• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Penyusunan Dokumen Amdal Sederhana

Dalam dokumen TUGAS PROYEK AGROINDUSTRI-KELOMPOK 5 (Halaman 140-171)

B. Penanggulangan Limbah

12.2 Perencanaan Penyusunan Dokumen Amdal Sederhana

AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) merupakan sebuah kajian tentang dampak penting pada suatu perusahaan maupun kegiatan yang sudah direncanakan untuk lingkungan hidup yang berfungsi untuk proses pengambilan keputusan mengenai penyelenggaran kegiatan usaha. Sebelum sebuah perusahaan mendapatkan izin lingkungan, perusahaan harus mendapatkan AMDAL dahulu. Pada AMDAL hal yang dikaji yaitu mencakup dampak besar dari kegiatan lingkungan hidup yang telah dilakukan perencanaan sehingga dapat ambil keputusan yang tepat terkait dengan penyelenggaraan kegiatan tersebut.

Pada penyusunan dokumen AMDAL penting dilakukan karena berguna untuk melakukan pengkajian suatu kegiatan produksi dalam industri secara jelas dan rinci, sehingga dapat diketahui dampak kegiatan yang akan terjadi pada lingkungan di sekitarnya (Sumbu dan Anis, 2018). PT Makmur Sejahtera melakukan penyusunan dokumen AMDAL dengan tujuan untuk melakukan pengkajian yang mendalam terkait dengan semua aspek dari kegiatan hingga dampaknya bagi lingkungan di sekitarnya. Penyusunan dari dokumen AMDAL juga dilakukan guna untuk memperoleh izin lingkungan dan memberikan jaminan keamanan perusahaan pada beberapa komponen lingkungan di sekitar. Dibawah ini meruapakan dokumen AMDAL sederhana yang disusun bedasarkan 7 fokus utama mengenai dampak yang terjadi dari hasil kegiatan di PT Makmur Sejahtera.

No .

Faktor Penentu Dampak

Keterangan Sifat

Dampak 1. Jumlah

manusia yang terkena dampak

Jumlah orang yang akan terkenda dampak dari sebuah kebisiangan mesin yaitu buruh pabrik bagian produksi serta karyawan pabrik yang berada atau bekerja di dekat area produksi. Kebisingan ini tidak terlalu berdampak luas hingga keluar lingkungan pabrik dan tidak akan mengganggu aktivitas masyarakat sekitar, hal tersebut karena masin yang digunakan diperkirakan mempunyai paparan kebisingan yang tidak melebihi nilai ambang batas yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Nilai Ambang Batas yang ditetapkan oleh pemerintah tetapkan

Penting

bedasarkan KEMEANKER No., 51/ME/1999 yaitu 85 dB dengan lama waktu 8 jam dalam sehari (Nasution,2019). Jika melebihi nilai ambang batas maka efek yang akan ditimbulkan yaitu ketulian serta stress kerja.

2 Luas Wilayah Persebaran Dampak

Luas wilayah persebaran dampak yang diakibatkan oleh kebisiangan mesin hanya dirasakan oleh area sekitar pabrik terutama area produksi. Hal tersebut juga dikarenakan paparan dari kebisingan pasa mesin yang digunakan tidak melebihi nilai dari ambang batas. Namun luas wilayah dari persebaran dapat bertambah saat mengalami turbulensi yang berlebih pada mesin ekstraksi, namun masih dalam area pabrik. Selain kebisingan mesin dampak yang diakibatkan dari limbah padat yaitu kulit buah nipah.

Luas penyebaran dianggap penting karena limbah harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu agar tidak berdampak buruk pada lingkungan.

Penting

3 Lama

Dampak Berlangsung

Jam kerja perusahaan dilakukan sebanyak 8 jam kerja mulai dari hari senin-sabtu. Jam kerja dimulai pukul 07.00-16.00 dan tidak mengganggu lingkungan sekitar karena pekerjaan dilakukan saat jam kerja

Penting

4 Intensitas Dampak

Kebisingan mempunyai pengaruh yang dapat menyebabkan gangguan seperti gangguang psikologis, komunikasi, dan fisiologis seseorang (Rusmayanti et al., 2021). Intensitas dari dampak polusi kebisingan mempunyai dampak yang cukup signifikan sehingga perlu dilakukan pengelolaan kebisingan pada lokasi perusahaan terutama yang ada pada area produksi.

