya dari orang dewasa, remaja bahkan anak-anak. Di dalam Al-Qur‟an banyak kisah-kisah yang didalamnya mengandung pelajaran atau pengetahuan berupa pesan-pesan moral. Seperti sebagaimana yang tercantum firman Allah SWT dalam Q.S. An-Nisa ayat 157:

َنيِذَّلا َّنِإَو ۚ ْمَُلَ َوِّبُش ْنِكَٰلَو ُهوُبَلَص اَمَو ُهوُلَ تَ ق اَمَو ِوَّللا َلوُسَر ََيمْرَم َنْبا ىَسيِع َحي ِسَمْلا اَنْلَ تَ ق اَّنِإ ْمِِلَْوَ قَو اًنيِقَي ُهوُلَ تَ ق اَمَو ۚ ِّنَّظلا َعاَبِّ تا َّلَِإ ٍمْلِع ْنِم ِوِب ْمَُلَ اَم ۚ ُوْنِم ٍّكَش يِفَل ِويِف اوُفَلَ تْخا

/wa qawlihim innā qatalnā al-masīha „īsā abna maryama rasūla allāhi wa mā qatalūhu wamā şalabūhu wallākin syubbiha lahum wainnā alladzīna akhtalafū fīhi lafī syakkin minhu mā lahum bihi min „ilmin illā at-tibā‟a aż-żanni wamā qatalūhu yaqīnān/ dan karena ucapan mereka:

"Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih

(22)

Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.

Pesan moral yang terdapat dalam surah An-Nisa ayat 157 yaitu jangan pernah sekali-kali manusia membuat berita kebohongan lalu kemudian menyebarkan tanpa adanya bukti yang nyata. karena sesungguhnya tindakan yang demikian itu akan menimbulkan dampak negatif yang besar dan banyak merugikan orang banyak.

Kisah-kisah yang terdapat dalam Al-qur‟an memberikan banyak sekali hikmah, selain sebagai pengenalan tokoh kenabian juga sebagai contoh keteladanan akhlaqul karimah (budi pekerti luhur) dari para nabi terdahulu. Keteladanan yang ditampilkan dari kisah para nabi dalam Al-Qur‟an diharapkan mampu memberikan motifasi bagi umat Islam untuk menjadi pribadi yang baik, bermoral dan berkarakter. Dikutip dari skripsi Hasanah NIM: 131310000250 (2015: 2-3) dengan judul “studi analisis tentang nilai-nilai pendiidikan akhlak dalam kisah nabi Yusuf”.

Adapun yang mendorong penulis untuk menganalisis pesan moral yang terdapat pada kisah Nabi Isa a.s dalam Al-Qur‟an adalah sebagai berikut:

1. Belum pernah diteliti dalam bentuk pendekatan kesusateraan

2. Pada kisah Nabi Isa a.s. ini banyak terdapat hikmah dan pelajaran yang dapat diambil, dan dipraktekkan manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun kisah nabi Isa a.s yang terdapat pada Al-Qur‟an dalam surat Al-baqarah (ayat:

253), Ali Imran (ayat: 42, 43, 45, 46, 47, 49, 52, 53, 54, 55, 59, 60), An-Nisa (ayat: 157, 158, 171, 172), Al-Maidah (ayat: 17, 18, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 110, 111, 112, 114, 115), At- tawbah (30, 31), Maryam ( 18, 23, 24, 27, 31, 32), Ash-Shaff (ayat: 6, 14).

Untuk menganalisis pesan moral tersebut penulis menggunakan teori Burhan Nurgiyantoro yang memaparkan pesan moral dengan jelas dan terperinci. Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik mengangkat permasalahan tersebut dalam bentuk penelitian yang berjudul,

“Analisis Pesan Moral kisah nabi Isa a.s. dalam Al-Qur‟an”.

(23)

1.2. Perumusan Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dan menyimpang dari pokok bahasan yang diteliti, agar lebih terarah maka penulis memberikan perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tema yang terdapat pada kisah nabi Isa a.s. dalam Al-Qur‟an ?

2. Apa sajakah jenis pesan moral yang terdapat pada kisah nabi Isa a.s. dalam Al-Qur‟an ?

1

.

3

.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tema yang terdapat pada kisah nabi Isa a.s. dalam Al-Qur‟an

2. Untuk mengetahui jenis pesan moral yang terdapat pada kisah nabi Isa a.s. dalam Al-Qur‟an

1.4.Manfaat Penelitian

Adanya kegiatan penelitian terhadap sebuah karya sastra di harapkan mampu menjembatani pemahaman antar karya sastra dan pembacanya. Oleh karena itu, ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini, diantaranya sebagai berikut:

a. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang studi kajian sastra, sehingga dapat bermanfaat bagi perkembangan karya sastra.

b. Untuk menambah wawasan dan pemahaman penulis dan pembaca tentang kisah yang mengandung nilai pesan moral dalam Al-Qur‟an.

c. Untuk menambah referensi, sebagai acuan bagi mahasiswa dalam menganalisa moral dan yang ditinjau dari sosiologi sastra dalam Al-Qur‟an di Departemen Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

(24)

1.5. Metode Penelitian

Metodologi penelitian atau methodology of research berasal dari kata metoda yang berarti cara atau tekhnik dan logos yang berarti ilmu. Sehingga metodologi penelitian berarti ilmu yang mempelajari tentang cara atau metode untuk melakukan penelitian (soewadji, 2012:

11).

