• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam

BAB II LANDASAN TEORI

B. Ikan Lele

4. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa konsep bisnis dalam Islam bukan hanya bisnis yang bertujuan untuk mengejar urusan duniawi yang berjangka pendek dan untuk kepentingan sesaat saja (hanya berorientasi memperoleh keuntungan finansial), namun juga untuk memperoleh keuntungan jangka panjang yang dapat dinikmati di akhirat yang kekal dan abadi kelak.

Oleh sebab itu, para pelaku bisnis dalam menjalankan bisnisnya jika ingin memperoleh keuntungan jangka pendek maupun panjang, baik di dunia maupun di akhirat maka harus didasarkan atas perilaku yang benar, keputusan yang sehat, bijak dan hati-hati serta sesuai dengan tuntunan syariat Islam.

27

Dengan demikian, kegiatan bisnis manusia tidak terlepas dari pengawasan Tuhan, dan dalam rangka melaksanakan perintah Tuhan dalam Al-Qur‟an juga disebutkan bahwa tauhid merupakan filsafat fundamental dari ekonomi Islam.19

Secara umum tauhid dipahami sebagai sebuah keyakinan (syahadat) seorang muslim atas ke-Esaan Tuhan yaitu dasar menjiwai manusia dan seluruh aktivitas hidupnya.20 Pada prinsip tauhid ini mengajarkan bahwa kegiatan bisnis pada aspek produksi, konsumsi, perdagangan, dan distribusi semata-mata bertujuan untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT.

b. Keseimbangan (keadilan)

Islam berorientasi pada terciptanya karakter manusia yang memiliki sifat perilaku keseimbangan dan keadilan dalam konteks hubungan antara manusia dengan diri sendiri, dengan orang lain, dan dengan lingkungan yang berpedoman pada al Qur‟an, sunnah Nabi, Ijma dan Qiyas.21 Islam mengharuskan penganutnya untuk berlaku adil dan berbuat kebajikan. Dan bahkan berlaku adil harus didahulukan dari berbuat kebajikan dalam perniagaan persyaratan adil yang paling mendasar adalah dalam menentukan mutu

19VeithzalRivai, Islamic Bussines And Economic Ethnics (Jakarta: PT BumiAksara, 2009), 38.

20Muslich, Etika Bisnis Islam (Yogyakarta: Ekonisia, 2010), 28.

21Ibid.

(kualitas) dan ukuran (kuantitas) pada setiap takaran maupun timbangan.22

Konsep keseimbangan dapat dipahami bahwa keseimbangan hidup di dunia dan akhirat harus diusung oleh seorang pebisnis muslim. Oleh karenanya, konsep keadilan dapat diartikan sebagai seruan atau perintah kepada para pengusaha muslim untuk bisa merealisasikan tindakan - tindakan dalam bisnis yang dapat menempatkan dirinya dan orang lain dalam kesejahteraan dunia dan keselamatan akhirat.

c. Kehendak Bebas

Pada tingkatan tertentu, manusia diberikan kehendak bebas untuk mengendalikan kehidupannya sendiri manakala Allah SWT menurunkannya ke bumi. Dengan tanpa mengabaikan kenyataan bahwa ia sepenuhnya dituntun oleh hukum yang diciptakan Allah SWT, ia diberi kemampuan untuk berfikir dan membuat keputusan, untuk memilih apapun jalan hidup yang ia inginkan dan, yang paling penting, untuk bertindak berdasarkan aturan apapun yang ia pilih. Tidak seperti halnya ciptaan Allah SWT yang lain di alam semesta, ia dapat memilih perilaku etis atau pun tidak etis yang akan ia jalankan.23

