• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Kajian Teori

3. Perlindungan Anak dalam Hukum Positif

Perlindungan anak adalah usaha setiap anggota masyarakat sesuai dengan kemampuan masing-masing dengan berbagai macam usaha dan kondisi tertentu. Perlindungan anak merupakan segala usaha yang dilakukan untuk menciptakan kondisi agar setiap anak agar dapat melaksanakan hak dan kewajiban demi perkembangan dan pertumbuhan anak secara wajar bail fisik, mental dan sosial.Kegiatan perlindungan anak menbawa akibat hukum, baik kaitannya dengan hokum tertulis maupun hokum yang tidak tertulis.

Hukum merupakan jaminan bagi kegiatan perlindungan anak.Kepastian hukum perlu diusahakan demi kelangsungan kegiatan perlindungan anak dan mencegah penyelewengan yang membawa akibat negatif dan menimbulkan korban yang tidak diinginkan dalam pelaksanaan perlindungan anak.

Perlindungan anak mengutamakan kepentingan anak dari pada kepentingan orang tua, hal demikian tidak boleh berakibat pemanjaan anak yang merugikan anak yang bersangkutan.38

Perlindungan anak dilaksanakan secara rasional, bertanggung jawab dan bermanfaat yang mencerminkan suatu usaha yang efektif dan efisien.

Usaha perlindungan anak tidak boleh mengakibatkan matinya inisiatif, kretifitas, dan hal-hal lain yang menyebabkan ketergantungan kepada orang lain dan berperilaku yang tidak terkendali, sehinga anak tidak memiliki

38 Abintoro Prakoso, Hukum perlindungan anak, (Yogyakarta: LaksBang, 2016),7.

kemampuan dan kemauan menggunakan hak-haknya dan melaksankan kewajiban-kewajibannya. Jika mereka telah matang pertumbuhan fisik maupun mental dan sosialnya maka tiba saatnya menggantikan generasi terdahulu.39

Perlindungan anak menurut Arif Gosita dapat juga dirumuskan:

1. Suatu perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat.

Keadilan ini merupakan keadilan sosial yang merupakan dasar utama perlindungan anak.

2. Suatu usaha bersama melindungi anak unruk melaksanakan hak dan kewajibannya secara manusiawi dan positif.

3. Suatu permaslahan menusia yang merupakan kenyataan sosial.

Menurut proporsi yang sebenarnya, secara dimensional perlindungan anak beraspek mental, fisik dan sosial, hal ini berrti bahwa pemahaman, pendekatan dan penanganna anak dilakukan secara integratif, interdisipliner, intersektoral dan interdepartemental.

4. Suatu hasil interksi antara pihal-pihak tertentu, akibatnya adanya interelasi dan fenomena yang ada dan saling mempengaruhinya. Dan perlu diteliti, dipahami dan dihayati (obyek dan subyek hukum) yang telibat sebagai komponen pada eksistensi perlindungan anak tersebut. Selain itu perlu juga diteliti, dipahami dan dihayati gejala mana yang mempengaruhi adanya perlindunagn anak. Perlindunagn

39 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum terhadap Anak, Dalam Sistem Peradilan Anak di Indonesia (Bandung: Refika Aditama, 2019), 33

anak merupakan permasalahan yang rumit dan sulit sehingga penanggulangannya harus dilakukan secara simoltan dan bersama.

5. Suatu tindakan individu yang dipengaruhi oleh unsur-unsur sosial tertentu atau masyarakat tertentu, misalnya kepentingan yang dapat menjadi motivasi, lembaga-lembaga sosial (keluarga, sekolah, pesantren, pemerintah dan sebagainya), nilai-nilai sosial norma, status, peran dan sebagainya. Agar dapat memahami dan menghayati secara tepat sebab-sebab orang melakukan perlindunagn anak sebagai suatu tindakan individu (sendiri-sendiri atau bersama), maka dipahami unsur-unsur struktur sosial yang terkait.

6. Harus diusahakan dalam berbagai bidang penghidupan dan kehidupan keluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Taraf perlindungan anak pada suatu masyarakat atau bangsa merupakan tolak ukur peradaban masyarakat bangsa tersebut.

7. Merupakan suatu bidang pembangunan hukum nasional.

Mengabaikan masalah perlindungan anak akan mengganggu pembangunan nasional serta kesejahteraan rakyat maupun anak.