Jika dilihat dari tempat atau latar dimana seorang peneliti melakukan penelitian, maka jenis penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu a) penelitian laboratorium, b) penelitian lapangan, c) penelitian perpustakaan (sarwono, 20016: 18). Adapun metode penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu membaca dari referensi yang telah ada, mencatat dan mendeskripsikan apa saja yang berlaku saat ini. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis, dan menginterprestasikan kemudian menguraikan secara sistematis. Menurut sudaryono (2017: 82), penelitian analisis deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya.

Sementara menurut cooper dalam (sudaryono, 2017: 82), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk menegetahui nilai variabel mandiri, baik suatu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghuungkan dengan variabel yang lain.

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer, berupa sebuah kitab suci Al-Qur‟an. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah literatur-literatur yang berhubungan dengan judul penelitian yang akan diteliti oleh penulis.

Dalam memindahkan aksara Arab ke aksara latin dalam penelitian ini menggunakan pedoman transliterasi Arab-Latin berdasarkan SK bersama Menteri Agama dan Menteri pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:

1. Mengumpulkan data berdasarkan refrensi yang berkaitan dengan pembahasan masalah yang dikaji

2. Memilih data dan mengidentifikasinya.

(25)

3. Mengklasifikasi data dan menganalisisnya.

4. Menyusun hasil penelitian secara sistematis yang akan disajikan dalam bentuk skripsi

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian terdahulu

Kisah-kisah dari Al-Qur‟an yang ditinjau dari sisi kesusastran sebahagian telah di bahas dan diteliti oleh Mahasiswa Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, dalam bentuk skripsi diantaranya adalah: “analisis pesan moral dan konflik kisah nabi Musa a.s. dan Khidir a.s. pada surah al-kahfi ayat 60-82 dalam Al-qur‟an” oleh Karlina Rizki Rosadi 050407039, mengkaji tentang kisah-kisah nabi khususnya kisah nabi Musa a.s. dan khidir a.s. “analisis pesan moral pada kisah nabi Ismail a.s. dalam Al-Qur‟an” oleh Khoirul Ikhsan Daulay 130704011, mengkaji kisah nabi Ismail khususnya tentang pesan moral.

Karya tulis di atas ini menjadi bandingan bagi penulis dalam menguraikan proposal ini. Penulis membahas tentang “Analisis Pesan Moral Kisah Nabi Isa a.s. dalam Al-Qur‟an” melalui pendekatan sosiologi sastra dengan menggunakan teori Burhan Nurgiyantoro.

2.2. Kerangka Teori

2.2.1. pengertian Sastra

Sastra menurut Wellek dan Warren (1995: 3), menyatakan sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Sedangkan menurut Teew dalam (Fananie, 2000: 3-4), berasal dari bahasa sanskerta yaitu sas: menyerukan, memberi petunjuk, atau intruksi, sedangkan tra berarti alat atau sarana.

Jami‟at dalam Sutiasumarga (2000: 3), ia membagi kata adab menjadi dua arti, yaitu arti umum dan arti khusus. Dalam arti yang umum, adab berarti akhlak yang baik, seperti jujur, dapat menjaga amanat dan lain-lain. Sementara dalam arti yang khusus, adab berarti kata-kata yang indah dan baik yang berpengaruh pada jiwa. Dengan demikian arti dalam pengertian umumlah yang sepadan dengan kata adab yang terdapat dalam bahasa indonesia.

Sastra merupakan ungkapan yang penyampaiannya ditujukan dalam mempengaruhi perasaan, emosi para pembacanya atau para pendengar, baik itu yang berupa syair ataupun prosa.

Sastra ataupun kesusastraan merupakan karya tulis yang memiliki ciri-ciri keunggulan, seperti keaslian, keartistikan, keindahan isi dan ungkapannya, jika dibandingkan dengan karya tulis lain

(27)

(Suprapto, 1993: 77). Sastra dalam arti yang lebih luas adalah seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.

2.2.2. Tema

Tema bisanya tidak ditulis secara tersurat akan tetapi sifatnya tersirat didalam sebuah cerita sehingga untuk dapat mengetahui tema kita harus membaca dan memahami keseluruhan cerita tersebut.

Untuk menemukan tema sebuah karya sastra, ia haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita. Tema adalah gagasan dasar umum yang telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang yang digunakan untuk mengembangkan cerita.

Dengan kata lain, cerita tentunya akan “setia” mengikuti gagasan dasar umum yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga berbagai peristiwa-konflik dan pemilihan berbagai unsur instrinsik yang lain seperti penokohan, peralatan, dan penyudut pandangan diusahakan mencerminkan gagasan dasar umum tersebut (Nurgiyantoro, 1994: 70).

Menurut sumardjo dalam (Rokhmansyah, 2013: 33), mendefinisikan tema sebagai ide sebuah cerita, pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita tetapi mengatakan sesuatu pada pembacanya. Sesuatu yang mau dikatakannya itu bisa sesuatu masalah kehidupan, pandangan hidupnya tentang kehidupan ini atau komentar terhadap kehidupan ini.

Contoh: tema dalam cerita ariinillah (perlihatkanlah allah) adalah “seorang ayah yang sangat menyayangi anaknya”

2.2.3. Pesan Moral

Pesan moral adalah bagian dari unsur intrinsik diantara unsur-unsur lainnya yang telah dikemukakan sebelumnya. Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh tersebut pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang disampaikan dan diamanatkan (Nurgiyantoro, 1955: 322).

Adapun teori Burhan Nurgiyantoro tentang pesan moral sebagai berikut:

Pesan moral seperti halnya tema, dilihat dari segi bentuk isi karya sastra merupakan unsur isi, yang merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya sastra, makna yang disarankan lewat

(28)

cerita. Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangan tentang nilai-nilai kebenaran, dan itulah yang ingin disampaikan kepada pembaca (Nurgiyantoro, 1995: 321-322).

