FILSAFAT MODERN
E. Pragramatisme
bila dilakukan oleh semua orang akan mengakibatkan kehidupan masyarakat menjadi tidak mungkin. Apakah saya akan menghindarkan diri dari hukuman karena bohong? Padahal, tatkala saya akan berbohong, bahkan sebelumnya, saya tahu bahwa hukum universal mengatakan bahwa berbohong itu jahat. Ada kesadaran dalam saya, saya tidak boleh berbohong sekalipun menghasilkan keuntungan bagi saya, atau bagi orang lain.
Moral yang kita miliki itu absolut.
Oleh sebab itu kebenaran sifatnya menjadi relatif tidak mutlak. Mungkin sesuatu konsep atau peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetapi terbukti berguna bagi masyarakat yang lain.
Maka konsep itu dinyatakan benar oleh masyarakat yang kedua.
Filosuf yang terkenal sebagai tokoh filsafat pragmatisme adalah William James dan John Dewey.
1) William James (1842-1910 M)
James lahir di New York City pada tahun 1842, putra Henry James, Sr. Ayahnya adalah seorang yang terkenal, berkebudayaan tinggi, pemikir yang kreatif. Henry James, Sr. merupakan kepala rumah tangga yang memang menekankan kemajuan intelektual. Ia mengembangkan anak-anaknya secara luas sedapat-dapatnya dengan kebebasan dan Individualisme, dan iapun memberikan ide- idenya serta pengalamannya yang penting kepada anak- anaknya.148
Karenanya William James mempunyai kemungkinan berkembang secara luar biasa. Selain kaya, keluarganya memang dibekali dengan kemampuan intelektual yang tinggi. Keluarganya juga menerapkan humanisme dalam kehidupan serta mengembangkannya. Ayah James rajin mempelajari manusia dan agama. Pokoknya, kehidupan James penuh dengan masa belajar yang dibarengi dengan
148 Ibid., h. 124
usaha kreatif untuk menjawab berbagai masalah yang berkenaan dengan kehidupan.149
Pendidikan pormalnya yang mula-mula tidak teratur.
Ia mendapat tutor berkebangsaan Inggris, Perancis, Swis, Jerman, dan Amerika. Akhirnya ia memasuki Harvard Medical School pada tahun 1864 dan memperoleh M.D- nya pada tahun 1869. Akan tetapi, ia kurang tertarik pada praktek pengobatan; ia lebih menyukai fungsi alat-alat tubuh.
Oleh karena itu, ia kemudian mengajarkan anatomi dan fisiologi di Harvard. Tahun 1875 perhatiannya lebih tertarik kepada pisikologi dan fungsi pikiran manusia. Pada waktu inilah ia menggabungkan diri dengan Peirce, Chauncy Wright, Oliver Wendel Holmes, Jr., dan lain-lain tokoh dalam Metaphysical Club untuk berdiskusi dalam masalah-masalah filsafat dengan topik-topik metode ilmiah, agama, dan evolusi. Disinilah ia mula-mula mendapat pengaruh peirce dalam metode pragmatisme.150
Pandangan filsafatnya, di antaranya menyatakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri lepas dari akal yang mengenal. Sebab pengalaman kita berjalan terus dan segala yang kita anggap benar dalam perkembangan pengalaman itu senantiasa berubah, karena didalam praktek, apa yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya.
149Ibid., h. 124
150Ahmad Tafsir, Op.cit., h. 191.
Nilai konsep atau pertimbangan kita, bergantung kepada akibatnya, kepada kerjannya. Artinya bergantung kepada keberhasilan perbuatan yang disiapkan oleh pertimbangan itu. Petimbangan itu benar bila bermanfaat bagi pelakunya, memperkaya hidup dan kemungkinan- kemungkinannya.
Menurut James, dunia tidak dapat diterangkan dengan berpangkal pada satu asas saja. Dunia adalah dunia yang terdiri dari banyak hal yang saling bertentangan, tentang kepercayaan agama dikatakan, bagi orang-perorangan, kerpercayaan adanya suatu realitas cosmis lebi tinggi itu merupakan nilai subyektif yang relatif, sepanjang kepercayaan itu memberikan kepadanya suatu hiburan rohani, penguatan keberanian hidup, perasaan damai, keamanan dan sebagainya. Segala macam pengalaman keagamaan mempunyai nilai yang sama, jikalau akibatnya sama-sama memberikan kepuasan kepada kebutuhan keagamaan.
Filsafat pada mulanya, sampai kapanpun merupakan usaha menjawab pertanyaan yang penting-penting. Orang telah berusaha mejawab pertanyaan itu dengan indera (Empirisme dalam arti yang datar), dengan akal (Rasionalisme) dan dengan rasa (Intusionisme) ketiga isme itu mempunyai banyak variasi pandangan di dalamnya. James mencoba menjawab pertanyaan kepada isme pertama dan ingin menggabungkan dengan isme kedua. Penggabungan yang dia lakukan dinamakan pragmatisme, meminjam nama yang sudah digunakan
orang sebelum dia, akan tetapi sayang penggabungan itu gagal.
James membawakan pragmatisme. Isme ini diturunkan kepada Dewey yang mempraktikkannya dalam pendidikan.
Pendidikan menghasilkan orang Amerika sekarang.
Dengan kata lain orang yang paling bertanggung jawab terhadap generasi amerika sekarang adalah William James dan John Dewey. Apa yang paling merusak dalam filsafat mereka itu? Satu saja yang kita sebut pandangan bahwa tidak ada hukum moral umum, tidak ada kebenaran umum, semua kebenaran belum final. Ini berakibat subyektivitas, individualisme dan dua ini saja sudah cukup untuk mengguncangkan kehidupan, mengancam kemanusiaan bahkan manusia itu sendiri.
2) John Dewey (1066-1067 M)
Sebagai pengikut filsafat pragmatisme, Dewey mengatakan bahwa tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata. Filsafat tidak boleh larut dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis, tidak ada faedahnya, oleh karena itu filsafat harus berpijak pada pengalaman dan pengolahan secara kritis.
Menurutnya tidak ada sesuatu yang tetap. Manusia senantiasa bergerak dan berubah. Jika mengalami kesulitan, segera berpikir untuk mengatasi kesulitan itu.
Maka dari itu berpikir tidak lain dari pada alat (instrumen) untuk bertindak. Kebenaran dari pengertian dapat ditinjau dari keberhasilan tidaknya mempengaruhi kenyataan. Satu- satunya cara yang dapat dipercaya untuk mengatur
pangalaman dan untuk mengetahui artinya yang sebenarnya adalah metoda induktif. Metode ini tidak hanya berlaku bagi ilmu pengatahuan fisika, melainkan juga bagi persoalan-soalan sosial dan moral.151
Tentang Istilah Pragmatisme
Secara umum pragmatisme berarti hanya idea (pemikiran, pendapat, teori) yang dapat dipraktekkan yang benar dan berguna. Idea-idea yang hanya ada di dalam idea (seperti idea pada Plato, pengertian umum pada Socrates, definisi pada Aristoteles), juga bimbingan terhadap realitas obyek indera (pada Descartes), semua itu nonsense bagi pragmatisme. Yang ada ialah apa yang real ada; demikian kata James tatkala ia membantah Zeno yang mengaburkan arti gerak.