Penting

5 Banyaknya Komponen pada Lingkungan yang Terkena Imbas

Limbah yang dihasilkan dari hasil produksi minuman serbuk buah nipah yaitu berupa limbah padat. Limbah padat tersebut yaitu merupakan kulih dari buah nipah.

Limbah yang dibiarkan saja di lingkungan akan memiliki dampak buruk bagi lingkungan, sehingga untuk menghindari hal tersebut yaitu dilakukannya pengolahan kembali pada kulit buah nipah sebagai bahan untuk pembuatan briket. Selain menjaga lingkungan juga dapat menjadi nilai guna kembali

Penting

(Mulyadi dkk, 2013).

6 Sifat Kumulatif dari Dampak yang Terjadi

Perusahaan NIPODRINK selalu berusaha untuk mengolah limbah dengan sebaik mungkin. Hal ini dilakukan untuk menghindari dampak buruk yang dapat berakibat pada lingkungan. Pengolahan limbah yang dilakukan perusahaan NIPODRINK tidak bersifat kumulatif, dimana limbah akan segera dilakukan pengolahan kembali tanpa ditumpuk terlebih dahulu dengan jangka waktu tertentu. Salah satu pengolahan limbah yang dilakukan oleh NIPODRINK yaitu dengan metode dua faktor yang diulang 2 (dua) kali. Faktor yang digunakan adalah persentase perekat pati tapioka (P) dan bahan tambahan kapur (K).

Penting

7 Berbalik atau Tidaknya Dampak yang Timbul

Dampak dari limbah yang dihasilkan oleh perusahaan NIPODRINK dari buah nipah dapat dipulihkan kembali dengan adanya pengolahan kembali. Dengan begitu, perusahaan NIPODRINK tidak memiliki dampak yang berbalik karena adanya pengolahan kembali pada kulit buah nipah.

Penting

BAB XIII

ANALISIS EKONOMI DAN FINANSIAL

13.1 Asumsi Dasar

Analisis kelayakan ekonomi dan finansial bertujuan untuk mengetahui apakah suatu usaha layak atau tidak layak untuk dijalankan. Analisis ini merupakan salah satu tahapan dalam perencanaan usaha melalui pengumpulan data yang relevan dengan kondisi terkini.

Dalam menganalisis aspek ekonomi atau finansial membutuhkan beberapa asumsi dasar yang dapat diperoleh dari studi literatur, data historis, data aktual dan sebagainya sebagai landasan untuk memperkirakan biaya dalam ruang lingkup proyek (Kusuma dan Mayasti, 2016). Analisis ekonomi dan finansial juga harus disesuaikan dengan kondisi operasional perusahaan agar hasil pengukuran lebih akurat. PT Makmur Sejahtera yang memproduksi minuman serbuk buah nipah NIPODRINK memiliki kondisi operasional sebagai berikut:

1. Waktu kerja seluruh departemen selama 8 jam/hari dan 6 hari/minggu, sehingga dalam 1 bulan terdapat 24 hari kerja, dan selama 1 tahun terdapat 288 hari kerja.

Perusahaan menjalankan 1 batch produksi dalam 1 hari

2. Kapasitas produksi NIPODRINK dalam satu batch produksi yaitu 82,5 Kg atau sekitar 1.100 pcs, sehingga dalam 1 bulan PT Makmur Sejahtera dapat menghasilkan sekitar 26.400 pcs, dan selama 1 tahun dapat menghasilkan 316.800 pcs

PT Makmur Sejahtera menerapkan beberapa asumsi dasar dalam melakukan analisis kelayakan ekonomi dan finansial. Asumsi dasar yang digunakan meliputi umur proyek, jumlah hari kerja, biaya pemeliharaan, suku bunga, modal, harga bahan baku, harga produk, nilai penyusutan aset, dan lainnya. Asumsi dasar yang digunakan pada analisis kelayakan ekonomi dan finansial untuk memproduksi produk NIPODRINK adalah sebagai berikut:

1. Modal usaha berasal dari investasi pemegang saham perusahaan dan bukan berasal dari kekayaan pribadi pihak yang terlibat dalam perusahaan

2. Umur proyek dalam analisis kelayakan ekonomi dan finansial selama 3 tahun. Pada tahun pertama sampai ketiga merupakan tahap operasional perusahaan dalam memproduksi dan menjual produk NIPODRINK. Tahap pendirian perusahaan dilakukan pada masa awal proyek.

