• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori

2.1.5 Struktur Modal

Struktur modal adalah pemakaian liabilitas jangka panjang kepada ekuitas, teori struktur modal menjelaskan bahwa kebijakan pendanaan (financial policy)

perusahaan dalam menentukan struktur modal bertujuan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan (value of the firm).

Menurut Subramanyam (2017:116) mengatakan bahwa : “Struktur modal merupakan pendanaan ekuitas dan utang pada perusahaan yang sering diukur dalam hal besaran relatif berbagai sumber pendanaan”.

2.1.5.2 Teori Struktur Modal

Menurut Denziana dan Yunggo (2017:176) struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal sendiri menggunakan teori :

1. Pendekan Tradisional Pendekatan tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal. Artinya mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan, dimana struktur modal dapat berubah-ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal.

2. Modigliani dan Miller (MM Theory)

a. Teori MM tanpa Pajak

Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori Modigliani dan Miller (Teori MM). mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Beberapa asumsi teori MM diantaranya tidak ada agency cost, tidak ada pajak, investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perusahaan, investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depan, tidak ada biaya kebangkrutan, EBIT tidak dipengaruhi oleh penggunaan dari hutang, para investor adalah price-takers, dan jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual

pada harga pasar. Dalam hal ini telah dimasukkan faktor pajak sehingga nilai perusahaan dengan hutang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahaan tanpa hutang, kenaikan tersebut dikarenakan adanya penghematan pajak.

b. Teori MM dengan Pajak

Teori MM tanpa pajak dianggap tidak relistis dan kemudian MM memasukkan factor pajak kedalam teorinya. Pajak dibayarkan kepada pemerinta, yang berarti merupakan aliran kas keluar. Hutang bisa digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak.

3. Teory Trade-Off

Menurut Fauziah dan Asandimitra (2018:243) mengungkapkan bahwa trade off theory adalah dimana perusahaan akan menggunakan hutang samapai tingkat hutang tertentu, dari penggunaan hutang tersebut penghematan pajak dari penambahan hutang adalah sama dengan financial distress (biaya kesulitan).

Biaya kesulitan yang dimaksud adalah adalah biaya kebangkrutan dan biaya keagenan akibat menurunnya kredibilitas perusahaan. Ketika menentukan struktur modal trade off theory akan memasukkan banyak faktor diantaranya adalah pajak dan biaya kesulitan keuangan termasuk biaya keagenan dengan asumsi efisiensi pasarnya tetap dipertahankan dan informasi yang simetrik sebagai peimbangan serat pemanfaatan hutang. Penggunaan hutang yang optimal akan tercapai jika manfaat dari penghematan pajak mencapai jumlah yang maksimum terhadap biaya kesulitan keuangan perusahaan. Trade off theory memiliki keterkaitan bahwa manager perusahaan akan memikirkan penghematan pajak dan biaya

kesulitan dalam kerangka trade off untuk menyusun struktur modal yang optimal.

Teori ini menjelaskan variabel keputusan pendanaan.

4. Teori Pecking Order

Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang kecil (Sianipar, 2017). Dalam pecking order ini tidak terdapat struktur modal yang optimal, secara spesifik perusahaan mepunyai urutanurutan prefernsi dalam penggunaan dana seperti perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan, jika pendanaan eksternal diperlukan maka perusahaan akan memilih pertama kali nilai dari sekuritas yang paling aman dan terdapat kebijakan deviden yang konstan. Kesimpulan dari teori ini adalah perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang lebih tinggi justru mempunyai tingkat hutang lebih kecil.

5. Signalling Theory

Menurut Fauziah dan Asandimitra (2018:245) mengemukakan bahwa sinyal adalah bagaimana manajemen perusahaan untuk memberikan petunjuk atau sinyal kepada investor mengenai perkembangan atau prospek perusahaan. Perusahaan yang meberikan sinyal positif seharusnya mampu menarik investor untuk berinvestasi pada perusahaannya tersebut. Karena sinyal positif mengandung arti bahwa perusahaan memiliki kinerja yang bagus dengan prospek yang bagus pula.

Signalling theory dipakai untuk menjelaskan variabel keputusan investasi dan profitabilitas.

2.1.5.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal

Disamping pemahaman tentang teori-teori struktur modal, maka pengetahuan tentang faktor-faktor yang memengaruhi struktur modal juga akan membantu manajer keuangan dalam mengambil keputusan struktur modal.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi struktur modal menurut Brigham dan Houston (2018:258) adalah sebagai berikut :

1. Stabilitas Penjualan. Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.

2. Struktur Aktiva. Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan banyak utang.

3. Leverage Operasi. Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage operasi lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena ia akan mempunyai resiko bisnis yang lebih kecil.

4. Tingkat Pertumbuhan. Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal.

5. Profitabilitas. Sering kali pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang relatif kecil. Meskipun tidak ada pembenaran teoritis mengenai hal ini, tetapi penjelasan praktis atas kenyataan ini adalah bahwa perusahaan yang sangat menguntungkan memang tidak memerlukan banyak pembiayaan utang. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal.

6. Pajak. Bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan untuk tujuan perpajakan, dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaan yang terkena tarif pajak tinggi. Oleh karena itu, makin tinggi tarif pajak perusahaan, makin besar manfaat penggunaan utang.

7. Pengendalian. Pengaruh utang lawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen dapat mempengaruhi struktur modal.

8. Sikap Manajemen. Manajemen harus mampu mempertimbangkan sendiri terhadap srtuktur modal yang tepat, karena tidak seorangpun yang mampu membuktikan bahwa struktur modal yang satu akan membuat harga saham lebih tinggi dari struktur modal lainnya.

9. Sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat. Sikap para pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat (rating agency) seringkali mempengaruhi keputusan struktur keuangan.

10. Kondisi Pasar. Kondisi di pasar saham dan obligasi mengalami perubahan jangka panjang dan pendek yang sangat berpengaruh terhadap struktur modal yang optimal.

11. Kondisi Internal Perusahaan. Kondisi internal perusahaan juga berpengaruh terhadap struktur modal yang ditargetkannya.

12. Fleksibilitas keuangan. Mempertahankan fleksibilitas keuanganperusahaan jika dilihat dari sudut pandang operasional, berartimempertahankan kapasitas cadangan yang memadai. Menentukan kapasitas memadai bersifat pertimbangan, tetapi hal ini jelas tergantung pada faktor-faktor yang telah dibahas sebelumnya termasuk ramalan kebutuhan perusahaan, ramalan kondisi modal, Universitas Sumatera Utara keyakinan manajemen atasramalannya, dan berbagai akibat dari kekurangan modal.

2.1.5.4Metode Pengukuran Struktur Modal

Pengukuran struktur modal dapat diukur dengan Debt to Asset Ratio (DAR) dan Debt To Equity Ratio (DER).

1. Debt to Asset Ratio (DAR)

Debt to Asset Ratio menunjukkan seberapa besar total aset yang dimiliki perusahaan yang didanai oleh seluruh krediturnya. Semakin tinggi debt ratio akan menunjukkan semakin berisiko perusahaan karena semakin besar utang yang digunakan untuk pembelian asetnya. Menurut Kasmir (2016:156) debt asset ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Perhitungan debt to asset ratio adalah sebagai berikut:

DAR = Total Debt

Total Asset x 100 % 2. Debt To Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio adalah rasio yang menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. DER menurut

Syahyunan (2015:86) adalah perbandingan hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. DER merupakan perbandingan antara hutang dan ekuitas, Syahyunan (2015:87). Secara matematis, DER dapat diformulakan sebagai berikut :

DER = Total Debt

Total Equity x 100 %

Struktur modal dalam penelitian ini diproksikan dengan DER (debt to equity ratio).

Dokumen terkait