Berpartisipasi dalam pembangunan nasional adalah hak dan kewajiban setiap warga Negara yang merupakan bisang pelayanan voluntary atau sukarela yang luas lingkupnya dengan gaya baru yang inofatif dan ikonvensioal.40

40Abintoro Prakoso, Hukum perlindungan anak (Yogyakarta: LaksBang, 2016),9.

a. Dasar Hukum Perlindungan Anak

Secara filosofis, pancasila sebagai kegiatan dalam berbagi kehidupan keluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta dasar filosofis pelaksanaan perlindungan anak merupakan pendekatan kesejahteraan sebagai dasar filosofis perlindungan dan pemenuhan hak- hak anak berupa protection child and fulfillmen child right based approach (to respect, to protect and to fulfill), anak mempunyai eksistensi sebagai anak manusia yang merupakan totalitas kahidupan dan kemanusiaan.

Secara etis, pelaksaan perlindunagan anak harus sesuai dengan etika profesi yang berkaitan, untuk mencegah perilaku menyimpang dalam pelaksanaan kewenngan, kekuasaan dan kekuatan.

Secara yuridis, pelaksanaan perlindungan anak harus didasarkan pada undang-undang dasar Negara republik Indonesia tahun 1945 dan berbagai peraturan perundang-undangan lain yang berlaku. Penerapan dasar yuridis ini harus secara integratif, yaitu penerapan terpadu menyangkut peraturan perundang-undangan dari berbagai bidang hukum berkait.

Dasar filosofis, etis dan yuridis merupakan pedoman pengkajian, evaluasi apakan ketentuan-ketentuan yang dipihak dan pelaksanaan yang direncanakan benar-benar rasional positif dapat dipertanggung jawabkan dan bermanfaat bagi yang bersangkutan.

Dasar-dasar ini dapat diambil dan dikembangkan bagi pancasila, undang-undang dasar Negara republik Indonesia tahun 1945, ajaran dan pandangan yang positif dari agama dan nilai sosial yang tradisional maupun yang modern.

b. Tujuan Perlindungan Anak

Tujuan perlindungan anak diatur pada Undang-Undang tentang perlindungan anak dan konvensi hak anak.Pasal 3 Undang-Undang tentang perlindungan anak. Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berahlak mulia dan sejahtera.41

c. Syarat Pelaksanaan Perlindungan Anak

Perlindungan anak harus memenuhi syarat antara lain:

1. Merupakan pengembangan kebenaran, keadilan dan kesejahteraan anak.

2. Harus mempunyai landasan filsafat, etika dan hukum.

3. Secara rasional positif dan dapat dipertanggung jawabkan.

4. Bermenfaat untuk yang bersangkutan.

41Abintoro Prakoso, Hukum perlindungan anak (Yogyakarta: LaksBang, 2016),11.

5. Mengutamakan perspektif kepentingan yang diatur, bukan kepentingan yang mengatur.

6. Tidak bersifat incidental (kebetulan) dan komplementer (pelengkap), namun harus dilakukan secara konsisten.

7. Melaksanakan respon keadilan yang restorative (bersifat pemulihan).

8. Tidak merupakan wadah kesempatan orang yang mencari keuntungan pribadi atau kelompok.

9. Anak diberi kesempatan berpartisipasi sesuai dengan situasi dan kondisinya.

10. Berdasarkan citra yang tepat mengenai anak manusia.

11. Berwawasan permasalahan atau problem oriented dan bukan berwawasan target.

12. Tidak merupakan faktor kriminogen dan bukan faktor viktimogen.42

d. Tanggung Jawab terhadap Perlindungan Anak

Perlindungan anak diusahakan oleh setiap orang, hal ini dimuat dalam Undang-Undang tentang perlindungan anak. Pasal 20 menjelaskan bahwa negara, pemerintah, pemerintah daerah, masyarkat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak. Perlindungan anak diusahakan oleh setiap anggota masyarkat sesuai dengan kemampuannya dengan

42Mohammad Taufik Sukarao, Hukum perlindungan anak dan penghapusan kekerasan Dalam Rumah tangga (Jakarta: RINEKA CIPTA, 2014),108.