Pesan moral atau hikmah yang diperoleh pembaca lewat sastra selalu dalam pengertian yang baik. Dengan demikian jika dalam sebuah karya sastra ditampilkan sikap dan tingkah laku tokoh-tokoh yang kurang terpuji, baik mereka berlaku sebagai tokoh antagonis maupun protagonis, tidaklah berarti pengarang menyarankan kepada pembaca untuk bersikap dan bertindak demikian.

Jenis dan wujud pesan moral yang terdapat dalam karya sastra akan tergantung pada keyakinan, keinginan dan interes pengarang yang bersangkutan. Jenis dan wujud pesan moral mencakup seluruh persoalan kehidupan, serta menyangkut harkat dan martabat manusia.

Persoalan kehidupan manusia tersebut dapat dibedakan ke dalam persoalan hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk hubungannya dengan lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhannya.

Contoh pesan moral terdapat pada Surah yusuf ayat 59, yakni:

َييِلِسٌُْوْلا ُرْيَخ اًََأَو َلْيَﻜْلا يِفوُأ يًَِّأ َىْوَرَت َلََأ ْنُﻜيِبَأ ْيِه ْنُﻜَل ٍخَأِب يًِوُتْئا َلاَق ْنِهِزاَﻬَجِب ْنُهَسَّﻬَﺟ اَّوَلَو

/Walammā jahhazahum bijahāzihim qāla itūni biakhin lakum min abīkum alā tarawna annī ūfi alkayla wa anā khayru al-munzilīna/ Dan tatkala Yusuf menyiapkan untuk mereka bahan makanannya, ia berkata: "Bawalah kepadaku saudaramu yang seayah dengan kamu (Bunyamin), tidakkah kamu melihat bahwa aku menyempurnakan sukatan dan aku adalah sebaik-baik penerima tamu?”.

Pesan moral yang terdapat didalam surat Yusuf ayat 59 adalah, nabi Yusuf tetap menerima dan menjamu saudara-saudaranya dengan sangat baik, meskipun mereka telah melakukan perbuatan yang sangat tidak terpuji kepadanya ketika masih kecil. Tetapi nabi Yusuf tetap sabar dan tidak memliki rasa dendam sedikitpun terhadap saudara-saudaranya.

Adapun jenis-jenis pesan moral menurut Burhan Nurgiyantoro adalah sebagai berikut:

2.2.3.1.Pesan Religius (Keagamaan)

Kehadiran unsur religius dan keagamaan dalam sastra adalah suatu keberadaan sastra itu sendiri. Bahkan, sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius. Istilah “religius” membawa konotasi pada makna agama. Religius dan agama memang erat berkaitan, berdampingan bahkan

(29)

dapat melebur dalam satu kesatuan, namun sebenarnya keduanya menyarankan pada makna yang berbeda. Religius bersifat mengatasi lebih dalam, dan lebih luas dari agama yang tampak, formal, dan resmi. Sedangkan agama lebih menunjukkan pada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan dengan hukum-hukum yang resmi.

Contoh pesan religius terdapat pada Surah al-A‟raaf ayat 85, yakni:

اوُفْوَأَف ۚ ْمُكِّبَر ْنِم ٌةَنِّ يَ ب ْمُكْتَءاَج ْدَق ۚ ُهُرْ يَغ ٍوَٰلِإ ْنِم ْمُكَل اَم َوَّللا اوُدُبْعا ِمْوَ ق اَي َلاَق ۚ اًبْيَعُش ْمُىاَخَأ َنَيْدَم َٰلىِإَو َيِنِمْؤُم ْمُتْنُك ْنِإ ْمُكَل ٌرْ يَخ ْمُكِلَٰذ ۚ اَهِح َلاْصِإ َدْعَ ب ِضْرَْلأا ِفي اوُدِسْفُ ت َلََو ْمُىَءاَيْشَأ َساَّنلا اوُسَخْبَ ت َلََو َناَزيِمْلاَو َلْيَكْلا

Wa‟ilā madyana „akhahum syu‟aybān qalā yāqawmi‟budū Allaha mālakummīn „ilāhin gayruhu, qad jā‟atkum bayyinahum mīrrabbikum faaw fū al-kayla walmīżāna walā tabkhasū annāsa asyyā ahum walā tufsidū fī al-„ardi ba‟da „işlāhihā dzālikum khayrullakum „in kuntum mu‟minīn/ „dan (kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan [552] saudara mereka, Syu'aib. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman".

Pesan religiusnya adalah Nabi Syu‟aib a.s menyuruh manusia agar selalu bersikap jujur dalam kehidupan sehari-hari baik ketika sendiri ataupun dalam bermasyarakat. Dan jangan membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya.

2.2.3.2.Kritik Sosial

Wujud kehidupan sosial yang dikritik dapat bermacam-macam seluas lingkup kehidupan sosial itu sendiri. Banyak karya sastra yang bernilai tinggi yang didalamnya menampilkan kritik sosial. Namun, perlu ditegaskan bahwa karya-karya tersebut menjadi bernilai bukan dikarenakan kritik sosial, melainkan lebih ditentukan oleh koherensi semua unsur intrinsiknya. Sastra yang mengandung kritik dapat disebut juga sebagai sastra kritik. Biasanya akan lahir di tengah masyarakat jika terjadi hal-hal yang kurang baik dalam kehidupan sosial dan masyarakat.

