• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

D. Teknik Analisis Data

37

38 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Usaha Ikan Lele Pak Wahid 1. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Batanghari

Kecamatan Batanghari yang merupakan lokasi penelitian ini merupakan salah satu Kecamatan yang terletak di Kabupaten Lampung Timur dengan luas wilayah sebesar 7.556,28 Ha. Wilayah administratif Kecamatan ini terbagi menjadi 17 desa yaitu Desa Buana Sakti, Bale Kencono, Rejo Agung, Adi Warno, Telogo Rejo, Nampi Rejo, Banar Joyo, Sumber Rejo, Banjar Rejo, Bumi Harjo, Bale Rejo, Batangharjo, Bumi Mas, Selo Rejo, Sumber Agung, Sri Basuki dan Purwodadi Mekar. Secara geografis Kecamatan Batanghari berbatasan dengan Kecamatan Pekalongan di sebelah utara, Kabupaten Lampung Selatan dan Kecamatan Metro Kibang di sebelah selatan kemudian di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sekampung dan Kecamatan Bumi Agung, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kota Metro dan Kecamatan Metro Kibang.

a. Topografi dan Iklim

Kecamatan Batanghari mempunyai kemiringan tanah kurang dari 6

%, dan ketinggian di bawah 750 m dari permukaan laut serta lamanya bulan basah berkisar antara 3 - 6 bulan dan bulan kering 3 - 5 bulan. Kondsi ini cocok untuk tanaman pangan seperti pada

lahan sawah untuk tanaman padi, palawija, dan sayuran pada lahan kering untuk tanaman padi gogo, jagung, ubi kayu, kacang tanah, kacang hijau, dan daerah ini dapat ditanami tiga kali dalam setahun. Kecamatan Batanghari mempunyai pH tanah 5,5 - 5,9, dan suhu di Kecamatan Batanghari 25 – 33 oC dengan kelembaban udara 65%. Jumlah curah hujan rata-rata per tahun (rata-rata 10 tahun terakhir) adalah 2.091,07 mm, rata-rata hari hujan 102,2 hh.

b. Profil desa

Desa Batangharjo merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Batang Hari Kabupaten Lampung Timur. Pada tahun 2017 jumlah penduduk kepala keluarga di Desa Batangharjo pada tahun 2017 sebanyak 750 kepala keluarga dengan total penduduk mencapai 1810 orang yang terdiri dari 940 orang laki-laki dan 870 orang perempuan. Mata pencaharian utama penduduk di Desa Batangharjo didominasi petani (pertanian, perikanan dan peternakan) dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 1.1

Profesi Penduduk Desa Batangharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur

No Jenis pekerjaan Jumlah

1 Pegawai negeri sipil 30,0 %

2 Wirasuasta 22,0 %

3 Petani ikan 28,0 %

40

4 Buruh lainnya 20,0 %

Total 100 %

Dilihat dari tabel tersebut di atas, bahwa sebagian besar masyarakat desa Batangharjo bekerja sebagai Pegawai negeri sipil dan petani ikan. Desa Batangharjo berada di dekat pusat kota kecamatan sehingga akses transportasi dan informasi yang cukup lancar. Letak wilayah yang berada di dekat kota Metro menyebabkan perkembangan kegiatan ekonomi di wilayah Desa Batangharjo cukup berkembang pesat.1

Desa Batangharjo merupakan salah satu daerah desa yang cukup berkembang. Salah satu potensi usaha di wilayah desa Batangharjo adalah kegiatan perikanan budidaya. Hingga saat ini penduduk yang melakukan usaha budidaya perikanan sebanyak 168 kepala keluarga area budidaya terdiri dari kolam tanah seluas 1,5 ha, kolam plastik seluas 1,8 ha dan kolam beton 0,3 ha.

Komoditas perikanan yang banyak dikembangkan adalah ikan lele dan ikan patin. Aktivitas kegiatan perikanan masyarakat di Desa Batangharjo diwadahi dalam beberapa Kelompok Pembudidaya Ikan dan perorangan.

