• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengantar Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia

N/A
N/A
Sipa Juliana

Academic year: 2023

Membagikan "Pengantar Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia"

Copied!
268
0
0

Teks penuh

Perjanjian yang Dilarang Menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat terdapat konsep perjanjian dalam ketentuan umum pasal 1 ayat (7), yaitu perjanjian adalah perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk mengikat. kepada satu atau lebih pelaku usaha lain dengan nama apapun, baik tertulis maupun tidak tertulis. Hal-hal yang dilarang dalam UU Anti Monopoli adalah perjanjian-perjanjian tertentu yang berdampak buruk terhadap persaingan pasar.

Secara rinci, perjanjian-perjanjian yang dilarang dalam UU Anti Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat akan dijelaskan sebagai berikut:

Perjanjian oligopoli

PRENADAMEDIA GROUP

Perjanjian Penetapan harga

Perjanjian harga antar pelaku usaha Perjanjian dengan pelaku usaha pesaing untuk menentukan harga suatu barang dan/atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pembeli dalam satu pasar yang sama. Ketentuan hukum yang melarang adanya perjanjian antar badan usaha yang menetapkan harga berbeda kepada konsumen atau pembeli atas barang atau jasa yang sama (diskriminasi harga). Perjanjian diskriminasi harga adalah perjanjian yang dilakukan oleh seorang pelaku usaha dengan pelaku usaha lainnya yang mana suatu produk yang sama dijual kepada setiap konsumen dengan harga yang berbeda-beda.

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain bahwa orang yang membeli produk atau jasa tersebut berada di bawah harga yang disepakati bersama.

Perjanjian Pembagian Wilayah

Tujuan dari pembagian wilayah adalah untuk mencegah persaingan usaha antar pelaku usaha yang bersaing sehingga pelaku usaha bertambah besar dan memperoleh keuntungan yang besar. Oleh karena itu jelas bahwa badan usaha dilarang mengadakan perjanjian dengan badan usaha pesaing untuk tujuan pembagian wilayah pasar atau peruntukan pasar atas barang dan/atau jasa yang dapat menimbulkan monopoli dan persaingan tidak sehat. Pelaku usaha mengadakan perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk membagi wilayah pasar atau alokasi pasar merupakan salah satu cara untuk menghindari persaingan di antara mereka.

Dengan adanya pembagian wilayah ini, para pelaku usaha dapat menguasai wilayah pemasaran atau pembagian pasar yang menjadi bagiannya tanpa harus menghadapi persaingan.

Perjanjian Pemboikotan

Dengan adanya pemekaran wilayah ini jelas akan menimbulkan persaingan tidak sehat antar perusahaan. Perjanjian yang dapat menghalangi pelaku usaha lain (pihak ketiga) untuk melakukan kegiatan yang sama; atau. Membatasi pelaku usaha lain untuk menjual atau membeli barang dan/atau jasa di pasar bersangkutan.

Perjanjian boikot adalah suatu bentuk usaha yang dilakukan oleh pelaku usaha untuk mengecualikan pelaku usaha lain dari pasar yang sama, atau juga untuk mencegah pelaku usaha yang berpotensi menjadi pesaing memasuki pasar yang sama, yang kemudian menjamin bahwa pasar hanya melindungi kepentingan pelaku usaha yang terlibat dalam perjanjian boikot.

Perjanjian Kartel

Sesuai dengan ketentuan undang-undang tentang monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaing untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa yang mengakibatkan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. persaingan yang tidak sehat. Namun sebaliknya, dalam pasar yang berstruktur oligopoli, dimana hanya terdapat sedikit pelaku usaha di pasar tersebut, tidak menutup kemungkinan para pelaku usaha dapat bekerja sama untuk mencapai kesuksesan. Praktek kartel merupakan salah satu strategi yang dilakukan pelaku usaha untuk mempengaruhi harga dengan cara mengatur kuantitas produksinya.

Oleh karena itu, para pelaku usaha berusaha membentuk kerja sama horizontal (pool) untuk menentukan harga dan jumlah barang atau jasa yang dihasilkan.

Perjanjian trust

Salah satu keputusan penting mengenai perwalian ini adalah kasus Standard Oil Company of New Jersey vs. Pada tahun 1870 dibentuklah Standard Oil Company of Ohio dan ketiga persekutuan ini digabungkan menjadi perusahaan ini dan menjadi milik bersama sesuai dengan bagiannya masing-masing. Pada periode kedua yaitu tahun 1882-1899, saham 40 perusahaan termasuk Standard Oil Company of Ohio ditempatkan di tangan seorang Wali Amanat dan ahli warisnya untuk saling menguntungkan semua pihak.