Contoh kritik sosial pada Surah as-shaffat ayat 102, sebagai berikut:

ٰىَرَ ت اَذاَم ْرُظْناَف َكَُبَْذَأ ِّنَِّأ ِماَنَمْلا ِفي ٰىَرَأ ِّنِِّإ ََّنيُ ب اَي َلاَق َيْعَّسلا ُوَعَم َغَلَ ب اَّمَلَ ف اَم ْلَعْ فا ِتَبَأ اَي َلاَق ۚ

ُرَمْؤُ ت ْنِإ ِنُِّد ِجَتَس ۚ

َنيِرِباَّصلا َنِم ُوَّللا َءاَش

(30)

/falammā balaga ma‟ahus sa‟ya qāla yābunayya „innī arā fī almanāmi anniī ażbahukka fanẓur māżā tarā qāla yā abatib „al mā tu‟maru satajidunī insyāallah mināş şhābirīna/ Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu;

insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".

Kritik sosialnya adalah nabi Ismail menyetujui mimpi ayahnya (Ibrahim) untuk menyembelih dirinya. Tindakan yang dilakukan nabi Ibrahim terhadap anaknya (Ismail) dibenarkan karena itu merupakan perintah langsung dari Allah swt. Untuk menguji seberapa besar kesabaran dan ketaatan kepada Allah swt. Sesuai dengan ayat tersebut Allah swt mengkritik umat manusia yang dengan mudah membunuh sesama manusia lainnya tanpa dasar dan alasan yang dibenarkan Allah. Jika membunuh dalam ketentuan-ketentuan serta alasan yang diperbolehkan Allah dan perintah dari Allah swt maka perbuatan tersebut dibenarkan

(31)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1.Sejarah singkat Al-Qur’an

Menurut Rohimin (2006: 2), Al-Qur‟an dipandang sebagai sebuah kitab univesal dan plural, karena ia merupakan wahyu ilahi yang berbobot mukjizat dan bukan hasil rekayasa manusia. Bagi umat islam al-Qur‟an merupakan kitab suci yang bersumber dari allah dan dianggap sebagai wahyu yang diterima oleh utusannya nabi muhammad saw.

Dalam Amal (2005: 1), Al-Qur‟an bagi kaum Muslimin adalah Kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril. Kitab suci ini memiliki kekuatan luar biasa yang berada di luar kemampuan apapun. Kandungan pesan ilahi yang disampaikan nabi pada permulaan abad ke-7 itu telah meletakkan basis untuk kehidupan individual dan sosial kaum muslimin dalam segala aspeknya. Bahkan masyarakat Muslim mengawali eksistensinya dan memperoleh kekuatan hidup dengan merespon dakwah Al-Qur‟an.

Itulah sebabnya Al-Qur‟an berada tepat di jantung kepercayaan Muslim dan berbagai pengalaman keagamaannya. Tanpa pemahaman yang semestinya terhadap Al-Qur‟an, kehidupan, pemikiran dan kebudayaan kaum Muslimin tentunya akan sulit dipahami.

Menurut Chirzin (2003: 5-8), Telah terjadi silang pendapat antara para ulama tentang cara Al-Qur‟an diturunkan. Dalam hal ini ada tiga pendapat. Pertama, Al-Qur‟an diturunkan kelangit dunia pada malam Al-Qadr sekaligus, yakni lengkap dari awal hingga akhir. kemudian diturunkan berangsur angsur sesudah itu dalam tempo 20 atau 23 tahun berdasar pada perselisihan yang terjadi tentang beberapa lama nabi bermukim di Mekkah sesudah beliau diangkat menjadi Rasul. Pendapat ini berpegang pada riwayat ath thabary dari Ibnu Abbas sebagai berikut: “diturunkan Al-Qur‟an dalam lailatul Qadr di bulan Ramadhan ke langit dunia sekaligus semuanya, kemudian dari sana diturunkan sedikit demi sedikit kedunia.” Dari segi Isnad, riwayat tersebut dapat dipakai tetapi tidak kuat.

Kedua, Al-Qur‟an diturunkan ke langit dunia dalam 200 kali Lailatul Qadr selama 23 tahun, atau 25 Lailatul Qadr selama 25 tahun. Al-Qur‟an diturunkan kepada nabi Muhammad Saw., secara berangsur-angsur. Ketiga, Permulaan turunnya Al-Qur‟an adalah pada malam Al- Qadr kemudian diturunkan dengan berangsur-angsur dalam berbagai waktu.

(32)

Al-Qur‟an adalah petunjuk bagi umat manusia yang meletakkan dasar-dasar yang prinsip dalam segala persoalan kehidupan manusia dan merupakan kitab universal. Petunjuk ini merupakan sendi utama yang dimiliki agama Islam sebagai way of life bagi penganutnya dan menjamin kebahagiaan hidup didunia dan akhirat kelak.

Allah SWT menurunkan Al-Qur‟an kepada Nabi terakhir Muhammad Saw, dengan perantara malaikat jibril secara berangsur-angsur. Malaikat sebagai mediator Allah SWT dengan manusia, karena Al-Qur‟an merupakan petunjuk bagi khalifah bumi (manusia). Ayat-ayat Al- Qur‟an diturunkan sesuai dengan peristiwa/kebutuhan Rasulullah Saw.

Al-Qur‟an diturunkan secara bertahap atau berangsur-angsur. Berbeda dengan kitab-kitab samawi sebelumnya, yakni Taurat, Zabur dan Injil yang turun sekaligus. Al-Qur‟an turun bertahap. Pertanyaan orang-orang kafir itulah yang dijadikan landasan ahli tafsir, bahwa orang kafir heran dengan turunnya Al-Qur‟an secara berangsur-angsur karena mereka mengetahui kitab-kitab sebelumnya turun sekaligus. Bukanlah kitab-kitab itu berwujud benda kemudian diturunkan begitu saja, tetapi diturunkan (dibacakan) sekaligus oleh malaikat jibril.