1 Wawancara Pak Naryo Selaku Kepala Desa Btangaharjo, Pada Tanggal 3 November 2019.

d. Sejarah Singkat Usaha Ikan Lele

Usaha ikan lele Pak Wahid merupakan usaha perorangan yang dirintis sejak pada tahun 1990 dengan di bidang usaha pembenihan dan pembesaran semua jenis ikan air tawar. Tepatnya pada tahun 1997 Pak wahid memperoleh juara terbaik lomba mutu induk tingkat Nasional yang diikuti berbagai wilayah provinsi piagam penghargaan tersebut diberikan langsung oleh Pak Presiden Soeharto tepatnya di istana Negara. Hingga saat ini usaha ikan lele Pak Wahid menjadi sentral penyuluhan pertanian dan perikanan setempat memberikan bimbingan berternak ikan secara benar dan selain itu juga dijadikan sebagai tempat praktek kerja lapangan (PKL) dari berbagai sekolah kejuruan khususnya jurusan perikanan. Kegiatan usaha perikanan yang ditekuni Pak Wahid meliputi kegiatan pembenihan dan pembesaran ikan lele konsumsi.

kegiatan pembesaran ikan merupakan suatu kegiatan yang meliputi pembenihan, penebaran, dan pembesaran hingga sampai penanganan hasil panen ikan. pak wahid memiliki 2 jenis kolam ikan yaitu kolam beton dan kolam tanah, dan memiliki jumlah dan diameter ukuran yang berbeda-beda kolam beton berjumlah 37 petak kolam dengan diameter ukuran 5 meter x 2,2 meter x 0,75 Meter sedangkan jumlah kolam tanah ada 34 petak kolam dengan

42

diameter ukuran 14 meter x 2,7 meter x 1,25 meter dengan luas tanah 2.500 meter persegi/ M2.2

Ikan lele dapat tetap hidup pada padat penebaran yang tinggi padat tebar ikan lele 50 - 200 ekor per M2 air dengan ukuran benih 5-7 cm dengan kandungan protein kurang lebih 33%. sehingga menguntungkan dalam segi ruang maupun finansial dan pemasaran ikan lele juga sangat relatif mudah karena komoditi ini banyak diminati oleh masyarakat.

B. Pelaksanaan Transaksi Jual Beli Ikan Lele (Studi Kasus Usaha Pak Wahid Desa Batangharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur).

Islam menganggap bahwasannya bisnis itu adalah baik, halal dan diperbolehkan, serta dapat memberikan keuntungan baik secara individu maupun masyarakat. Persaingan bisnis yang sehat, jujur dan terbuka sangat dihargai dan dianjurkan dalam Al-Qur’an. Manusia memerlukan aturan-aturan atau etika untuk memberikan batasan-batasan apa saja yang boleh dilakukan ataupun tidak dalam menjalankan aktivitas bisnisnya.

Sehingga selain meraih kesuksesan berupa perolehan profit atau keuntungan, ia juga dapat meraih kesuksesan di akhirat karena bisnis yang dijalankannya telah sesuai dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam dalam Al-Qur’an dan Hadis.

2 Wawancara Pak Wahid Pemilik Usaha Ikan Lele, Pada Tanggal 3 November 2019.

Dalam Pelaksanaan transaksi jual beli ikan lele di Desa Batangharjo tengkulak langsung mendatangi para pembudidaya ikan untuk melakukan transaksi jual beli antara pemilik ikan dengan tengkulak yang akan melakukan transaksi jual beli tersebut. Tengkulak membeli ikan ke petani ikan dengan harga Rp 17.000 berukuran rata-rata 8 – 10 ekor per 1 kg dan berat per ekor kurang lebih 125 gram, dan pada saat pembeliannya pun dalam jumlah yang banyak dengan kriteria tertentu yang diberikan seperti ikan lele tersebut harus sehat dan tidak terkena penyakit karena kebanyakan tengkulak ikan akan menjualnya lagi ke pengepul ikan yang ada di pasar.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di usaha ikan lele pak wahid tepatnya di Desa Batangharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur yang dimulai pada tanggal 29 September 2019 melalui pengamatan dan wawancara terhadap pemilik usaha ikan lele dan tengkulak yaitu dengan cara membuang air kolam terlebih dahulu lalu ikan-ikan tersebut diletakkan di basket ikan khusus dan jika sudah siap tengkulak akan datang secara langsung untuk menimbang dengan menggunakan keranjang atau basket ikan perolehan hasil ikan tersebut.