berbagai macam usaha dalam situasi dan kondisi tertentu. Setiap warga Negara ikut bertanggung jawab terhadap dilaksanakannya perlindungan anak demi kesejahteraan anak. Tidak ada keresahan pada anak, karena perlindungan anak dilaksanakan dengan baik, anak menjadi sejahtera.Kesejahreraan anak mempunyai pengaruh positif terhadap orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Koordinasi kerja sama kegiatan perlindungan anak perlu dilakukan dalam rangka menjaga keseimbangan kegiatan perlindungan anak secara keseluruhan.43

1. Tanggung jawab pemerintah dan Negara

Tanggung jawab pemerintah, pemerintah daerah dan Negara dimuat dalam Undang-Undang tentang perlindungan anak pada pasal-pasal berikut:

(Pasal 21) Negara, pemerintah, dan pemerintah daerah berkewajiban dan bertanggung jawab menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, ststus hukum anak, urutan kelahiran anak dan kondisi fisik dan mental.

(pasal 22) Negara, pemerintah dan pemerintah daerah berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan sarana,

43 Erna Sofyan, Pelaksanaan Konvensi Hak Anak Ditinjau Dari aspek Hukum, Makalah Dalam Lokakarya Pelaksanaan Konvensi Hak Anak Yang selenggarakan UNICEF dan Kantor Menko Kesra Di Bogor, Pada 30 Oktober-22 November 1995, 68

prasarana, dan ketersediaan sumber daya manusia dalam penyelenggaraan perlindungan anak.

(pasal 23) Negara, pemerintah dan pemerintah daerah menjamin perlindungan, pemeliharaan dan kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang tua, wali atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab terhadap anak.

(pasal 24) Negara, pemeritah, dan pemerintah daerah menjamin anak untuk mempergunakan haknya dalam menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan tingkat kecerdasan anak.44

2. Tanggung jawab orang tua dan keluarga

Tanggung jawab orang tua dan keluarga dimuat dalam Undang-Undang tentang perlindungan anak pasal (26). orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak, menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya serta mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak dan memberikan pendidikan karakter dan peneneman nilai budi pekerti pada anak. Dan Dalam hal orang tua tidak ada atau tidak diketahui keberadaannya, atau karena suatu sebab tidak dapat melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabya, kewajiban dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat beralih kepada

44Abintoro Prakoso, Hukum perlindungan anak (Yogyakarta: LaksBang, 2016),19.

keluarga, yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tanggung jawab orang tua menurut KHA diatur dalam pasal 3 angka 1: negara-negara peserta berupaya untuk menjamin adanya perlindungan dan perawatan sedemikian rupa yang diperlukan untuk kesejahteraan anak, dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang tua anak, walinya yang sah atau oaring lain yang secara hukum bertanggung jawab atas anak yang bersangkutan, dan untuk maksud ini kan mengambil semua tindakan legislative dan administratif.45

3. Tanggung jawab masyarakat

Tanggung jawab masyarakat dimuat dalam pasal 25

a. Kewajiban dan tanggung jawab masyarakat terhadap perlindungan anak dilaksanakan melalui kegiatan peran masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan anak

b. Kewajiban dan tanggung jawab masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan dengan melibatkan organisasi kemasyarakatan, akademisi, dan pemerhati anak.

Tanggung jawab masyarakat menurut KHA diatur dalam pasal 5:

Negara-negara peserta akan menghormati tanggung jawab, hak, dan kewajiban orang tua, bila dapat diterapkan, para anggota keluarga besar luas atau masyarakat sebagaimana yang ditentukan oleh adat

45Abintoro Prakoso, Hukum perlindungan anak (Yogyakarta: LaksBang, 2016), 20.

istiadat setempat, wali yang sah atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab atas anak yang bersangkutan, untuk memberi pengarahan dan bimbingan yang layak kepada anak dalam penerapan hak-haknya yang diakui dalam KHA, dengan cara yang sesuai dengan kemampuannya.46

e. Ruang Lingkup Perlindungan Anak

Menurut arif Gosita, ruag lingkup hukum perlindungan anak meliputi:

1. Perlindungan yang pokok, meliputi sandang, pangan,pemukiman, pendidikan dan kesehatan.

2. Meliputi hal-hal yang jasmaniah dan rohaniyah.

3. Mengenai pula penggolongan keperluan yang primer dan sekunder yang berakibat pada perioritas pemenuhannya.

Ditinjau secara garis besar maka dapat disebutkan bahwa perlindungan anak dapat dibedakan dalam dua pengertian ialah:

a. Perlindungan yang bersifat yuridis, meliputi bidang hukum publik dan bidan hukum keperdataan

b. Perlindungan yang bersifat non yuridis, meliputi bidang sosial, bidang kesehatan dan bidang pendidikan.