Sejarah turunnya Al-Qur‟an dibagi dalam tiga priode. Periode pertama, kandungan wahyu Allah Swt. Periode ini berlangsung sekitar 4 sampai 5 tahun dan telah menimbulkan bermacam-macam reaksi dikalangan masyarakat Arab terhadap Al-Qur‟an ketika itu. Periode kedua berlangsung selama 8-9 tahun, ketika ayat-ayat Al-Qur‟an telah sanggup memblokade paham jahiliyah dari segala segi sehingga mereka tidak lagi mempunyai arti dan kedudukan dalam alam pikiran sehat. Periode ketiga, pada masa ini dakwah Al-Qur‟an telah mencapai atau mewujudkan prestasi yang sangat besar. Periode ini berlangsung selama 10 tahun. Ini merupakan periode terakhir, saat Islam disempurnakan oleh Allah SWT. Dengan turunnya ayat yang terakhir, yaitu Al-Maidah ayat 3 (ayat tentang hukum).

Al-Qur‟an yang terdiri atas 114 surat diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan dan 22 hari. Sebagian ayat-ayat Al-Qur‟an itu diturunkan di Mekkah dan di Madinah sehingga muncullah surat atau ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa ayat-ayat Makiyah adalah ayat yang turun di Mekkah dan ayat Madaniyah adalah ayat yang turun di Madinah. Pendapat ini lebih menitikberatkan pada masalah tempat-tempat. Pendapat lain lebih menitikberatkan kepada orang

(33)

yang dituju oleh dialog ayat Al-Qur‟an yaitu ayat Makiyah, adalah dialog kepada penduduk mekkah dan Madaniyah adalah dialog kepada penduduk Madinah. Namun sebagian ulama lebih cenderung kepada pendapat yang menitikberatkan kepada waktu, yaitu ayat Makiyah adalah ayat yang turun sebelum periode Hijrah sekalipun turun diluar Mekkah sedang ayat Madaniyah adalah ayat yang turun pada periode sesudah Hijrah sekalipun turun di Mekkah.

3.2.Kisah Nabi Isa A.S

Nabi isa merupakan salah satu dari 5 Nabi Ulul Azmi, dan salah satu mukjizat nabi isa yaitu lahir tanpa adanya seorang ayah. Dalam Al-Qur‟an, ia disebut Isa bin Maryam atau Isa al- Masih. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 29 M dan ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil di Palestina. Nama nabi Isa disebutkan sebanyak 25 kali di dalam Al-Quran. Cerita kisah Nabi Isa kemudian berlanjut dengan pengangkatannya sebagai utusan Allah, penolakan oleh Bani Israil dan berakhir dengan pengangkatan dirinya ke surga.

Kemudian, ia diyakini mendapatkan gelar dari Allah dengan sebutan Ruhullah dan Kalimatullah. Karena Isa diciptakan dengan kalimat Allah “Jadilah!”, maka terciptalah Isa, sedangkan gelar Ruhullah artinya ruh dari Allah karena Isa langsung diciptakan Allah dengan meniupkan ruh kedalam rahim Maryam binti Imran.

Rifai‟i (1976: 115), Nabi Isa as. Ibunya Maryam dan tidak mempunyai ayah, dilahirkan oleh Allah swt tidak ber ayah, atas kadrat iradat-nya. Beliau lahir pada tahun 622 sebelum tahun hijrah. Kelahiran beliau tanpa ayah ini, merupakan ujian bagi manusia apakah manusia tidak percaya atas kekuasaan Allah. Maryam anak Imran bin Matsan, anak yang shaleh, beliau itu masih gadis remaja, dan pada suatu hari datanglah malaikat Jibril memberi kabar kepadanya, bahwa ia akan memperoleh anak laki-laki.

Dalam Hanafi (124-132), Setelah Maryam anak Imran dewasa, datanglah malaikat jibril yang menyerupai laki-laki menghadapnya seraya memberi kabar dari Allah swt. Akan lahirnya seorang anak laki-laki darinya.

Maka Maryam mengandung, lalu ia menjauh dari kaumnya karena malu. Ketika ia hampir melahirkan, disandarkannya tubuhnya pada sebatang pohon kurma, lalu ia berkeluh kesah.Tidak lama setelah itu, lahirlah seorang putra dari Maryam, yang diberi nama Isa yang

(34)

kemudian diangkat menjadi Nabi dan Rasul Allah. Meskipun dikampungnya Maryam dicemooh kaumnya dengan tuduhan berzina, namun ia hanya diam membisu sesuai perintah Allah Swt.

Jadi, Nabi Isa, adalah putra Maryam, tanpa seorang bapak. Beliau lahir pada tahun 622 sebelum hijrah. Peristiwa kelahiran Nabi Isa As. Itu sesungguhnya menjadi ujian bagi manusia, siapa diantara mereka yang beriman dan siapa yang ingkar kepada Allah Swt.

Ketika kaumnya bertanya kepada Maryam tentang anak yang digendongnya, Maryam tidak mau berbicara, tetapi memberi isyarat kepada mereka sambil menunjuk bayinya yang baru lahir. Kaumnya menjadi heran seraya bertanya: “bagaimana kami dapat berbicara dengan seorang anak yang baru lahir?” dengan izin Allah swt, tiba-tiba Nabi Isa As. Yang masih berada dibuaian ibunya itu dapat berbicara untuk menjawab mereka.

