• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perjanjian tertutup

PRENADAMEDIA GROUP

9. Perjanjian tertutup

pen dapat bahwa PT Garuda Indonesia telah melanggar Pasal 14 UU NO. 5 Tahun 1999 karena telah melakukan penguasaan serangkaian proses produksi atas barang tertentu mulai dari hulu sampai hilir atau proses berlanjut atas suatu layanan jasa ter tentu oleh pelaku usaha tertentu.

Praktik integrasi vertikal meskipun dapat menghasilkan ba- rang dan jasa dengan harga murah, tetapi dapat menimbulkan persaingan usaha tidak sehat yang merusak sendi-sendi per eko - nomian masyarakat. Praktik seperti ini dilarang sepan jang me - nim bulkan persaingan usaha tidak sehat dan/atau me ru gi kan masyarakat. Dengan kegiatan usaha terlapor adalah me lak sa- na kan penerbangan komersial berjadwal untuk penum pang do- mestik dan internasional dengan mengoperasikan pesa wat se ba- gai sarana pengangkutan.

Bahwa dalam perkara ini, penguasaan proses yang berlanjut atas suatu layanan jasa tertentu oleh terlapor adalah penguasaan proses yang berlanjut atas layanan informasi dan jasa distribusi tiket penerbangan domestik dan internasional Terlapor.

harga atau postingan harga tertentu atas barang dan/atau jasa, yang memuat persyaratan bahwa pelaku usaha yang menerima barang dan/atau jasa dari pelaku usaha pema- sok:

a. Harus bersedia membeli barang dan/atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok; atau

b. Tidak akan membeli barang dan/atau jasa yang sama atau sejenis dari pelaku usaha lain yang menjadi pe- saing dari pelaku usaha pemasok.

Perjanjian tertutup atau (excusive dealing) adalah suatu per- janjian yang terjadi antara mereka yang berada pada level yang berbeda pada proses produksi atau jaringan distribusi suatu ba- rang atau jasa.

Perjanjian tertutup adalah perjanjian yang mengondisikan bahwa pemasok dari suatu produk akan menjual produknya hanya jika pembeli tidak akan membeli produk pesaingnya atau untuk memastikan bahwa seluruh produk tidak akan tersalut kepada pihak lain. Seorang pembeli (biasanya distributor) mela- lui perjanjian tertutup mengondisikan bahwa penjual atau pe- ma sok produk tidak akan dijual atau memasok setiap produk nya kepada pihak tertentu atau pada tempat tertentu.

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan yang mengandung unsur- unsur perjanjian tertutup, yaitu:

a. Penerima produk hanya akan memasok kembali produk ter- se but kepada pihak tertentu saja;

b. Penerima produk tidak akan memasok kembali produk ter- sebut kepada pihak tertentu;

c. Penerima produk hanya akan memasok kembali produk ter- sebut pada tempat tertentu saja;

d. Penerima produk tidak akan memasok kembali produk ter- se but pada tempat tertentu;

e. Penerima produk harus bersedia membeli produk dari pe- laku pemasok tersebut;

PRENADAMEDIA GROUP

f. Penerima produk diberikan potongan harga jika tidak mem- beli produk dari pelaku pesaing dari pelaku pemasok.11 Perjanjian tertutup dikenal juga dengan Ekslusif Dealing. Per- janjian tertutup ini terdiri dari:

a. Exclusive Distribution Agreement

Yang dimaksud di sini adalah pelaku usaha membuat per- janjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persya ratan bahwa pihak yang menerima produk hanya akan memasok atau tidak memasok kembali produk tersebut kepada pihak tertentu atau pada tempat tertentu saja, atau dengan kata lain pihak distributor dipaksa hanya boleh memasok produk kepada pihak tertentu dan tempat tertentu saja oleh pelaku usaha manufaktur. 

