BAB V PENUTUP
A. Asuransi Syariah
3. Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah a. Saling Bertanggungjawab
Misi menegakkan akidah, menjalankan ibadah (ta'awun), menggerakkan ekonomi, dan implementasi rasa persaudaraan antarsesama manusia.
3. Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah
Rasulullah SAW dalam sebuah Hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bersabda:28
“Kedudukan hubungan persaudaraan dan perasaan orang orang beriman antara satu dengan yang lain seperti satu tubuh Uasad) apabila satu dari anggotanya tidak sehat, maka akan berpengaruh kepada seluruh tubuh.”
Dalam Hadist lain juga diriwayat kan oleh Bukhari dan Muslim Rasulullah SAW bersabda:
“Seorang mukmin dengan mukmin yang lain, (dalam suatu masyarakat) seperti sebuah bangunan, di mana tiap tiap bagian dalam bangunan itu me ngukuhkan bagian bagian yang lain.”
Kemudian dalam sebuah Hadist lain yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim Rasulullah SAW bersabda: “Setiap kamu adalah pemikul tanggungjawab dan setiap pe mikul tanggung jawab bertanggung jawab terhadap orang orang yang berada di bawah tanggungjawabnya.”
Para peserta asuransi dan praktisi perusahaan yang menjalankan asuransi syariah harus saling bertanggung jawab antara satu dengan yang lainnya, memikul tanggung jawab berdasarkan niat yang ikhlas untuk beribadah. Tanggung jawab setiap muslim merupakan kewajiban yang berstatus fardlu kifayah. Rasa tanggung jawab dimaksud, dapat muncul dari adanya sikap saling menayangi, saling mencintai, saling membantu, dan saling mementingkan kebersamaan sesama muslim. Hal ini merupakan implementasi dari tugas manusia yang di perintahkan
28 Abdul Manan, Op.cit, hlm. 264.
Allah SWT di dunia ini untuk menyeru kepada kebaikan dan melarang kepada kemungkaran.
b. Saling Bekerjasama (Tolong-menolong)
Para peserta asuransi syariah diharapkan saling bekerjasama dan saling bantu membantu dalam mengatasi kesulitan yang dialami karena suatu musibah yang dideritanya, sikap saling bantu membantu dalam kebaikan adalah sejalan dengan firman Allah dalam surat al-Maidah (5) ayat 2 yang artinya:“Bekerjasamalah kamu sekalian pada perkara perkara yang mendatangkan kebajikan dan jangan bekerja sama dalam perkara perkara dosa dan permusuhan.”
Ayat ini, Allah menghendaki agar dalam hidup bermasyarakat, hendaknya selalu melakukan kerja sama yang baik dan tolong menolong dalam meningkatkan kesejahteraan mereka, tolong menolong dan kerja sama ini tidak boleh dilakukan kepada hal-hal yang dapat mendatangkan kemudaratan.
Firman Allah SWT sebagaimana tersebut di atas, Rasulullah SAW bersabda sebagaimana yang diriwayatkan Bukhari, Muslim dan Abu Daud yang artinya:29 “Siapa yang memenuhi hajat saudaranya, Allah akan memenuhi hajatnya”. Dalam Hadist yang lain Rasulullah SAW bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud yang artinya “Allah senantiasa menolong hambanya, selagi hamba itu menolong saudaranya.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda dalam Hadist yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim yang artinya:
29 Ibid., hlm. 265.
“Tolonglah saudaramu baik yang zalim maupun yang dizalimi, mereka bertanya, Hai Rasulullah, dapat saja saya menolong yang dizalimi tetapi bagaimana menolong saudara yang zalim? Jawab Rasulullah, cabut kekuasaannya".
Ketiga Hadist tersebut menunjukkan bahwa sangat menganjurkan tolong menolong dan bantu membantu dalam kebaikan dan tidak dibenarkan bantu membantu dalam keburukan, asuransi syariah merupakan salah satu cara untuk saling membantu terhadap sesama peserta, terutama bagi peserta yang menderita musibah dan kemalangan.
c. Saling Melindungi dari Segala Penderitaan
Para peserta asuransi syariah diharapkan dapat berperan sebagai pelindung bagi peserta lain yang sedang menderita kerugian atau terkena musibah, dalam surat al-Quraisy (106) ayat 4, Allah berfirman yang artinya:“(Allah) yang telah memberikan makan kepada mereka untuk menghilangkan bahaya kelaparan dan menyelamatkan mereka dari mara bahaya ketakutan.”
Qur’an Surat al-Baqarah (2) ayat 126, Allah berfirman yang artinya:
“Ketika Nabi Ibrahim berdoa ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini aman dan selamat sentosa, dan beri kanlah rezeki dari buah buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.”
Kedua ayat ini Allah mengharapkan agar manusia dalam kehidupannya supaya selalu ber usaha saling melindungi dari segala
penderitaan dan ketakutan, berusaha agar dalam kehidupannya selalu aman dan selamat sentosa.
Sehubungan dengan saling melindungi dari penderitaan, Rasulullah SAW dalam sebuah Hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah bersabda yang artinya: “Sesungguhnya seseorang yang beriman ialah barangsiapa yang memberi keselamatan dan perlindungan terhadap harta dan jiwa raga manusia”. Dalam Hadist lain yang diriwayatkan oleh Ahmad, Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“Demi diriku dalam kekuasaan Allah, bahwa tidak seorang pun yang masuk surga sebelum mereka memberikan perlindungan kepada tetangganya yang berada dalam kesempitan.” Dalam Hadis yang lain lagi Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah beriman seseorang itu selama ia dapat tidur nyenyak dengan perut kenyang sedangkan tetangganya meratap karena kelaparan,”30
Hadist ini diriwayatkan oleh al-Baazaar, dalam ketiga Hadist ini dapat diketahui bahwa Rasulullah SAW menghendaki agar dalam kehidupan ini, manusia harus saling melindungi sehingga tidak timbul kesulitan dan penderitaan dalam kehidupannya.
Ketiga konsep dasar asuransi syariah tersebut baru bisa di aktualisasi dalam kehidupan seseorang jika orang tersebut mau menghidupkannya dengan cara mengambil pelajaran berharga dari ketiga prinsip dasar sebagaimana yang telah dikemukakan tersebut.
Tidak seorang pun manusia akan tahu kapan ia meninggal dunia, kapan
30 Ibid., hlm. 266.
ia akan mengalami musibah sehingga ia akan menderita rugi. Oleh karena itu, diharapkan secara ekonomi dituntut agar mengadakan persiapan secara matang untuk menghadapi masa-masa sulit jika datang menimpanya. Prinsip dasar inilah yang menjadi dasar berkembangnya asuransi syariah saat ini, yaitu dalam bentuk semangat tolong menolong, bekerjasama, dan proteksi terhadap segala peristiwa yang membawa kerugian kepadanya.
Menurut AM. Hasan Ali, selain dari tiga prinsip pokok sebagai mana yang telah diuraikan teresebut, masih ada lagi beberapa prinsip yang harus ada dalam asuransi syariah, antara lain prinsip tauhid (unity), keadilan (justice), amanah (al-Amanah), kerelaan (ar-Ridha), dan sebagainya. Prinsip ini penting karena dalam asuransi syariah tidaklah jauh berbeda dengan prinsip dasar yang berlaku pada konsep ekonomi Islam secara komprehensif dan bersifat major. Asuransi syariah merupakan turunan (major) dari konsep ekonomi Islam, dan oleh karenanya harus dibangun di atas fondasi dan prinsip dasar yang kuat dan kukuh, terhindar dari gharar, maysir, dan riba.31
Setiap langkah dan gerak ekonomi syariah wajib dilandasi prinsip ketauhidan (rabbany). Demikian juga dalam berasuransi syariah, hendaknya harus selalu dilandasi dengan prinsip ketauhidan, paling tidak dalam melakukan aktivitas asuransi ada semacam keyakinan dalam hati bahwa Allah SWT selalu mengawasi seluruh gerak gerik
31 AM Hasan Ali, Asuransi Dalam Prespektif Hukum Islam, Suatu Tinjauan Analisis, Historis, Teoritis dan Praktis, Prenada Media, Jakarta, hlm. 125-126.
manusia yang bertransaksi tersebut. Dalam hal ini, Allah berfirman dalam surat al Hadid (57) ayat 4 yang artinya “… dan Dia selalu berada di mana pun kamu berada.” Oleh karena itu, dalam berasuransi harus memerhatikan dan menciptakan suasana bermuamalah yang dilandasi oleh prinsip ketuhanan ini.
Keadilan dalam pelaksanaan asuransi syariah harus dipahami sebagai upaya menempatkan hak dan kewajiban antara nasabah (anggota) dengan perusahaan asuransi, dalam kaitan ini: pertama, mewajibkannya untuk selalu membayar iuran uang premi dalam jum lah tertentu kepada perusahaan asuransi dan mempunyai hak untuk mendapatkan sejumlah dana santunan jika terjadi peristiwa kerugian;
kedua, perusahaan asuransi yang berfungsi sebagai lembaga pengelola dana mempunyai kewajiban membayar klaim (dana santunan) kepada nasabah.32 Jika ada keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan asuransi dari hasil investasi dana nasabah, maka harus dibagi sesuai dengan akad yang disepakati ketika transaksi dilakukan.
Prinsip amanah bagi perusahaan asuransi dapat terwujud dalam nilai-nilai akuntabilitas perusahaan melalui penyajian laporan keuangan tiap periode secara benar, adapun prinsip amanah bagi peserta asuransi adalah kewajiban para nasabah untuk menyampaikan informasi yang benar berkaitan dengan pembayaran premi sebagaimana yang telah disepakati bersama dan dilarang memberi informasi yang tidak benar
32 Masudul Alam choudhury, Contribution to Islamic, Theory St. Martin’s Press, New York, 1986. hlm. 9.
sehingga merugikan perusahaan asuransi dan juga dirinya. Jika hal ini dilakukan, maka nasabah tersebut dapat dikenakan sanksi hukum, berkaitan dengan prinsip amanah ini, pihak perusahaan asuransi harus memberi kesempatan kepada para nasabah untuk mengakses laporan keuangan perusahaan secara baik dan benar, dengan tegaknya prinsip amanah ini maka timbul kepercayaan baik bagi nasabah maupun bagi pihak perusahaan asuransi.
Prinsip kerelaan (ar-Ridha) yang berlaku untuk ekonomi Islam juga berlaku untuk perusahaan asuransi syariah, dalam A1-Qur’an surat an-Nisa, (4) ayat 29, Allah berfirman yang artinya: “… kerelaan di antara kamu sekalian …” dalam ayat ini Allah menghendaki agar dalam segala transaksi tidak boleh ada paksaan, penipuan, dan curang yang merugikan salah satu pihak yang melakukan transaksi tersebut, dalam bisnis asuransi syariah, unsur kerelaan untuk menyetorkan dana yang bersifat tabarru' (sosial) yang dapat digunakan untuk membantu sesama anggota jika ada yang kena musibah.