Barda Nawawi Arif menyatakan bahwa ruang lingkup masalah perlindungan anak cukup luas, terlihat dari cukup banyaknya dokumen /instrument internasional yang berkaitan dengan masalah anak, dari berbagai dokumen dan pertemuan internasional terlihat bahwa

46 Abintoro Prakoso, Hukum perlindungan anak (Yogyakarta: LaksBang, 2016), 21.

kebutuhan terhadap perlunya perlindungan hukum bagi anak dapat mencakup berbagai bidang/aspek, antara lain:

a. Perlindungan terhadap hak-hak asasi dan kebebasan anak.

b. Perlindungan anak dalam proses peradilan.

c. Perlindungan kesejahteraan anak (dalam lingkungan keluarga, pendidikan dan lingkungan sosial).

d. Perlindungan anak dalam masalah penahanan dan perampasan kemerdekaan.

e. Perlindungan anak dari segala bentuk eksploitasi (perbudakan, perdagangan anak, pelacuran, pornografi, perdagangan/penyalah gunaan obat-obatan, memperalat anak dalam melakukan kejahatan dsb)

f. Perlingan terhadap street children

g. Perlindungan anak dari akibat peperangan/konflik bersenjata.

h. Perlindungan the children in around conflict47 f. Asas-asas Perlindungan Anak

Irwanto menyebutkan beberapa prinsip dalam konteks perlindungan anak sebagai implementasi hak-hak anak.

1. Anak tidak dapat berjuang sendiri

Salah satu prinsip yang digunakan dalam perlindungan anak adalah: anak sebagai generasi penerus dan modal utama kelangsungan

47 Abintoro Prakoso, Hukum perlindungan anak (Yogyakarta: LaksBang, 2016), 24.

hidup manusia, keluarga dan bangsa,sehingga hak-haknya harus diaindungi. Ironisnya bahwa ternyata anak tidak dapat melindungi hak- haknya secara sendirian begitu saja. Banyak pihak yang terlalu berkuasa mempengaruhi kehidupannya yang harus dia lawan sendiri. Karena negara dan masyarakat berkepentingan akan mutu warganya, maka dengan demikian negara dan masyarakat harus mengusahakan perlindungan hak anak-anak.

2. The Best Interest Of the Child (Kepentingan terbaik untuk Anak)

Agar perlindungan anak dapat diselenggarakan dengan baik, maka perlu dianut prinsip yang menyatakan bahwa kepentingan terbaik anak harus dipandang sebagai paramount importance atau memperoleh perioritas tertinggi dalam setiap keputusan yang menyangkut anak. Tanpa prinsip ini perjuangan untuk melindungi anak akan mengalami banyak batu sandungan. Prinsip the best interest of the child digunakan karena dalam banyak hal adalah

“korban”, termasuk korban ketidaktauan atau ignorance karena usia perkembangannya. Selain itu, tidak ada kekuatan yang dapat menghentikan pertumbuhan anak.Jika prinsip ini diabaikan, maka Masyarakat menciptakan monster yang lebih buruk di kemudian hari.

3. Life circle Approach

Perlindungan anak mengacu pada pemahaman bahwa perlindungan harus dimulai sejak dini dan terus-menerus. Janin yang

berada di dalam kandungan perlu dilidungi dengan gizi, termasuk yodium dan kalsium yang baik melalui ibunya. Jika ia telah lahir, diperlukan air susu ibu dan pelayanan kesehatan primer dengan memberikan pelayanan imunisasi dan lain-lainnya. Sehingga anak terbebas dari berbagai kemungkinan cacat dan penyakit.

Masa-masa pra sekolah dan sekolah, diperlukan keluarga, lembaga pendidikan, dan lembaga sosial, keagamaan yang bermutu.

Inilah periode krisis dalam pembentukan kepribadian seseorang.

