BAB I PENDAHULUAN
A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Konflik
7. Perkelahian
a. Pengertian Perkelahian
Perkelahian berasal dari kata kelahi yang berarti pertengkaran adu kata-kata dan pertengkaran dengan adu tenaga (Depdikbud, 1996). Jadi perkelahian adalah perihal berkelahi atau pertengkaran yang dilakukan dua orang atau lebih dengan kata-kata ataupun adu tenaga.
Frekuensi perkelahian antar warga dari tahun ke tahun semakin meningkat.
Perkelahian antar warga kususnya dikota Makassar telah melibatkan banyak
pelaku dan korban meninggal yang tidak sedikit. Hal tersebut menimbulkan kecemasan makin mendalam berbagai pihak yang ada didalam masyarakat. Ada yang mengusik nurani kita sebagai anak bangsa ketika kita dihadapkan pada sebuah peristiwa konflik berdarah antar masyarakat maupun antar agama. Dibalik keberhasilan reformasi yang mampu mendorong keterbukaan dan demokratisasi, terpapar pula fakta empirik dihadapan kita yang menunjukkan problema serius yang mengancam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kita dapat mengidentifikasi persoalan-persoalan tersebut mulai dari ancaman terhadap keamanan individu, radikalisme agama korupsi yang terjadi secara massif, penegakan hukum yang tidak berkeadilan, desentralisasi yang cenderung terimplementasi dalam federalisasi maupun kesenjangan ekonomi dan tingkat kemiskinan yang tidak dapat segera diatasi serta kenakalan remaja masa kini berada pada pintu kehancuran.
Menurut bahasa perkelahian adalah perselisihan antara kedua bela pihak yang saling merebut kekuasaan dan lain lain. Perang juga bisa diartikan sebagai suatu konflik paling berbahaya yang ada di kehidupan masyarakat karena dimana perselisihan antara kedua bela pihak sampai mengangkatkan senjata untuk masing–masing saling membunuh.
b. Faktor Terjadinya Perkelahian Antar Warga
Menurut Taquiri dalam sebuah buku yang berjudul “The Secret Of Civil Society”, perkelahian merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan,
kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
c. Kecenderungan berprilaku agresif
Kecenderungan berprilaku agresif bertingkah langkuh dalam tataran kawasan afektif. Akfektif merupakan aspek tingkah laku yang mencakup perasaan dan emosi serta menggambarkan sesuatu diluar ruang lingkup kesadaran, misalnya: minat, motifasi, nilai, keyakinan, aspirasi, konsep diri, dan sebagainya.
Agresif juga diartikan sebagai kekuatan mativasional yang tidak tampak yang disebabkan oleh hilangnya kondisi organisme yang dapat mengontrol, dan kekuatan ini mendesak sejalan dengan kekuatan dorongan tersebut. Arah dorongan ini biasanya akan merugikan orang lain teori ini dikenal dengan Elicited Drive dipopulerkan oleh Zillman. Hal ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
d. Kondisi lingkungan tempat tinggal
Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan dimana ia berada. Dalam hal ini, lingkungan mencakup pengertian yang luas termasuk lingkungan fisik dan sosial. Dalam lingkungan fisik dapat dimasukan unsur-unsur seperti air, hutan, tanah, pemukiman, iklim, atau cuaca. Sementara lingkungan sosial mencakup sistem nilai, pola hubungan dan interaksi antar manusia, kepercayaan atau budaya. Dimana factor ini merupakan aspek yang menentukan
kondisi kehidupan masyarakat. Baik dari cara berinterksi dengan orang lain atau efektivitas manusia bergelut dengan lingkungan dipengaruh oleh kecakapan dan kemampuan manusia itu mengolah situasi kehidupannya.
e. Hilangnya kualitas hubungan dengan orang tua
Kualitas hubungan dengan orang tua merupakan kualitas komunikasi antar pribadi atau interpersonal relationship yang terbangun dalam kehidupan sehari- hari. Kualitas antarpribadi ini akan memberikan pengaruh yang besar terhadap prilaku individu, terutama anak dan remaja. Dalam kehidupan modern sering dijumpai bahwa seorang individu merasa terasing, terpencil dan terabaikan justru ditengah-tengah kehidupan yang ramai. Gejala ini disebut alienasi, yang berarti orang merasa terasing, kesepian dan kehilangan keakraban.
Seorang ahli psikologi komunikasi menulis tentang hal ini sebagai berikut:
kerena ketiadaan kasih sayang, penerimaan cinta dan kesenangan berbagai rasa dengan orang lain, maka seseorang akan merasa sendiri, ditolak, dan dibenci.
Apabila seseorang gagal dalam menumbuhkan hubungan dengan orang lain termasuk orang tua sendiri maka dia akan mengalami keadaan senang berkhayal, sakit fisik dan mental, agresif dan lari dari kenyataan. Oleh kerena itu hubungan dengan orang lain termasuk orang tua sendiri, seyogyanya diwarnai satu prinsip yang saling bertentangan dan dapat menimbulkan konflik. Karena hubungan dalam keluarga sangan berpengaruh dalam perkembangan psikologis anak-anak.
f. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat
memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya.
Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada.