• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pokok-Pokok Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008

2. Pokok-Pokok Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan 26

saham atau pengalihan penyertaan modal pasa perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura

4) Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa kontruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan, dan

5) Penghasilan tertentu lainnya.

2. Pokok – Pokok Perubahan Undang – Undang Pajak Penghasilan

2) Transaksi penjualan saham atau pengalihan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura

3) Usaha jasa kontruksi 4) Usaha real estase.

c. Adanya penegasan terhadap non-objek PPh (Pasal 4 ayat 3) pada UU No. 36 Tahun 2008 yaitu:

1) Dividen yang diterima koperasi tidak dibatasi pada persentase kepemilikan saham

2) Bagian laba yang diterima pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif

3) Beasiswa yang memenuhi syarat tertentu

4) Sisa lebih yang diterima lembaga nirlaba di bidang pendidikan dan atau penelitian dan pengembangan (Litbang)

5) Bantuan atau satuan yang dibayarkan badan penyelenggara jaminan sosial kepada wajib pajak tertentu.

d. Penghapusan Non-objek PPh (Pasal 4 ayat 3 huruf J)

Didalam UU No. 17 Tahun 2000 ditetapkan bahwa bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5 tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha dikecualikan sebagai objek PPh, sedangkan di dalam UU No. 36 Tahun 2008 ketentuan tersebut dicabut, sehingga bunga obligasi yang

diterima atau diperoleh perusahaan reksadana sejak awal pendirian perusahaan adalah merupakan objek pajak.

e. Adanya penambahan yang diperbolehkan oleh pajak sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan pada pasal 6 ayat 1 UU No. 36 Tahun 2008.

Biaya – biaya tersebut adalah:

1) Biaya sumbangan bencana nasional

2) Sumbangan penelitian dan pengembangan (Litbang) yang dilakukan di Indonesia

3) Biaya pembangunan infrastruktur sosial

4) Sumbangan fasilitas pendidikan dan sumbangan pembinaan olahraga.

f. Adanya penambahan yang diperbolehkan oleh pajak sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan pada pasal 9 ayat 1 UU No. 36 Tahun 2008.

1) Cadangan piutang tak tertagih untuk badan usaha yang menyalurkan kredit

2) Perusahaan pembiayaan konsumen dan ajak piutang

3) Cadangan bantuan sosial yang dibeentuk oleh badan penyelenggara jaminan sosial

4) Cadanggan penjaminan untuk Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS)

5) Cadangan biaya penanaman kembali (reboisasi) untuk usaha kehutanan

6) Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri

g. Terdapat perubahan terhadap besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (Pasal 7)

Sebelum ditetapkan didalam KMK Nomor: 137/PMK.03/2005 bahwa besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Penghasilan Tidak Kena Pajak dalam KMK Nomor 137/PMK.03/2005 Diri Wajib Pajak Orang Pribadi Rp 13.200.000,00 Tambahan untuk Wajib Pajak

yang kawin

Rp 1.200.000,00 Tambahan untuk istri yang

penghasilannya digabung dengan penghasilan suami

Rp.13.200.000,00

Tambahan Tanggungan (maksimal 3 orang)

Rp1.200.000,00

sumber: KMK Nomor: 137/PMK.03/2005 yang disederhanakan kemudian didalam UU No. 36 Tahun 2008 ketentuan tersebut diatas diubah menjadi:

Tabel 2.2

Penghasilan Tidak Kena Pajak dalam UU No. 36 Tahun 2008 Diri Wajib Pajak Orang Pribadi Rp 15.840.000,00

Tambahan untuk wajib pajak yang kawin

Rp 1.320.000,00 Tambahanuntuk istri yang

penghasilannya digabung dengan penghasilan suami

Rp 15.840.000,00

Tambahan Tanggungan (maksimal 3 orang)

Rp 1.320.000,00 Sumber: UU No. 36 Tahun 2008 yang disederhanakan

Kemudian didalam PMK-162/PMK.011/2012 ketentuan tersebut diatas diubah lagi menjadi:

Tabel 2.3

Penghasilan Tidak Kena Pajak dalam PMK-162/PMK.011/2012 Diri Wajib Pajak Orang Pribadi Rp 24.300.000

Tambahan untuk wajib pajak yang kawin

Rp 2.025.000 Tambahanuntuk istri yang

penghasilannya digabung dengan penghasilan suami

Rp 24.300.000

Tambahan Tanggungan (maksimal 3 orang)

Rp 2.025.000

Sumber: PMK-162/PMK.011/2012yang disederhanakan

h. Adanya tambahan penjelasan mengenai pemisahan pengenaan pajak suami istri (Pasal 8 ayat 2 huruf C) pada UU No. 36 Tahun 2008 yaitu apabila dikehendaki oleh istri, maka istri dapat memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakan sendiri.

i. Norma perhitungan penghasilan neto (Pasal 14)

Didalam UU No. 17 Tahun 2000 sebelumnya ditetapkan bahwa:

Wajib pajak orang pribadi yang memiliki peredaran usaha kurang dari Rp 600.000.000,00 dalam satu tahun dapat menggunakan norma perhitungan penghasilan neto