Anak harus memperoleh kesempatan belajar yang baik, waktu istirahat dan bermain yang cukup dan ikut menentukan nasibnya sendiri. Saat anak mencapai umur 15-18 tahun, ia memasuki masa transisi ke dalam dunia dewasa. Periode pendek ini memang penuh resiko karena secara cultural seseorang akan dianggap dewasa dan secara fisik memang telah cukup sempurna untuk menjalankan reproduksinya. Pengetahuan yang benar tentang reproduksi dan perlindungan dari berbagai diskriminasi serta perlakuan salah, sehingga dapat memasuki perannya sebagai orang dewasa yang berbudi dan bertanggung jawab. Perlindungan hak-hak mendasar oleh orang dewasa juga diperlukan agar generasi penerus mereka tetap bermutu. Orang tua yang terdidik mementingkan sekolah anak- anak mereka. Orang tuan yang sehat jasmani dan rohaninya akan selalu menjaga perilaku kebutuhan fisik maupun emosional anak- anak mereka.

4. Lintas Sektoral

Nasib anak dari berbagai faktor makro maupun mikro yang langsung maupun tidak langsung. Kemiskinan, perencanaan kota dan segala penggusuran yang terjadi, sistem pendidikan yang menekankan hafalan dan bahan-bahan yang tidak relevan, komunitas yang penuh dengan ketidak adilan, dan sebagainya dapat ditangani oleh sektor, terlebih keluarga atau anak itu sendiri. Perlindungan terhadap anak adalah perjuangan yang membutuhkan sumbangan semua orang di semua tingkatan.48

g. Asas-asas Perlindungan Anak menurut Deklarasi Hak Anak

Pelanggaran hak asasi manusia yang menimpa sekelompok masyarakat dapat dipastikan pelanggaran hak assi manusia tersebut menimpa anak-anak. Anak menjadi korban dan terkena dampak pelanggaran tadi perspektif disiplin hak asasi manusia secara jelas mendeklarasikan bahwa hak anak adalah hak asasi manusia sehingga jelas pertautan kewajiban negara untuk menghargai, melindungi, dan memenuhi hak-hak anak tidak berbeda dengan kelompok masyarkat lain. Bahkan konvensi hak anak dibentuk secara suigeneris/ khas/ unik karena instrument hukum hak asasi manusi internasional yang ada belum secara spesifik dapat memberikan perlindungan kepda anak.

48 Irwanto, Perlindungan Anak, Prinsip dan Persoalan Mendasar, Makalah Seminar Kondisi dan Penanggulangan Anak Jermal (Medan, 1997), 2-3.

Deklarasi hak-hak anak (Keppres No.36 Tahun 1990) terdiri dari 2 (dua) bagian, yakni mukaddimah (preamble) dan pasal-pasalnya.

Jiwa dari deklarasi terkandung di dalam preamble yaitu umat manusi berkewajiban untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anak sedang pasal-pasalnya mengandung asas-asas yang terdiri 10 (sepuluh) asas Di dalam preamble ditegaskan;

1. Penegasan kembali keyakinan negara-negara anggota PBB akan hak-hak asasi manusia, martabat serta nilai kemanusiaan dan telah pula memutuskan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial serta taraf hidup yang lebih baik dalam lingkungan kebebasan yang lebih luas.

2. Dalam deklarasi sedunia tentang hak-hak asasi manusia, PBB telah menyatakan bahwa setiap orang berhak atas segala hak dan kemerdekaanya sebagaimana tercantum dalam deklarasi ini, tanpa membeda-bedakan suku bangsa, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pandangan politik, atau pendapat lainnya, asal usul bangsa, dan tingkat sosial, kaya miskin, keturunan, atau status anak karena alasan kekurangmatangan fisik dan jiwanya, membutuhkan perhatian dan bimbingan khusus, termasuk perlindungan hukum baik sebelum maupun setelah kelahirannya.

3. Perhatian dan bimbingan itu telah di atur dalam Deklarasi Jenewa tentang hak-hak anak 1924 dan telah di akui pula dalam deklarasi universal hak- hak asasi manusia serta ketentuan khusus dan organisasi-organisasi internasional yang memberi perhatian bagi kesejahteraan anak.

4. Umat manusia wajib memberikan yang terbaik bagi anak.

Atas dasar pertimbangan-pertimbangan di atas, Majelis Umum menegaskan keyakinannya bahwa Deklarasi Hak-hak Anak pada akhirnya akan membawa kebahagiaan pada anak dan akan menikmati hak-hak dan kebebasannya untuk kebaikan dirinya dan masyarakat pada umumnya, dan selanjutnya meminta perhatian orang tua, pria dan wanita sebagai individu, organisasi sosial, pemerintah baik lokal maupun nasional, agar mengakui hak-hak anak dan berjuang secara bertahap untuk mewujudkannya dalam perundang-undangan atau tindakan lain sesuai dengan asas-asas di bawah ini:

Di dalam pasal-pasalnya mengandung 10 (sepuluh) asas;

1. Anak berhak menikmati semua hak-hanya sesuai ketentuan yang terkandung dalam deklarasi ini. Setiap anak tanpa pengecualian hars dijamin hak-haknya tanpa membedakan suku bangsa, warana kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pandanagn politik atau pandangan lain.

2. Anak berhak memperoleh perlindungan khususs dan harus memperoleh kesempatana yang dijamin oleh hukum dan sarana lain, agar menjadikannya mampu untuk mengembangkan diri secara fisik, kejiwaan, moral spiritual dan kemasyarakatan dalam situasi yang sehat, normal sesuai kebebasan dan harkatnya.

3. Anak sejak dilahirkan berhak akan nama dan kebangsaan.

4. Anak berhak dan harus dijamin secara kemasyarakatan untuk tumbuh kembang secara sehat. Untuk ini baik sebelum maupun setelah kelahirannya harus ada perawatan dan perlindungan khusus bagi anak dan ibunya. Anak berhak mendapat gizi yang cukup, perumahan, rekreasi, dan pelayanan kesehatan.

5. Anak yang cacat fisik, mental dan lemah kedudukan sosial akibat keadaan sesuatu tertentu harus memperoleh pendidikan, perawatan, dan perlakuan khusus.

6. Anak harus dibesarkan dibawah asuhan dan tanggung jawab orang tuanya sendiri. Anak dibawah usia 5 tahun tidak dibenarkan berpisah dari ibunya.

7. Anak berhak mendapat pendidikan wajib secara cuma-cuma sekurang-kurangnya ditingkat sekolah dasar. Mereka harus mendapat perlindungan yang dapat meningkatkan pengetahuan umumnya, mengembangkan kemampuannya, pendapat pribadinya sehingga mereka dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna.

8. Dalam keadaan apapun anak harus didahulukan dalam menerima perlindungan dan pertolongan.

9. Anak harus dilindungi dari segala bentuk kealpaan, kekerasan, dan tidak boleh dijadikan subjek perdagangan. Anak tidak boleh bekerja sebelum usia tertentu.

10. Anak harus dilindungi dari perbuatan yang mengarah kedalam bentuk diskriminasi sosial, agama, maupun bentuk-bentuk diskriminasi lainya. Mereka harus dibesarkan di dalam semangat penuh pengertian, toleransi dan persahabatan antar bangsa.

h. Substansi Perlindungan Hak Anak

Hak-hak anak sebagaimana tercantum dalam konvensi hak anak dapat dirumskan dalam 30 hak, yaitu:

1. Hak utuk kelangsungan hidup dan berkembang 2. Hak untuk untuk mendapatkan nama

3. Hak untuk mendapatkan kewarganegaraan 4. Hak untuk mendapatkan identitas diri

5. Hak untuk mendapatkan standar hidup yang layak

6. Hak untuk mendapatkan standar kesehatan yang paling tinggi 7. Hak untuk mendapatkan perlindungan husus dalam konflik

bersenjata

8. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus jika mengalami konflik hukum

9. Hak untuk mendapatkan perlindungan hudsus jika mengalami eksplotasi sebagai pekerja anak

10. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus jika mengalami eksplotasi dalam penyalahgunaan obat-obatan

11. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum jika mengalami eksploitasi seksual dan penyalahdgunaan sekssual

12. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus dari penculikan, penjualan dan perdagangan anak-anak

13. Hak untuk mendapatkan perlindungan khususu jika mengalami eksploitasi sebagai anggota kelompok minorotas atau masyarakata adat

14. Hak untuk hidup dengan orang tua

15. Hak untuk tetap berhubungan dengan orang tua bila dipisahkan dari salah satu oranag tua

16. Hak untuk mendapatkan pelatihan keterampilan 17. Hak untuk berekreasi

18. Hak untuk bermain

19. Hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan seni dan kebudayaan

20. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam situasi yang genting

21. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus sebagai pengungsi

22. Hak untuk bebeas beragama 23. Hak untuk bebas berserikat

24. Hak untuk bebas berkumpul scara damai

25. Hak untuk mendapatkan informasi dari berbagai sumber 26. Hak untuk mendapatkan perlindungan pribadi

27. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari sikasaan

Dokumen terkait