Setelah peristiwa ajaib itu, maryam hijrah ke negeri Mesir untuk melindungi anaknya, Isa as. Dari maksud jahat kaumnya. Beberapa lama hidup di Mesir, mereka kemudian kembali pulang ke negeri Syam. Pada usia 30 tahun, Isa a.s. diangkat Allah Swt. Menjadi Nabi dan Rasul-nya untuk menyerukan agama yang benar kepada kaum Bani Israil.

Sahabat-sahabat Nabi Isa as. Yang disebut sebagai kaum hawariyyun, hanya berjumlah 12 orang. Tetapi, diantara mereka kedua belas sahabatnya itu, ada salah seorang yang murtad dan berkhianat terhadapnya, yakni Yahuza atau Iskarius. Karena hasutan Yahuza, lama kelamaan banyak orang yang terpengaruh dan mengikuti ajakannya.

Di dalam menyerukan agama Allah swt. Nabi Isa as. Mendapat tantangan yang keras dari orang-orang Yahudi yang kafir. Mereka bahkan bermusyawarah untuk menangkap dan membunuh Nabi Isa as. Pemimpin kaum kafir itu tak lain adalah Yahuza, sahabat Nabi Isa as.

Yang murtad itu.

Ketika itu, yang berkuasa atas seluruh negeri adalah raja Herodes. Ia adalah penguasa yang dzalim serta amat memusuhi seruan Nabi Isa as. Raja Herodes kemudian memerintahkan tentaranya untuk menangkap Nabi Isa as. Dan membunuhnya. Maka jadilah Nabi Isa as. Sebagai buruan tentara kerajaan.

Suatu ketika nabi Isa as. Terkepung dalam suatu wilayah. Tetapi tentara kerajaan tidak berhasil menemukan tempat persembunyiannya. Nabi Isa as. Beserta beberapa pengikutnya

(35)

bersembunyi pada suatu tempat yang terpencil, sehingga tentara kerajaan tidak berhasil menangkapnya. Akan tetapi, si pengkhianat Yahuza rupanya mencium tempat persembunyian Nabi Isa as. Ia langsung melaporkan hasil pengintaiannya kepada Raja herodes, untuk memperoleh sejumlah besar hadiah. Maka segeralah Raja itu memerintahkan bala tentaranya mengikuti Yahuza ke tempat persembunyian Nabi Isa as. Nabi Isa as. Tidak berdaya ketika tentara kerajaan tiba-tiba menyerbu tempat persembunyiannya, yang dipimpin oleh Yahuza.

Tetapi Allah swt. Berkehendak lain. Dengan kodrat-Nya, Nabi Isa as. Diangkat oleh Allah swt. Ke langit untuk diselamatkan dari kejahatan kaum kafir. Sementara itu, Yahuza yang memimpin pasukan kerajaan, dengan serta merta diubah wajahnya oleh Allah swt. Menjadi serupa dengan Nabi Isa as. Maka, ketika tentara kerajaan melihatnya, segera ditangkaplah Yahuza, meskipun ia meronta-ronta dan membela diri. Demikianlah, Yahuza tidak dapat membuktikan bahwa dirinya bukanlah Nabi Isa, sebab wajahnya amat serupa. Lagi pula, satu- satunya orang yang berwajah Nabi Isa as. Ketika itu adalah dia sendiri. Maka tidak ada alasan bagi tentara kerajaan untuk tidak menangkapnya dan kemudian membawanya ke hadapan raja Herodes. Oleh sang raja, nabi Isa as. Palsu itu dijatuhi hukuman mati dengan disalib di atas tiang kayu.

Jika Al-Qur‟an mengungkapkan serangkaian ajaran agama islam, maka begitu pulalah ajaran yang dibawa oleh Nabi Isa as. Nabi Isa as. Sebenarnya mengajarkan pokok-pokok ketuhanan yang sama dengan ajaran islam kini. Akan tetapi, oleh sebahagian orang dari golongan Yahudi, ajaran-ajaran tauhid itu telah diselewengkan. Yahuza yang diserupakan wajahnya dengan nabi Isa as. Dan kemudian disalib hingga menemui ajalnya itu, oleh mereka dikatakan sebagai anak tuhan yang menebus dosa umat manusia.

Dilain pihak, islam memandang Nabi Isa as. Sama seperti nabi-nabi yang lain. Beliau adalah manusia biasa yang kemudian diangkat oleh Allah swt. Menjadi nabi dan Rasul-Nya.

Tentang kejadiannya yang tanpa ayah itu. Bagi Allah swt. Adalah hal yang mudah, sama seperti kejaidan nabi Adam as. Yang tidak berbapak maupun beribu.

Sebagai salah satu nabi yang memiliki julukan Ulul Azmi. Para ahli tafsir mengatakan bahwa Isa menghidupkan empat orang. Pertama, al-Azir yaitu temannya, kemudian dua orang anak laki-laki dari seorang tua dan seorang anak perempuan satu-satunya dari seorang ibu.

(36)

Mereka adalah tiga orang yang mati di zamannya dan Isa membangkitkan pula Sam bin Nuh atas permintaan orang Yahudi.