3. Selama 3 tahun umur proyek, diasumsikan terjadi penyusutan aset perusahaan yaitu mesin dan peralatan. Setiap mesin dan peralatan memiliki umur ekonomis yang berbeda- beda sehingga nilai penyusutan aset juga berbeda

4. Mesin dan peralatan dengan umur ekonomis hanya selama 1 tahun harus dilakukan re-investasi atau pembelian kembali

5. Mesin dan peralatan dengan umur ekonomis lebih dari 1 tahun memiliki biaya penyusutan dan nilai sisa. Nilai sisa mesin dan peralatan diasumsikan 50% dari harga mesin dan peralatan

6. Mesin dan peralatan yang mengalami penyusutan merupakan item yang harus dipelihara. Biaya pemeliharaan setiap item diasumsikan sebesar 5% dari nilai investasi

7. Dalam proses analisis tidak terdapat perubahan harga pada biaya tetap dan variabel.

Kapasitas produksi NIPODRINK juga stabil dan tidak terdapat perubahan

8. Asumsi harga dan jumlah kebutuhan bahan baku NIPODRINK dalam 1 batch produksi adalah sebagai berikut:

o Buah nipah = 200 kg (Rp.15.000/kg) o Maltodekstrin = 22 Kg (Rp. 43.000/kg) o Gula pasir = 62 Kg (Rp.15.000/kg) o Bahan premix = 11 Kg (Rp.20.000/kg) o Kemasan primer = 5.500 pcs (Rp.200/pcs) o Kemasan sekunder = 1.100 pcs (Rp.400/pcs) o Kemasan tersier = 220 pcs (Rp.1000/pcs)

9. Perhitungan pajak penghasilan (PPh) menerapkan aturan sebagai berikut:

Total penghasilan sebesar Rp. 50.000.000 dikenakan pajak sebesar 5%

Total penghasilan sebesar Rp. 50.000.000 - Rp. 250.000.000 dikenakan pajak sebesar 15%

Total penghasilan diatas Rp.500.000.000 dikenakan pajak sebesar 30%

10. Analisis kelayakan finansial dan ekonomi menggunakan NPV (Net Present Value) dengan suku bunga sebesar 12%. NPV merupakan perbandingan atau rasio jumlah kas yang diperoleh terhadap nilai investasi di masa awal. Terdapat 3 kriteria dalam menentukan proyek feasible yaitu layak dijalankan atau tidak layak dijalankan. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

Nilai NPV > 0, menunjukan proyek feasible atau layak dijalankan

Nilai NPV < 0, menunjukan proyek tidak feasible atau tidak layak dijalankan karena tidak dapat menutup nilai investasi awal sehingga tidak memperoleh keuntungan

Nilai NPV = 0, menunjukan proyek dalam kondisi BEP dimana total revenue (TR) sama dengan total cost (TC) dalam bentuk present value. Kondisi ini menunjukan perusahaan tidak memperoleh keuntungan maupun kerugian

11. Analisis kelayakan finansial dan ekonomi juga menggunakan Internal Rate of Return (IRR). Perhitungan IRR menggunakan suku bunga i1 sebesar 12% sebagai suku bunga bank yang berlaku saat ini dan i2 sebesar 15% sebagai pembanding. IRR memiliki 3 kriteria dalam menentukan proyek feasible maupun tidak feasible. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

Nilai IRR> discount factor, menunjukan proyek feasible atau layak dijalankan

Nilai IRR<discount factor, menunjukan proyek tidak feasible atau tidak layak dijalankan karena nilai investasi yang telah ditanam tidak dapat memenuhi modal

Nilai IRR=discount factor, menunjukan nilai investasi yang telah ditanam akan balik modal