22 Faisal Badroen, et al , Etika Bisnis Dalam Islam, 91-92.

23 Beekum Issa Rafika, Etika Bisnis Islam ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004),38.

29

d. Kebajikan

Kebajikan (ihsan) artinya melaksanakan perbuatan baik yang dapat memberikan kemanfaatan kepada orang lain, tanpa adanya kewajiban tertentu yang mengharuskan perbuatan tersebut, atau dengan kata lain beribadah dan berbuat baik seakan-akan melihat Allah SWT, jika tidak mampu, maka yakinlah Allah SWT melihat kita.24

Indikator dari prinsip kebajikan ini dalam kegiatan produksi dilapangan adalah produsen tidak bisa semena-mena mengeksploitasi dan mengeksplorasi sumber daya alam kecuali disertai tindakan pemeliharaan dan kelestarian. Produsen hanya memproduksi barang dan jasa yang halal dan tidak merusak keseluhuran martabat manusia.

Prinsip di atas dapat dipahami bahwa prinsip-prinsip kejujuran tersebut sangat berkaitan erat dalam melakukan bisnis.

Prinsip keesaan harus direalisasikan nyata di lapangan diiringi dengan prinsip kejujuran, keadilan, kehendak bebas, kebajikan serta tanggung jawab sebagai satu kesatuan prinsip etika dalam berbisnis. Sebab perjalanan bisnis tidak selalu mulus, tidak menutup kemungkinan akan ada permasalahan yang timbul.

Dalam penyelesaian masalah yang terjadi masing-masing pihak dituntut untuk memiliki prinsip-prinsip tersebut, karena hal

24 Faisal Badroen, et al., Etika Bisnis Dalam Islam, 102.

itu penting bagi pebisnis muslim sebagai antisipasi terjadinya konflik. Selanjutnya diharapkan agar manusia dapat berpedoman pada prinsip-prinsip tersebut, sehingga aktivitas yang dijalankan manusia tidak akan terlepas dari norma-norma Islam yang diridhai Allah SWT.

e. Tanggung jawab

Jika seorang pengusaha muslim berperilaku secara tidak etis, ia tidak dapat menyalahkan tindakannya pada persoalan tekanan etika bisnis ataupun pada kenyataanya bahwa setiap orang juga berperilaku tidak etis. Ia harus memikul tanggung jawab tertinggi atas tindakannya sendiri. Berkaitan dengan ini Allah berfirman (Q.S Al-Muddassir (74:38)):













Artinya:”Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya”.25

Maksudnya adalah kewajiban menanggung, memikul wajib, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan tanggung jawab dan menanggung akibatnya. Islam mengajarkan tanggung jawab dalam setiap aktivitas bisnis. Tanggung jawab sangatkah penting dalam bisnis agar apa yang diusahakan dalam bisnis mendapatkan kepercayaan terhadap konsumen, sehingga konsumen merasa puas terhadap tanggung jawab yang diberikan.

25 Departemen Agama RI, Alhidayah Al-Qur‟an Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka, 577.

31

f. Kejujuran

Dalam hal ini kejujuran adalah merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis, kejujuran dalam pelaksanaan kontrol terhadap konsumen, dalam hubungan kerja dan sebagainya.26

Selain benar dan memegang amanat, seorang pedagang harus berlaku jujur, dilandasi keinginan agar orang lain mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan sebagaimana ia menginginkanya dengan cara menjelaskan cacat barang dagangan yang dia ketahui dan yang tidak terlihat oleh pembeli.27

Kejujuran adalah sifat (keadaan) jujur, ketulusan (hati), kelurusan (hati) atau sifat yang suka akan kebenaran. Hal ini berlaku pada semua bentuk muamalah, terlebih dalam hal dunia bisnis yang di dalamnya sering terjadi perselisihan. Contohnya dalam transaksi pembelian ikan lele yang ditekankan sifat kejujuran di dalamnya agar mendapat keberkahan di dalam usahanya.

26 Abdul Aziz, EtikaBisnisPerspektif Islam, (Bandung: Alfabeta, 2013), 37.

27 Yusuf Qardhawi, Norma Dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta : GEMA INSANI PRESS, 1997), 178.

32

Dokumen terkait