b. Tying Agreement 

terjadi apabila suatu perusahaan mengadakan perjanjian dengan pelaku usaha lainnya yang berada pada level yang berbeda dengan mensyaratkan penjualan ataupun penye- waan suatu barang atau jasa hanya akan dilakukan apabila pembeli atau penyewa tersebut juga akan membeli atau menyewa barang lainnya.

c. Vertical Agreement on Discount 

Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 menya- takan bahwa: “pelaku usaha dilarang membuat perjanjian mengenai harga atau potongan harga tertentu atas barang dan/atau jasa yang memuat persyaratan bahwa pelaku usaha yang menerima barang dan/atau jasa dari usaha pemasok:

• Harus bersedia membeli barang dan/atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok atau;

• Tidak akan membeli barang dan/atau jasa yang sama atau sejenis dari pelaku usaha lain yang menjadi pesaing dari pelaku usaha pemasok.

11 Ibid., h. 173.

PRENADAMEDIA GROUP

Dengan kata lain, apabila pelaku usaha ingin mendapatkan harga diskon untuk produk tertentu yang dibelinya dari pelaku usaha lain, pelaku usaha harus bersedia membeli produk lain dari pelaku usaha tersebut atau tidak akan membeli produk yang sama atau sejenis dari pelaku usaha lain yang menjadi pesaing.

Akibat yang mungkin muncul dari perjanjian di atas, khususnya mengenai adanya kewajiban bagi pelaku usaha yang menerima produk dengan harga diskon, yang kemudian diharuskan untuk membeli produk lain dari pelaku usaha pemasok sebenarnya sama dengan akibat yang ditimbulkan oleh tying agreement yaitu meng hilangkan hak pelaku usaha untuk secara bebas memilih pro duk yang ingin mereka beli, dan membuat pelaku usaha ha- rus membeli produk yang sebenarnya tidak dibutuhkan oleh pe- laku usaha tersebut.

Menyangkut perjanjian tertutup terdapat suatu kasus di mana pada kasus ini Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, TerlaporVII, Terlapor VIII, Terlapor IX, dan Terlapor X membentuk Konsorsium Distributor Semen Gresik Area 4.

Konsorsium ini diduga melakukan pelanggaran atas UU No.

5 Tahun 1999 dalam bentuk mewajibkan para Langganan Te tap (LT) di Area 4 untuk menjual Semen Gresik.

Pelanggaran terhadap Pasal 15 ayat (1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh Konsorsium dalam bentuk himbauan kepada LT untuk bersedia hanya menjual Semen Gresik saja. Bahwa adanya aturan yang diterapkan oleh Konsorsium tentang larangan bagi LT menjual merek semen se- lain Semen Gresik, menyebabkan salah satu LT di Area 4 meng - ajukan permohonan pengunduran diri sebagai LT kepada Ter- lapor XI karena menjual semen merek lain selain Semen Gresik dan dianggap oleh oknum-oknum Terlapor XI kurang mengun- tungkan bagi Terlapor XI. Bahwa sebelum ada konsorsium, LT dapat membeli Semen Gresik kepada Distributor yang mana saja dan dapat melakukan negosiasi harga, namun setelah ada

PRENADAMEDIA GROUP

kon sorsium, LT hanya bisa membeli kepada distributor tertentu dengan harga yang telah ditetapkan. Terlapor mendalilkan bahwa maksud pembentukan konsorsium adalah untuk menghadapi para LT dan toko yang sering “mengadu domba” Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX, dan Terlapor X yang meng akibatkan terjadinya perang harga antar distributor.

Bahwa tujuan pembentukan konsorsium adalah untuk meng- hi langkan perang harga di antara para Anggota Konsorsium.

Namun KPPU menyatakan bahwa Terlapor I, Terlapor II, Ter- la por III, Terlapor IV, Terlapor V, Terlapor VI, Terlapor VII, Ter lapor VIII, Terlapor IX, Terlapor X, dan Terlapor XI terbukti secara sah dan meyakinkan telah melanggar Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.