Setelah itu, Wali Amanat juga mendirikan atau mengorganisir Standard Oil Company of New Jersey dan Standard Oil Company of New York.

Perjanjian oligopsoni

Pemasok Nasional mempublikasikan harga produk peternakan setiap hari di Gele Blad. Het Gele Blad mendasarkan publikasi laporannya pada harga bahan baku tersebut pada saat itu. Para pengepakan menggunakan harga Lembaran Kuning untuk menentukan harga yang mereka tawarkan kepada peternak. Para pengemas berdalih Lembaran Kuning sebagaimana ditetapkan pengadilan merupakan informasi publik yang boleh dibeli dan digunakan oleh semua pihak.

Harga didasarkan pada pasar produk yang mungkin memaksa pengepakan untuk membayar lebih atau kurang dari daftar harga di Yellow Pages.

Perjanjian Integrasi Vertikal

Terlapor dapat mengontrol agen perjalanan di Indonesia dalam melakukan reservasi dan pemesanan tiket penerbangan. Semakin banyak biro perjalanan di Indonesia yang menggunakan sistem Abacus untuk melakukan reservasi dan reservasi penerbangan internasional yang dilaporkan, yang pada akhirnya akan mengurangi biaya transaksi penerbangan internasional yang dilaporkan. Pelapor hanya akan menunjuk satu biro perjalanan yang menggunakan sistem Abacus sebagai biro perjalanan dalam negeri.

Kabarnya posisinya menguasai penerbangan domestik dan kemudahan menjadi agen maskapai lain menjadi daya tarik bagi travel agent untuk menjadi agen terlapor penerbangan domestik.

Perjanjian tertutup

5 Tahun 1999 karena telah dimilikinya serangkaian proses produksi barang tertentu dari hulu hingga hilir atau suatu proses yang berkesinambungan atas jasa tertentu oleh pelaku usaha tertentu. Tidak akan membeli barang dan/atau jasa yang sama atau serupa dari pelaku usaha lain yang menjadi pesaing pelaku usaha pemasok. Tidak akan membeli barang dan/atau jasa yang sama atau serupa dari pelaku usaha lain yang menjadi pesaing pelaku usaha pemasok.

Dengan kata lain, apabila seorang pelaku usaha ingin mendapatkan potongan harga atas suatu produk tertentu yang dibelinya dari pelaku usaha lain, maka pelaku usaha tersebut harus bersedia membeli produk lain dari pelaku usaha tersebut atau tidak membeli produk yang sama atau serupa dari pelaku usaha tersebut. pelaku usaha lain untuk membeli. pelaku usaha yang menjadi pesaing.

Perjanjian dengan Pihak Luar negeri

5 Tahun 1999 menyatakan bahwa pelaku usaha dilarang mengadakan perjanjian dengan pihak lain di luar negeri yang memuat ketentuan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat bertujuan untuk menciptakan iklim usaha yang sehat sehingga memberikan rasa aman dan kesempatan berusaha yang setara bagi semua pelaku usaha, baik usaha kecil, menengah, maupun besar. Dalam pelaksanaannya, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat mempunyai tiga jenis sanksi terhadap pelaku usaha per persaingan tidak sehat dan monopoli yaitu sanksi administratif, sanksi pidana pokok dan saksi pidana tambahan. 12.

Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan yang terbukti menimbulkan praktek monopoli dan/atau menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan/atau merugikan masyarakat; dan/atau.

PengAntAr

  • Kegiatan yang Bersifat monopoli
  • Kegiatan yang Bersifat monopsoni
  • Kegiatan yang Bersifat Penguasaan Pasar
  • Kegiatan menjual rugi (Predatory Pricing)
  • Kegiatan Penetapan Biaya Produksi secara Curang (manipulasi Biaya)
  • Kegiatan yang Bersifat Persekongkolan

Akibatnya, pelaku usaha lain tidak dapat bersaing dalam persaingan usaha atas barang atau jasa yang sama; atau. Suatu pelaku usaha atau sekelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar suatu jenis barang atau jasa tertentu. Pelaku usaha tersebut merupakan pelaku usaha yang mempunyai kemampuan bersaing signifikan di pasar bersangkutan.

Hal ini sesuai dengan kalimat pada ayat (2) yang menyatakan bahwa badan usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa. Dilakukan oleh satu badan usaha atau sekelompok pelaku usaha atau bertindak sebagai pembeli tunggal; Kegiatan penguasaan pasar yang dilarang adalah apabila badan usaha tertentu menolak atau menghalanginya untuk melakukan kegiatan usaha yang sama.

menolak dan/atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang sama di pasar bersangkutan; atau Menolak atau menghalangi badan usaha tertentu (pesaing) untuk melakukan usaha yang sama di pasar bersangkutan. Badan ekonomi dilarang, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan badan ekonomi lain, membatasi peredaran dan/atau penjualan barang dan/atau jasa di pasar bersangkutan.

Berbagai bentuk penguasaan pasar seperti ini hanya dapat dilakukan oleh pelaku usaha yang mempunyai kekuatan pasar. Namun seringkali dalam pasar barang atau jasa tertentu terdapat pelaku usaha penentu harga (penjual harga atau pemimpin harga) yang umumnya merupakan pelaku usaha besar dengan struktur biaya paling rendah. Strategi ini dapat mengakibatkan tersingkirnya pesaing dari pasar bersangkutan dan/atau terhambatnya pelaku usaha lain untuk memasuki pasar tersebut.

Ketentuan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menyatakan bahwa “Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk menyelenggarakan dan/atau menentukan pemenang tender, sehingga dapat mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat.”

Persekongkolan untuk menghambat Produksi dan/atau Pemasaran Produk

  • Pelaku Usaha dominan
  • Posisi dominan menurut Undang-undang nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik monopoli
  • dalam Ilmu hukum Persaingan Usaha, Umumnya Penyalahgunaan Posisi dominan dibedakan dalam
  • Penyalahgunaan Posisi dominan menurut Undang-undang nomor 5 tahun 1999 tentang
  • Pendirian Perseroan;
  • Pengambilalihan atau Akuisisi Saham
  • Pembelian Saham melalui Bursa

Larangan menggunakan posisi dominan berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Dengan demikian pelaku usaha akan memperoleh posisi dominan dan/atau mempunyai kekuatan pasar (marker power) di pasar bersangkutan. Sesuai dengan Pasal 1 Angka 5 Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah pelaku usaha.

Mencegah praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat yang disebabkan oleh pelaku usaha; dan D. Komisi Pengawas Persaingan Usaha adalah komisi yang dibentuk untuk melakukan pengawasan terhadap pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya agar tidak melakukan praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Lembaga yang berwenang mengawasi tingkah laku pelaku usaha dalam pengelolaan usahanya berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).

Menerima laporan dari masyarakat dan/atau dari pelaku usaha mengenai dugaan adanya praktek monopoli dan/atau. atau persaingan usaha yang tidak sehat; memberitahukan keputusan panitia kepada pelaku usaha yang diduga melakukan praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat; Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini.”

Proses perkara pelanggaran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat terkait tuntutan pelaku usaha untuk melakukan praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat diatur dalam Pasal 38 sampai dengan 46 UU No. hukum. “Bagi pihak-pihak yang dirugikan akibat pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999”, pelaku usaha yang dirugikan dapat melaporkan terjadinya kejahatan tersebut. Mengenai pelaksanaan keputusan Komisi diatur dalam pasal 44 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan tidak sehat dalam usaha, yang menyatakan “Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak diterimanya pemberitahuan dari pelaku usaha. atas keputusan Komisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (4), pelaku usaha wajib melaksanakan keputusan tersebut dan menyampaikan laporan pelaksanaannya kepada Komisi dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya petikan keputusan Komisi dari dunia usaha. aktor atau perwakilan hukumnya."

Dalam hal pelaku usaha mengajukan gugatan, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat mengatur dalam Pasal 44 ayat (2): Pelaku usaha dapat, paling lambat 14 (empat belas) hari setelahnya. penerimaan pemberitahuan keputusan.

Referensi

Dokumen terkait

KEDUDUKAN HUKUM PUTUSAN & PARA PIHAK PADA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA. ( KPPU ) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ACARA

Hasil Penelitian Peran Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Dalam Mendorong Persaingan Usaha Yang Sehat Di Sektor Motor Skuter Matic 1. Kriteria Persaingan Usaha Yang Sehat

Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 02 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 13 Tahun 2010

6) Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 13 Tahun 2010 tentang

Mengubah Lampiran Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 13 Tahun 2010

Mengubah Lampiran Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 3 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 13 Tahun

Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pedoman

Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketiga Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pedoman