Mukjizat Nabi Isa diantaranya adalah:

1. Lahir tanpa adanya seorang ayah

2. Dapat berbicara sewaktu masih bayi, untuk menerangkan bahwa ia seorang nabi yang diutus untuk bani Israel

3. Bisa mengetahui Taurat asli Musa, yang disembunyikan dan telah mengalamai banyak perubahan yang dilakukan oleh orang-orang cerdik dari kaum Yahudi

4. Membentuk tanah seperti burung kemudian meniupkan roh, lalu tanah itu menjadi burung 5. Menyembuhkan orang buta

6. Menyembuhkan orang yang berpenyakit sopak

7. Menghidupkan kembali orang yang telah mati

8. Diberi kemampuan melihat hal-hal yang ghaib melalui panca inderanya meskipun ia tidak menyaksikannya secara langsung

3.3. Tema

Untuk menemukan tema sebuah karya sastra, ia haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita. Tema adalah gagasan dasar umum yang telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang yang digunakan untuk mengembangkan cerita.

Dengan kata lain, cerita tentunya akan “setia” mengikuti gagasan dasar umum yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga berbagai peristiwa-konflik dan pemilihan berbagai unsur instrinsik yang lain seperti penokohan, peralatan, dan penyudut pandangan diusahakan mencerminkan gagasan dasar umum tersebut (Nurgiyantoro, 1995: 70).

Menurut sumardjo dalam (Rokhmansyah, 2013: 33), mendefinisikan tema sebagai ide sebuah cerita, pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita tetapi mengatakan sesuatu pada pembacanya. Sesuatu yang mau dikatakannya itu bisa sesuatu masalah kehodupan, pandangan hidupnya tentang kehidupan ini atau komentar terhadap kehidupan ini.

Tema yang terdapat pada kisah nabi Isa a.s di dalam Al-Qur‟an yaitu : “keagamaan”.

Tentang bagaimana manusia harus teguh pada keimanannya, bahwasannya hanya islam lah agama yang paling benar dan diridhai Allah swt.

(37)

3.4. Pesan moral

Jenis dan wujud pesan moral yang terdapat dalam karya sastra akan tergantung pada keyakinan, keinginan dan interes pengarang yang bersangkutan. Jenis dan wujud pesan moral mencakup seluruh persoalan kehidupan, serta menyangkut harkat dan martabat manusia.

Persoalan kehidupan manusia tersebut dapat dibedakan kedalam persoalan hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk hubungannya dengan lingkungaan alam, dan hubungan manusia dengan tuhannya (Nurgiyantoro, 1994: 324).

Adapun jenis pesan moral menurut nurgiyantoro adalah sebagai berikut:

3.4.1. Pesan Religius

Pesan religius disebut juga dengan amanat yaitu suatu cara pandang seseorang mengenai agamanya serta bagaimana orang tersebut menggunakan keyakinan atau agamanaya dalam kehidupan sehari-hari disimpulkan dari sikap penulis terhadap permasalahan yang diangkat pada cerita.

Adapun pesan religius yang terdapat dari kisah nabi Isa a.s. dalam Al-Qur‟an adalah sebagai berikut:

1. Q.S. Al-Baqarah ayat: 253

ىَسيِع اَنْ يَ تآَو ۚ ٍتاَجَرَد ْمُهَضْعَ ب َعَفَرَو ۚ ُوَّللا َمَّلَك ْنَم ْمُهْ نِم ۚ ٍضْعَ ب ٰىَلَع ْمُهَضْعَ ب اَنْلَّضَف ُلُسُّرلا َكْلِت ُمُهْ تَءاَج اَم ِدْعَ ب ْنِم ْمِىِدْعَ ب ْنِم َنيِذَّلا َلَتَتْ قا اَم ُوَّللا َءاَش ْوَلَو ۚ ِسُدُقْلا ِحوُرِب ُهاَنْدَّيَأَو ِتاَنِّ يَ بْلا ََيمْرَم َنْبا اَم ُلَعْفَ ي َوَّللا َّنِكَٰلَو اوُلَ تَتْ قا اَم ُوَّللا َءاَش ْوَلَو ۚ َرَفَك ْنَم ْمُهْ نِمَو َنَمآ ْنَم ْمُهْ نِمَف اوُفَلَ تْخا ِنِكَٰلَو ُتاَنِّ يَ بْلا ُديِرُي

/Tilkar-rusulu faḍḍalnā ba'ḍahum 'alā ba'ḍ, min-hum mang kallamallāhu wa rafa'a ba'ḍahum darajāt, wa ātainā 'īsabna maryamal-bayyināti wa ayyadnāhu birụḥil-qudus, walau syā`allāhu maqtatalallażīna mim ba'dihim mim ba'di mā jā`at-humul-bayyinātu wa lākinikhtalafụ fa min- hum man āmana wa min-hum mang kafar, walau syā`allāhu maqtatalụ, wa lākinnallāha yaf'alu mā yurīd/ Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa mukjizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada di antara

(38)

mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya. (Surat Al-Baqarah Ayat 253)

Tafsir Katsir jilid I dalam (Rifa‟i, 2012: 317), Allah ta‟ala memberitahukan bahwa dia telah mengunggulkan sebagian Rasul atas sebagian yang lain. Yakni Musa dan Muhammad saw., demikian pula halnya dengan Adam, sebagaimana diriwayatkan dalam shahih ibnu hibban dari Abu dzar r.a., “dan sebagiannya Allah meninggikannya bebrapa derajat”, sebagaimana ditegaskan dalam hadits tentang isra‟, tatkala Nabi saw, melihat bahwa keberadaan para nabi di langit itu selaras dengan perbedaan kedudukan mereka pada sisi Allah swt.

Adapun Pesan religius yang terdapat dalam ayat tersebut adalah sesungguhnya Allah swt telah memberikan banyak petunjuk tentang kebenaran kenabian Isa a.s. maka janganlah kamu sekalian berselisih lagi karena dengan jelas Allah swt. Telah menunjukkan bukti-bukti yang sangat nyata berupa mukjizat-mukjizat yang dimiliki nabi Isa a.s.