Sekarang didalam UU No. 36 Tahun 2008 ketentuan tersebut telah diubah sehingga batas peredaran usaha dalam satu tahun untuk dapat menggunakan norma penghasilan neto bagi wajib pajak orang pribadi menjadi Rp 4.800.000.000

j. Tarif Wajib Pajak Orang Pribadi (Pasal 17)

Dalam UU No. 17 tahun 2000 sebelumnya ditentukan bahwa besarnya tarif pajak bagi Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4

Tarif WPOP dalam UU No. 17 Tahun 2000

Lapisan Penghasilan Tarif

s/d Rp25.000.000,00 5%

Diatas Rp25.000.000,00 s/d Rp50.000.000,00 10%

Diatas Rp50.000.000,00 s/d Rp100.000.000,00 15%

Diatas Rp100.000.000,00 s/d Rp200.000.000,00 25%

Diatas Rp200.000.000,00 35%

Sumber: UU No. 17 Tahun 2000 yang disderhanakan

Dalam UU No. 36 Tahun 2008, tarif pajak bagi WPOP tesebut telah diubah menjadi:

Tabel 2.5

Tarif WPOP dalam UU No. 36 Tahun 2008

Lapisan Penghasilan Tarif

s/d 50.000.000,00 5%

Diatas Rp50.000.000,00 s/d Rp250.000.000,00 15%

Diatas Rp250.000.000,00 s/d Rp500.000.000,00 25%

Diatas Rp500.000.000,00 30%

Sumber: UU No. 36 Tahun 2008 yang disederhanakan k. Tarif Wajib Pajak Badan (Pasal 17)

Pada UU No. 17 Tahun 2000, tarif wajib pajak badan ditentukan sebagai berikut:

Tabel 2.6

Tarif WP Badan UU No. 17 Tahun 2000

Lapisan Penghasilan Tarif

s/d Rp50.000.000 10%

Diatas Rp50.000.000,00 s/d Rp100.000.000,00 15%

Diatas Rp100.000.000,00 30%

Sumber: UU No. 17 Tahun 2000 yang disederhanakan

Kemudian didalam UU No. 36 Tahun 2008, tarif WP badan diubah menjadi tarif tunggal sebesar 28% (dua puluh delapan persen) pada tahun 2009 dan diturunkan menjadi 25% (dua puluh lima persen) pada .tahun 2010 dan untuk WP badan masuk bursa diberikan tarif 5%

lebih rendah dari tarif yang berlaku.

l. Adanya penjelasan tentang perbedaan tarif pemotongan/pemungutan untuk wajib pajak yang tidak memiliki NPWP dibandigkan dengan wajib pajak yang memiliki NPWP di dalam UU No. 36 Tahun 2008

Tabel 2.7

Perbandingan tarif WP Non NPWP dengan tarif WP ber NPWP Jenis

Potongan/pungutan

Tarif No-NPWP dibandingka dengan Tarif NPWP

Pasal 21 20% lebih tinggi

Pasal 22 100% lebih tinggi

Pasal 23 100% lebih tinggi

Sumber: UU No. 36 Tahun 2008 yang disederhanakan

m. Mengenai dividen yang diterima Wajib Pajak Orang Pribadi. Dalam UU No. 17 Tahun 2000 ditentukan bahwa: dividen yang diterima WPOP tidak termasuk dalam objek PPh pasal 4 ayat 2. Keputusan tersebut kemudian diubah dalam UU No. 36 Tahun 2008 sehingga saat ini dividen yang diterima WPOP dikenakan PPh Pasal 4 ayat 2 final setinggi-tingginya 10% (sepuluh persen)

n. Adanya tambahan objek pemungutan PPh pasal 22 pada UU No. 36 Tahun 2008 yaitu pemungutan PPh oleh wajib pajak tertentu dari pembeli atas penjualan barag yang tergolong sangat mewah

o. Fiskal Luar Negeri (PPh Pasal 25 ayat 8)

Ketentuan sebelumnya di dalam UU No. 17 Tahun 2000 adalah:

Bagi WP orang pribadi yang bertolak ke luar negeri wajib membayar Fiskal Luar Negeri sebagai pembayaran pajak dimuka. Sesuai PP No.

41 Tahun 2001, besarnya Fiskal Luar Negeri adalah sebesar:

1) Menggunakan transportasi udara sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah)

2) Menggunakan transportasi darat dan laut sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah)

Di dalam UU no. 36 Tahun 2008, ketentuan tersebut diubah menjadi:

Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yag memiliki NPWP tidak membayar Fiskal Luar Negeri dan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak memiliki NPWP dan telah berusia 21 tahun yang bertolak ke luar negeri, wajib membayar Fiskal Luar Negeri sebagai pembayaran pajak dimuka yang ketentuannya diatur dengan peraturan Pemerintah.

D. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dibuat sebagai gambaran menyeluruh mengenai penelitian yang akan dilakukan didasarkan pada teori yang telah dikemukakan sebelumnya. Gambaran menyeluruh mengenai Dampak Penerapan Undang – Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan Terhadap Jumlah Wajib Pajak dan Penerimaan Pajak adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir

Dokumen terkait