13.2 Biaya Tetap

Biaya tetap didapatkan dari hasil penjumlahan biaya reinvestasi, biaya penyusutan, dan biaya pemeliharaan. Biaya tetap merupakan biaya yang tidak akan mengalami perubahan dengan peningkatan maupun penurunan dari jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan/pabrik (Tawakkal et al., 2019). Pada PT. Makmur Sejahtera kebutuhan modal untuk biaya tetap yaitu sebesar Rp 1.186.925.000 dalam setahun. Biaya reinvestasi digunakan sebagai asumsi dari umur proyek selama 3 tahun kerja. Rincian dari perhitungan biaya reinvestasi pada Tabel 13.1. Perhitungan didapatkan dari biaya bangunan, mesin, peralatan dan biaya instalasi. Selanjutnya, biaya total dikalikan dengan umur ekonomis dari tiap komponen untuk diketahui investasi yang dibutuhkan dalam kurun waktu 3 tahun proyek. Biaya penyusutan didapatkan dari total biaya tiap komponen dikurangi nilai sisa, yang selanjutnya dilakukan pembagian umur simpan setiap komponen.

Nilai penyusutan tahun ke-1, tahun ke-2 dan tahun ke-3 dihasilkan sama. Rincian perhitungan biaya penyusutan dapat dilihat pada Tabel 13.2. Biaya pemeliharaan didapatkan dari nilai persentase pemeliharaan dilakukan dengan biaya total dari setiap komponen. Komponen yang dibutuhkan untuk dilakukan pemeliharaan yaitu komponen yang mengalami penyusutan. Dapat dilihat rincian untuk perhitungan di Tabel 13.3.

Sumber: Penulis

13.3 Biaya Penyusutan

Penyusutan yang dapat diartikan sebagai alokasi sistematis jumlah dimana yang bisa disusutkan dari aset selama umur manfaat atau penggunaannya (Setiadi, 2020).

Perencanaan proyek pada PT. Makmur Sejahtera yang melakukan produksi NIPODRINK dimana yang membutuhkan beberapa item. Item tersebut yang meliputi bangunan, mesin, peralatan dan instalasi. Adapun jumlah dari item tersebut yang sebelumnya disesuaikan dengan kebutuhan untuk proses produksi NIPODRINK. Dalam menentukan biaya

penyusutan ini, terdapat beberapa hal didalamnya yang terdiri dari harga satuan dari masing-masing itemnya dimana di dalam harga yang ditentukan didasarkan oleh asumsi yang disesuaikan dengan acuan dari setiap kebutuhan per itemnya. Selanjutnya juga terdapat total biaya, dalam total biaya ini diperoleh dari hasil kali antara harga satuan dengan jumlah dari masing-masing item. Kemudian untuk umur ekonomis dalam tiap itemnya yang disesuaikan dengan keperluan dan massa penggunaanya. Selanjutnya ada nilai sisa yang biasa digunakan dalam perhitungan penyusutan dari sebuah taksiran nilai aset tetap dengan umur ekonomis yang telah digunakan sebelumnya. Berdasarkan hasil perhitungan biaya penyusutan yaitu penyusutan pada tahun ke 1 sampai dengan penyusutan tahun ke-3 sama dan nilai-nilai tersebut yang didapat dari total biaya dalam masing-masing item kemudian dikurangi nilai sisa dalam tiap item dan dibagi umur ekonomis dalam per item. Lalu, untuk biaya penyusutan pada mesin dan peralatan dimana yang memiliki umur ekonomis lebih dari 1 tahun. Dapat dilihat rincian perhitungan untuk biaya penyusutan pada Tabel 13.2

Sumber: Penulis

13.4 Biaya Pemeliharaan

Biaya pemeliharaan dilakukan perusahaan NIPODRINK yaitu pada mesin dan peralatan. Hal ini dilakukan dengan menyesuaikan dari kebutuhan perusahaan dalam melakukan proses produksi. Untuk menentukan biaya pemeliharaan terdapat beberapa komponen yang perlu diketahui. Adapun beberapa komponen tersebut yaitu volume, harga satuan, total biaya, umur ekonomis, % pemeliharaan, dan biaya pemeliharaan setiap tahunnya. Volume disesuaikan dari setiap kebutuhan yang telah ditetapkan oleh perusahaan disetiap melakukan proses produksi. Berikutnya pada harga satuan telah disesuaikan dengan berdasarkan dari asumsi yang sudah disesuaikan dengan melalui acuan berdasarkan dari kebutuhan pada setiap item mesin. Total biaya yang didapatkan berasal dari hasil perhitungan dari volume setiap item dikali dengan harga satuan setiap item.