Adapun hasil dari wawancara yang diperoleh dari salah satu pemilik usaha ikan lele dan dua tengkulak ikan di Desa Batangharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur adalah sebagai berikut:

44

1. Pemilik Usaha Ikan Lele

Pak wahid, mengungkapkan bahwa telah menekuni usaha ikan air tawar selama kurang lebih 29 tahun. Alasan Pak wahid memilih dan menekuni usaha ikan karena sangat memudahkan dalam penjualannya atau pemasarannya dan mudah dalam pemeliharanya. Adapun hasil panen pak wahid pada bulan Agustus sampai pertengahan bulan Oktober 2019 dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 2.1

Perhitungan Biaya Tetap Usaha Ikan Lele

No Uraian Jumlah (Rp)

penjualan pertahun

Jumlah Total (Rp) 1. Penyusutan lahan

@ Rp. 800.000/1 tahun

Rp.800.000

2. Penyusutan plastik Rp. 1.100.000/ 2

tahun

RP.550.000

3. Penyusutan drum plastik Rp.750.000/ 5

tahun

Rp.150.000

Jumlah total Rp. 1.500.000,00

Tabel 2.2

Perhitungan Biaya Variabel Usaha Ikan Lele

No Uraian Jumlah (Rp) Jumlah total (Rp) 1. Pakan 250 kg @

Rp. 9.900

Rp. 2.475.000

2. Benih ikan lele Rp. 3.250.000

ukuran 5-7 cm sebanyak 25.000

ekor @Rp.130 3. Obatan-obatan 4

unit @Rp. 50.000

Rp. 200.000 4. Alat perikanan 2

paket

@Rp.100.000

Rp. 200.000

5. 2 Tenaga kerja tetap @Rp.

1.500.000

Rp. 3.000.000

Jumlah total Rp. 9.125.000

a. Total biaya

= (biaya tetap + biaya variabel)

= Rp. 1.500.000,00 + Rp. 9.125.000

= Rp. 10.625.000,00 b. Produksi ikan lele konsumsi

= 2500 kg x Rp. 17.000

= Rp. 42.500.000 c. Pendapatan

= produksi – (biaya tetap + biaya variabel)

= Rp. 42.500.000,00 – (Rp. 1.500.000,00 + Rp. 9.125.000)

= Rp. 31.875.000,00

Jika dilihat dari tabel di atas mengenai usaha ikan lele pak wahid masih layak untuk dilaksanakan dan masih mendatangkan keuntungan bagi petani.

46

Adapun dalam transaksi jual beli ikan lele konsumsinya pak wahid menggunakan harga sesuai dengan kesepakatan dari tengkulak ikan, untuk mempermudah dalam transaksi jual beli tersebut sebelum tengkulak mendatangi lokasi. Pak wahid telah mempersiapkan ikan-ikan yang sudah dipanen ke dalam basket ikan lalu tengkulak tersebut menimbang basket yang telah terisi ikan lele tersebut dan biasanya 1 basket ikan seberat 45 kg ikan dan kemudian ikan tersebut yang telah ditimbang di masukan kedalam drum-drum khusus, 1 drum biasa menampung sebanyak kurang lebih 75 kg ikan lele.

2. Tengkulak Ikan a. Pak Sholihin

Berdasarkan dari hasil wawancara dengan pak sholihin yang berprofesi sebagai tengkulak sejak 15 tahun. Pak sholihin menekuni profesi sebagai tengkulak ikan karena sangat menguntungkan dalam penjualannya.3 Dalam pelaksanaan transaksi jual belinya pak sholihin menggunakan sistem angetan Jadi, pada saat terjadinya transaksi satu kali timbangan Pak Sholihin melakukan sistem penambahan (angetan) pada timbangan ikan lele yang dilakukannya dan hal tersebut dilakukan berulang kali. Misalnya dari setiap satu kali timbangan 50kg harus ada penambahan dalam penimbangan tersebut sebanyak 4 kg ikan lele.

3 Wawancara Dengan Pak Sholihin Selaku Tengkulak Ikan, Pada Tanggal 5 November 2019.

maka dari itu sudah menjadi resiko petani. Contoh hasil panen 2500kg jika hasil panen tersebut setiap kali timbangan per 50kg harus ditambah 4kg maka jumlah hasil panen tersebut menjadi 2300kg ikan.

b. Pak Idris

Berdasarkan dari hasil wawancara dengan pak idris selaku tengkulak ikan, pak idris menekuni usaha ini sudah 8 tahun. Pak idris menekuni usaha ini karena mudah, tidak perlu modal terlalu banyak dan dapat dijadikan usaha sampingan.4 Pada transaksi jual belinya pak idris melakukan kesepakatan, antara tengkulak dengan petani. Pak Idris mulai menimbang hasil panen ikan lele setelah mengetahui jumlah total ikan lele perkolam Pak Idris memotong hasil timbangan panen ikan lele milik petani, sesuai dengan total jumlah bersih ikan lele dalam 45 kg ikan akan langsung dipotong sebanyak 3 kg lele. Contoh hasil panen 2500kg jika hasil panen tersebut setiap kali timbangan per 45kg harus memotong timbangan sebanyak 3kg maka jumlah hasil panen tersebut menjadi 2335kg ikan.

