• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRINSIP-PRINSIP DASAR PTK

Dalam dokumen PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Halaman 87-92)

BAB II KONSEP DASAR PTK

F. PRINSIP-PRINSIP DASAR PTK

4. Masalah yang diangkat dalam PTK harus merupakan masalah yang memang ada, faktual, menarik, dan layak untuk diteliti. PTK sebaiknya dimulai dari hal-hal yang sederhana dan nyata. Dengan demikian siklus dimulai dengan yang kecil sehingga perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi menjadi lebih jelas.

5. PTK berorientasi pada perbaikan pendidikan dengan jalan melakukan perubahan-perubahan yang dilaksanakan dalam tindakan-tindakan.

Kesiapan guru untuk berubah merupakan syarat penting bila akan melakukan perbaikan.

6. PTK merupakan proses sistematik yang memerlukan kemampuan dan keterampilan intelektual. Pada saat proses penelitian, maka peneliti dituntut berpikir kritis yaitu mulai menentukan masalah, perencanaan tindakan baik yang bersifat teoritik maupun praktis, kemudian dijabarkan dalam tindakantindakan.

7. PTK menuntut guru untuk membuat catatan-catatan pribadi tentang semua kemajuan atau perubahan siswa, permasalahan-permasalahan yang dialami, dan refleksi tentang proses belajar siswa, serta proses pelaksanaan tindakan-tindakan dalam penelitian.

8. Dalam PTK guru dapat melihat dan menilai diri sendiri terhadap apa yang telah dilakukan di kelasnya. Dengan melihat unjuk kerjanya, kemudian direfleksi dan diperbaiki, guru akan lebih terampil dalam melaksanakan profesinya.83;84

62

1. Pelaksanaan PTK tidak mengganggu komitmen guru sebagai pengajar;

2. Metode pengumpulan data tidak memerlukan waktu yang terlalu panjang;

3. Metodologi yang digunakan harus reliable sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara meyakinkan;

4. Masalah yang dipecahkan berawal dari kondisi nyata di kelas yang dihadapi guru;

5. Dalam penyelenggaraan penelitian, guru harus memperhatikan etika profesionalitas guru;

6. Meskipun yang dilakukan adalah di kelas, tetapi harus dilihat dalam konteks sekolah secara menyeluruh;

7. Penelitian tindakan tidak mengenal populasi dan sampel;

8. Penelitian tindakan juga tidak memerlukan kelompok eksperimen dan kontrol; dan

9. Hasil penelitian tindakan tidak dapat digeneralisasikan.85 Secara umum McKernan menyatakan bahwa penelitian tindakan memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Menghasilkan problem solving yang dapat menambah dan memperluas ilmu pengetahuan;

2. Meningkatkan kemampuan dan kompetensi para partisipan;

3. Dilaksanakan secara kolaboratif;

4. Implementasinya secara langsung di lokasi penelitian;

5. Data yang dikumpulkan dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam sebuah proses yang berbentuk siklus;

6. Mendapatkan dan menghasilkan pemahaman khusus dari situasi yang kompleks;

7. Memperoleh dan mencari pemahaman dari proses perubahan yang terjadi dalam situasi atau melalui sistem sosial;

85 Ernest T. Stringer, Lois McFadyen Christensen, and Shelia C. Baldwin, Integrating Teaching, Learning, and Action Research: Enhancing Instruction in the K–12 Classroom (Los Angeles, London, New Delhi, Singapore, Washington DC:

SAGE Publications, Inc., 2009).

8. Dilaksanakan dalam sebuah kerangka kerja etik yang telah disepakati;

9. Mampu meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan oleh manusia;

10. Berfokus pada masalah-masalah yang menjadi perhatian kepada para pelakunya;

11. Memerlukan kerja partisipatoris;

12. Pada umumnya berbentuk studi kasus;

13. Cenderung menghindari paradigma penelitian yang terisolir dan variabel-variabel yang terkontrol;

14. Umumnya bersifat formatif;

15. Memiliki ruang lingkup evaluasi dan refleksi;

16. Elektif secara metodologi;

17. Mampu memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pendidikan;

18. Berusaha menemukan penelitian yang berguna dan dapat digunakan oleh partisipan;

19. Diskursus yang dialogis dan terbuka;

20. Memiliki tujuan kritis dalam berbagai bentuk;

21. Bersifat emansipatoris.86

Kemmis dan McTaggart menyimpulkan prinsip-prinsip kunci penelitian tindakan sebagai berikut:

1. Penelitian tindakan merupakan suatu pendekatan yang memiliki semangat meningkatkan kualitas pendidikan melalui perubahan- perubahan dalam proses/kegiatan pembelajaran;

2. Pelaksanaan penelitian tindakan bersifat partisipatori;

3. Penelitian tindakan mengembangkan self reflektif dalam bentuk spiral, dimulai dari siklus pertama, yakni: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi, kemudian dilakukan siklus berikutnya perencanaan ulang, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi;

4. Penelitian tindakan sebaiknya memerlukan kerja bersama/kolaboratif;

86 J McKernan, Curriculum Action Research, 2nd ed. (London: Kogan Page, 1996).

64

5. Penelitian tindakan memberikan edukasi bagi masyarakat agar lebih kritis (self-critical);

6. Penelitian tindakan merupakan sebuah proses pembelajaran yang sistematis;

7. Penelitian tindakan dapat melibatkan masyarakat dalam prakteknya;

8. Penelitian tindakan mensyaratkan masyarakat melakukan praktek, membangun ide-ide, asumsinya tentang lembaga untuk menguji bukti-bukti yang secara empiric;

9. Penelitian tindakan memerlukan bukti (pengumpulan data), selanjutnya menganalisis datanya agar mudah diinterpretasikan;

10. Penelitian tindakan melibatkan masyarakat dalam analisis kritis mengenai situasi kelas, sekolah, sistem pembelajaran;

11. Penelitian tindakan ssebaiknya dimulai dengan kelompok kecil.87 Menurut Hopkins, terdapat 6 (enam) prinsip penelitian tindakan kelas. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sebagai seorang guru yang pekerjaan utamanya adalah mengajar, seyogyanya PTK yang dilakukan tidak mengganggu komitmennya sebagai pengajar. Ada dua hal penting terkait dengan prinsip ini.

Pertama, mungkin metode pembelajaran yang diterapkannya dalam PTK tidak segera dapat memperbaiki pembelajarannya, atau hasilnya tidak jauh berbeda dengan metode yang digunakan sebelumnya.

Sebagai pertanggungjawaban profesional, Guru hendaknya selalu secara konsisten menemukan sebabnya, mencari jalan keluar terbaik, atau menggantinya agar mampu memfasilitasi para siswa dalam belajar dan meningkatkan hasil belajar secara lebih optimal. Kedua, banyaknya siklus yang diterapkan hendaknya mengutamakan pada ketercapaian kriteria keberhasilan, misalnya pembentukan pemahaman yang mendalam (deep understanding) ketimbang sekadar menghabiskan kurikulum (content coverage), dan tidak semata-mata mengacu pada kejenuhan informasi (saturation of information).

2. Teknik pengumpulan data tidak menuntut waktu dan cara yang berlebihan. Sedapat mungkin hendaknya dapat diupayakan prosedur

87 Stephen and McTaggart, The Action Research Planner.

pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri, sementara Guru tetap aktif sebagai mana biasanya. Teknik pengumpulan data diuapayakan sesederhana mungkin, asal mampu memperoleh informasi yang cukup signifikan dan dapat dipercaya secara metodologis.

3. Metodologi yang digunakan hendaknya dapat dipertanggung jawabkan reliabilitasnya yang memungkinkan Guru dapat mengidentifikasi dan merumuskan hipotesis secara meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelas, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis tindakannya. Jadi, walaupun terdapat kelonggaran secara metodologis, namun PTK mestinya tetap dilaksanakan atas dasar taat kaidah keilmuan.

4. Masalah yang terungkap adalah masalah yang benar-benar membuat Guru galau, sehingga atas dasar tanggung jawab profesional, dia didorong oleh hatinya untuk memiliki komitmen dalam rangka menemukan jalan keluarnya melalui PTK. Komitmen tersebut adalah dorongan hati yang paling dalam untuk memperoleh perbaikan secara nyata proses dan hasil pelayanannya pada siswa dalam menjalankan tugas-tugas kesehariannya dibandingkan dengan proses dan hasil-hasil sebelumnya. Dengan demikian, mengajar adalah penelitian yang dilakukan secara berkelanjutan dalam rangka mengkonstruksi pengetahuan sendiri agar mampu melakukan perbaikan praktiknya.

5. Pelaksanaan PTK seyogyanya mengindahkan tata krama kehidupan berorganisasi. Artinya, PTK hendaknya diketahui oleh kepala sekolah, disosialisasikan pada rekan-rekan Guru, dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan, dilaporkan hasilnya sesuai dengan tata krama penyusunan karya tulis ilmiah, dan tetap mengedepankan kepentingan siswa layaknya sebagai manusia.

6. Permasalahan yang hendaknya dicarikan solusinya lewat PTK hendaknya tidak terbatas hanya pada konteks kelas atau mata pelajaran tertentu, tetapi tetap mempertimbangkan perspektif

66

sekolah secara keseluruhan. Dalam hal ini, pelibatan lebih dari seorang pelaku akan sangat mengakomodasi kepentingan tersebut.88

Dalam dokumen PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Halaman 87-92)