Selanjutnya untuk umur ekonomis ditentukan dengan berdasarkan dari setiap item yang telah disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan dan massa pakai dari setiap item. Pada % pemeliharaan diasumsikan dengan nilai sebesar 5%, serta untuk biaya pemeliharaan setiap tahun dapat diperoleh dari hasil perhitungan persen pemeliharaan setiap item dikali dengan total pada setiap item. Dari hasil perkalian tersebut akan diperoleh hasil dari biaya pemeliharaan setiap tahun pada setiap item. Seluruh biaya dari tiap komponen dapat dilihat pada Tabel 13.3

Sumber: Penulis

13.5 Biaya Variabel / Biaya Operasional

Biaya variabel merupakan biaya yang dapat berubah atau biaya tidak tetap, karena menyesuaikan dengan volume bisnis yang dijalankan. Volume produksi dan penjualan yang semakin besar akan menimbulkan biaya operasional yang juga semakin besar. Komponen biaya yang termasuk biaya variabel diantaranya biaya bahan baku dan upah tenaga kerja.

Biaya variabel juga dapat didefinisikan sebagai biaya yang jumlahnya berubah tergantung pada output yang dihasilkan perusahaan tetapi biaya per-unit produk adalah tetap dalam batas tertentu yang relevan (Tawakkal et al., 2019). PT Makmur Sejahtera mengeluarkan biaya variabel untuk bangunan yang terdiri dari biaya listrik dan air. Biaya variabel untuk bahan baku terdiri dari buah nipah, gula pasir, maltodekstrin, bahan premix, kemasan primer, kemasan sekunder, dan kemasan tersier. Perusahaan juga mengeluarkan biaya variabel untuk upah tenaga kerja bagian produksi. Berdasarkan hasil perhitungan biaya variabel, diperoleh jumlah biaya variabel PT Makmur Sejahtera untuk memproduksi NIPODRINK dalam 1 batch sebesar Rp.8.876.000, sehingga dalam 1 bulan sebesar 262.324.000, dan selama 1 tahun sebesar Rp.3.147.888.000. Rincian perhitungan biaya variabel dapat dilihat pada tabel berikut:

Sumber: Penulis

13.6 Kebutuhan Modal Kerja, HPP, dan Harga Jual

Pada sebuah perusahaan dibutuhkan adanya modal kerja yang digunakan untuk berbagai kebutuhan perusahaan dari bahan baku, modal transportasi, modal karyawan dan modal yang lain (Ginting, 2018). Sedangkan HPP adalah seluruh biaya produksi yang terdiri dari beberapa bahan komponen seperti bahan baku, biaya untuk tenaga kerja, dan biaya lain-lain. Harga jual merupakan biaya yang dibebankan kepada konsumen serta mencakup HPP, biaya non produksi dan keuntungan (Soei et al., 2017).

Pada PT. Makmur Sejahtera terdapat komponen boaya yang diadakan untuk melakukan produksi NIPODRINK. Beberapa modal kerja yang dimaksud antara lain biaya tetap termasuk biaya reinvestasi, biaya pemeliharaan dan biaya penyusutan. Modal kerja total biaya tetap berupa biaya variabel yang terdiri dari biaya operasi, pada modal total biaya variabel biaya overhead yaitu terdiri atas biaya perizinan dan juga biaya pemasaran. HPP sebesar Rp 10.926,- dengan harga jual yang dihitung didasarkan pada tingkat produsen hingga pengecer yaitu Rp 14.204,-. Keuntungan dari perusahaan atau mark up yaitu sebesar 30% dari HPP. Tabel perhitungan dapat dilihat pada Tabel 13.5.