2. Q.S. Ali Imran ayat: 42

َيِمَلاَعْلا ِءاَسِن ٰىَلَع ِكاَفَطْصاَو ِكَرَّهَطَو ِكاَفَطْصا َوَّللا َّنِإ َُيمْرَم اَي ُةَكِئ َلاَمْلا ِتَلاَق ْذِإَو

/Wa iż qālati al-malā`ikatu yā maryamu innallāhaṣṭafāki wa ṭahharaki waṣṭafāki 'alā nisā`il- 'ālamīn/ Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).(Surat Ali 'Imran Ayat 42)

Menurut Katsir (2018: 740), Maryam yang disebutkan pada Surah Ali Imran ayat 42 adalah wanita pilihan yang terbaik diseluruh dunia maksud nya Allah telah menyeleksi dan mensucikan Maryam dari akhlak buruk, dan memberi karunia dengan sifat-sifat baik. Beliau merupakan ibu dari nabi Isa a.s yang satu-satu nya terlahir tanpa seorang ayah.

Adapun Pesan religius yang terdapat dalam ayat tersebut adalah sosok Maryam merupakan panutan bagi seluruh wanita di dunia, karena keteguhan hati dan imannya yang sangat kokoh dalam menjaga kesucian dan kehormatannya yang membuat Maryam menjadi wanita terbaik pilihan Allah Swt.

3. Q.S. Ali Imran ayat: 43

(39)

َيِعِكاَّرلا َعَم يِعَكْراَو يِدُجْساَو ِكِّبَرِل ِتُِنْ قا َُيمْرَم اَي

/Yā maryamuqnutī lirabbiki wasjudī warka'ī ma'ar-rāki'īn/ Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku'lah bersama orang-orang yang ruku'. (Surat Ali 'Imran Ayat 43)

Tafsir Katsir jilid I dalam (rifa‟i, 2012: 388), Allah ta‟ala memberitahukan ihwal malaikat yang menyuruh Maryam supaya dia banyak beribadah, berlaku khusyuk, rukuk, sujud, dan membiasakan berprilaku selaras dengan apa yang dikehendaki Allah, perkara yang mengandung ujian baginya serta ketinggian di dunia dan akhirat lantaran apa yang di perlihatkan oleh kekuasaan Allah yang besar berupa penciptaan seorang anak tanpa ayah.

Adapun Pesan religius yang terdapat dalam ayat tersebut adalah maka hendaklah kita selalu mentaati apapun yang diperintahkan oleh Allah swt. Kepada hambanya.

4. Q.S. Ali Imran ayat: 45

اَيْ نُّدلا ِفي اًهي ِجَو ََيمْرَم ُنْبا ىَسيِع ُحي ِسَمْلا ُوُْسْا ُوْنِم ٍةَمِلَكِب ِكُرِّشَبُ ي َوَّللا َّنِإ َُيمْرَم اَي ُةَكِئ َلاَمْلا ِتَلاَق ْذِإ َيِبَّرَقُمْلا َنِمَو ِةَر ِخ ْلْاَو

/Iż qālatil-malā`ikatu yā maryamu innallāha yubasysyiruki bikalimatim min-husmuhul-masīḥu 'īsabnu maryama wajīhan fid-dun-yā wal-ākhirati wa minal-muqarrabīn/ (Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), (Surat Ali 'Imran Ayat 45)

Tafsir Katsir jilid I dalam (Rifa‟i, 2012: 390), ini merupakan berita gembira dari Allah swt, untuk Maryam, yaitu dia akan mengadakan anak dari diri Maryam yang mengandung persoalan besar. Namanya Al-Masih Isa putera Maryam sebagai nisbah kepada ibunya disebabkan ia tidak mempunyai ayah. Ia juga memiliki karisma dan kedudukan disisi Allah swt, dalam kehidupan dunia melalui syariat yang diwahyukan kepadanya, yaitu pemberian AL-Kitab, dan hal lainnya yang dianugerahkan Allah swt. Dan di akhirat, ia akan memberi syariat di sisi Allah swt.

Adapun Pesan religius yang terdapat dalam ayat tersebut adalah hendaklah kita selalu menerima ketentuan yang diberikan kepada kita meskipun diluar pemikiran dan keinginan kita sendiri.

Referensi

Dokumen terkait

KOMUNIKASI ANTAR KELOMPOK MASYARAKAT BERBEDA AGAMA DALAM MENGEMBANGKAN RELASI DAN TOLERANSI SOSIAL (Studi kasus pada masyarakat desa Ngadas suku tengger kecamatan

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur didorong utamanya oleh komponen Konsumsi yang pada triwulan III-2008 ini mampu tumbuh lebih tinggi.. Di sisi lain,

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanolik daun Gynura procumbens, (Lour) Merr pada kanker payudara tikus yang diinduksi senyawa Dimetil benzo (a) antrazena (DMBA)

Jenis yang paling sedikit ditemui adalah Balanophora dioica yang hanya tersebar di dua lokasi di Gunung Talang, Pada penelitian ini jenis yang hanya di temukan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan atau seberapa kuatkah hubungan antara Produk, Harga, dan Promosi dengan keputusan konsumen membeli

Dari perbandingan pasangan basa dari ketiga sekuen rusa tersebut menunjukkan bahwa antara rusa sambar dan rusa timor memperlihatkan kemiripan nukleotide yang lebih tinggi dalam hal

Pengelolaan kebudayaan dan kepariwisataan pada satu kawasan merupakan upaya dalam mensinergiskan berbagai kepentingan sebagaimana makna dari suatu kawasan merupakan