Sumber: Penulis

Sumber: Penulis

13.7 Perhitungan Laba Rugi/Cash Flow

Laporan laba rugi merupakan salah satu bentuk bagian pendapatan dan pengeluaran dari perusahaan dalam waktu tertentu dimana yang telah ditentukan sebelumnya oleh perusahaan. Adapun salah satu biaya yang dapat berpengaruh pada penyusunan terkait dengan laporan laba rugi yakni biaya investasi (Manalu dan Ayum, 2021). Berdasarkan perhitungan dari laba rugi yang didapat penjualan bersih sebesar Rp 4.077.216.000 pada tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-3. Kemudian untuk pendapatan bersih diperoleh sebesar Rp. 3.976.581.000. pendapatan bersih tersebut yang didapat dari suatu perhitungan hasil penjualan dimana PPh sebesar 30%. selanjutnya Net cash dari tahun ke-1 sampai tahun ke-3 yaitu Rp 2.838.606.700. Berikut ini perhitungan laba rugi dapat dilihat pada Tabel 13.6

Sumber: Penulis

13.8 Perhitungan BEP

Setelah dilakukannya perhitungan mengenai laba rugi, hal yang dilakukan berikutnya yaitu menghitung mengenai BEP dan PP. Pada BEP unit yang dapat dilihat pada nomor 10 di Tabel 13.7 yaitu merupakan jumlah unit yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mencapai titik seimbang. BEP unit diperoleh dari hasil perhitungan dari biaya tetap dibagi dengan harga yang sudah dikurangi dengan biaya variabel per unit. Pada perusahaan NIPODRINK diperoleh nilai pada BEP unit yaitu dengan jumlah sebesar 64.061 pcs sedangkan pada BEP rupiah diperoleh dari hasil perhitungan biaya tetap dibagi dengan 1 dikurang oleh hasil pembagian dari biaya variabel per unit dibagi dengan harga per unit.

Sehingga diperoleh nilai pada BEP rupiah yaitu dengan jumlah sebesar Rp 916.066.719.

BEP menunjukkan titik impas antara jumlah produksi atau hasil penjualan agar dapat menutupi seluruh biaya operasional yang dikeluarkan. Berdasarkan hasil perhitungan, maka produk NIPODRINK harus menjual 64.061 pcs produk atau setara dengan Rp.916.066.719 agar balik modal dan menghindari kerugian. Perusahaan dapat memperoleh keuntungan jika menjual produk lebih dari jumlah BEP unit sehingga pendapatan yang diperoleh melebihi nilai BEP harga.

Sumber: Penulis

13.9 Perhitungan NPV, PP, dan IRR

Selanjutnya melakukan perhitungan NPV dan IRR dari tahun ke-1,2, dan 3.

Perhitungan NPV merupakan salah satu bentuk perhitungan dimana dalam metode ini melakukan perbandingan nilai sekarang dari cash flow masuk bersih dengan dari pengeluaran investasi. Parameter dari NPV dalam konsep analisis kelayakan finansial adalah dengan mengalikan nilai net cash flow dengan diskon faktor dengan tujuan untuk mengetahui nilai netto (Algony et al., 2014). Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan NPV dapat dilihat pada Tabel 13.8

Sumber:Penulis

Berdasarkan perhitungan NPV dari PT. Makmur Sejahtera didapat nilai NPV sebesar Rp 5.631.124.433 Dapat disimpulkan bahwa dalam perhitungan ketentuan NPV jika nilai > 0

maka disebut layak dan pasti untung. Sementara jika nilai dari NPV < 0 maka disebut tidak layak dan tidak untung (Purnatiyo, 2020). Hasil yang didapat menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 5.631.124.433 yang berarti PT makmur sejahtera layak dan dapat menguntungkan jika dilaksanakan dan dilanjutkan usahanya.

Menurut Kusuma dan Mayasti (2014), payback period cara perhitungannya yaitu dengan membagi jumlah investasi pada jumlah penerimaan periode tertentu lalu mengalikan jangka waktu 12 bulan. Berdasarkan hasil perhitungan payback period pada produksi NIPODRINK sebesar 16,38803692 bulan dalam artian perusahaan ini akan kembali modal investasi yaitu jangka waktu sekitar 16 bulan. Kemudian metode perhitungan IRR yang menentukan perhitungan suku bunga saat NPV=0 ( Ridwan et al., 2020). Pada perhitungan IRR ini dalam produksi NIPODRINK dengan melakukan perhitungan sampai periode 3 tahun.

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada perhitungan IRR yaitu sebesar 63,8% dengan i1=12% dan i2=15% maka proyek produk NOPODRINK layak untuk dilaksanakan. Dari konsep IRR ini apabila dari nilai IRR lebih besar dari bunga yang diterapkan sebelumnya maka diartikan ivestasi tersebut layak dan sebaliknya apabila IRR lebih kecil dari bunga yang ditetapkan maka diartikan investasi tersebut tidak layak (Yasuha dan Saifi, 2017). Rincian perhitungan IRR dapat dilihat pada Tabel 13.9

Sumber:Penulis

13.10 Analisis Sensitivitas

Analaisis sensitivitas yaitu merupakan suatu analisis yang dilakukan guna mengetahui seluruh terjadinya perubahan pada tiap komponen pada aspek finansial. Dalam perhitungan analisis sensitivitas ini akan diasumsikan dengan harga bahan baku produk minuman serbuk dari buah nipah dinaikkan sebesar 10% dari harga bahan baku aslinya.

Perusahaan NIPODRINK memiliki hasil perhitungan dari NPV tetap yaitu dengan jumlah sebesar 5.631.124.433 dan nilai PP sebesar 16,38 bulan. Kenaikkan harga bahan baku memiliki pengaruh terhadap naiknya harga jual produk. Pada total biaya 1 batchnya diperoleh total dengan jumlah sebesar 9.546.100, dan untuk total biaya tiap 1 bulan yaitu berjumlah sebesar 278.406.400 dan untuk total biaya yang diperoleh pada 1 tahun yaitu berjumlah sebesar 3.340.876.800. Asumsi yang digunakan oleh perusahaan NIPODRINK yaitu dalam 1 hari menghasilkan 1 batch, sehingga dalam 1 tahun dapat memperoleh sebanyak 288 batch.

Sumber: Penulis

BAB XIV

PENJADWALAN PROYEK INDUSTRI 14.1 Work Breakdown Structure

Penyusunan WBS atau Work Breakdown Structure berfungsi untuk menentukan kegiatan utama dalam sebuah proyek yang akan dirinci menjadi beberapa kegiatan yang lebih spesifik dalam tingkatan-tingkatan tertentu. WBS dapat didefinisikan sebagai hirarki pengelompokan elemen kerja untuk memudahkan dalam memahami ruang lingkup proyek.

WBS dapat mencegah munculnya pekerjaan berulang, mencegah pemborosan modal atau investasi, dan memastikan produk yang dihasilkan memenuhi syarat dan kualitas yang ditentukan (Arianie dan Puspitasari, 2019). Pembuatan WBS juga memudahkan proses pengawasan dan pengendalian proyek serta dapat meminimalisir pelebaran ruang lingkup proyek. WBS pada Proyek Pendirian PT Makmur Sejahtera yang memproduksi minuman serbuh buah nipah NIPODRINK terdiri dari enam kegiatan utama, yaitu perencanaan konsep produk, perencanaan produksi NIPODRINK, perencanaan komponen perusahaan, analisis kelayakan ekonomi dan finansial, proses produksi, dan penjualan serta pemasaran. Setiap kegiatan utama tersebut dibagi menjadi beberapa aktivitas yang lebih rinci yang dapat dilihat pada WBS berikut:

14.2 Organization Breakdown Structure

Organization breakdown structure (OBS) merupakan struktur atau hirarki yang menunjukan berbagai pihak yang terlibat pada suatu proyek. OBS berfungsi sebagai perangkat manajemen operasional untuk menentukan bagian atau departemen yang bertugas pada aktivitas tertentu. OBS berkaitan erat dengan WBS, karena OBS menunjukan pihak yang berwenang atau bertanggung jawab pada seluruh aktivitas yang dirincikan WBS (Ridlotillah dan Susanto, 2020). Proyek Pendirian PT Makmur Sejahtera membutuhkan beberapa departemen untuk melaksanakan seluruh aktivitas yang telah ditentukan pada WBS. Proyek ini dipimpin oleh General Manager yang bertanggung jawab untuk mengelola dan mengawasi seluruh aktivitas proyek agar berjalan dengan lancar. General Manager mengelola lima departemen diantaranya Departemen Umum dan Personalia, Departemen Produksi, Departemen Keuangan, Departemen Pemasaran, dan Departemen Logistik.

Setiap departemen memiliki manajer dan staf yang bertanggung jawab pada berbagai aktivitas tertentu. OBS PT Makmur Sejahtera dapat dilihat pada gambar berikut:

Dalam dokumen TUGAS PROYEK AGROINDUSTRI-KELOMPOK 5 (Halaman 140-171)

Dokumen terkait