Di dalam suatu usaha sukses tidaknya sebuah bisnis sebagai mana karakter yang harus dimiliki seorang muslim dalam menjalankan aktivitas bisnisnya dituntut untuk taat terhadap prinsip-prinsip yang terdapat dalam Etika Bisnis Islam untuk

4 Wawancara Dengan Pak Idris Selaku Tengkulak Ikan, Pada Tanggal 7 November 2019.

48

menjaga aktivitas bisnis berada pada jalur yang benar sesuai dengan syariat Islam. Dengan demikian, kegiatan bisnis manusia tidak terlepas dari pengawasan Tuhan, dan dalam rangka melaksanakan perintah Tuhan dalam Al-Qur’an juga disebutkan bahwa tauhid merupakan filsafat fundamental dari ekonomi Islam.5 Tanggung jawab sangatlah penting dalam bisnis agar apa yang diusahakan dalam bisnis mendapatkan kepercayaan terhadap konsumen, sehingga konsumen merasa puas terhadap tanggung jawab yang diberikan.

C. Analisis Transaksi Jual Beli Ikan Lele Di Tinjau Dari Etika Bisnis Islam.

Setelah peneliti menguraikan beberapa data menganai transaksi jual beli ikan lele baik yang peneliti dapatkan dari perpustakaan maupun lapangan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan skripsi ini. Selanjutnya peneliti akan menguraikan dan menjelaskan tentang analisis Transaksi Jual Beli Ikan Lele Ditinjau Dari Etika Bisnis Islam.

Dilihat dari dalam pelaksanaannya transaksi jual beli ikan lele mula-mula petani ikan lele telah mempersiapkan ikan-ikan yang sudah dipanen ke dalam basket ikan. Kemudian tengkulak mendatangi petani ikan dan melakukan kesepakatan antara kedua belah pihak lalu menentukan harga dan total jumlah ikan tersebut. Pada pelaksanaan transaksi jual beli tersebut tengkulak menimbang ikan dengan

5 VeithzalRivai, Islamc Busines And Economic Ethnics., 38.

menggunakan 2 sistem cara yaitu sistem angetan dan potongan yang telah ditetapkan tengkulak ikan jika dilihat disini terdapat adanya ketidaksesuaiaan dalam transaksi yang dilakukan oleh pihak tengkulak ikan karena dalam pelaksan transaksinya tengkulak menentukan jumlah potongan pada setiap penimbangan hasil panen yang diperoleh sendiri tanpa adanya standar yang sesuai yang telah ditetapkan pihak tengkulak.

Hal ini menyebabkan transaksi jual beli tersebut belum sesuai dengan Etika Bisnis Islam yaitu dalam transaksi jual beli menjadi tidak sah karena tengkulak ikan tidak memenuhi apa yang telah ditetapkan dalam prinsip- prinsip etika bisnis islam yaitu Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam karena tengkulak tidak memenuhi prinsip etika bisnis Islam yang telah ditetapkan yaitu prinsip ketidakadilan yang dimaksudkan ketidakadalian Islam mengharuskan penganutnya untuk berlaku adil dan berbuat kebajikan. Dan bahkan berlaku adil harus didahulukan dari berbuat kebajikan dalam perniagaan persyaratan adil yang paling mendasar adalah dalam menentukan mutu (kualitas) dan ukuran (kuantitas) pada setiap takaran maupun timbangan.

Konsep keadilan harus diterapkan dalam jual beli. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghilangkan praktik kecurangan yang dapat mengakibatkan kedzoliman bagi suatu pihak. Kecurangan dalam penimbangan dapat perhatikan khusus dalam Al-Qur’an karena praktik semacam ini telah merampas hak orang lain. Selain itu juga praktik penimbangan seperti ini dapat menimbulkan dampak yang sangat buruk

50

dalam dunia perdagangan yaitu timbulnya ketidakpercayaan penjual kepada tengkulak yang curang. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa potongan harga yang telah ditetapkan oleh tengkulak yaitu 3-4 kg dalam setiap timbangan yang total jumlah masing-masing yang telah ditetapkan pihak tengkulak. Dalam melakukan pemotongan harga dilakukan secara sepihak yaitu hanya tengkulak ikan, dan petani ikan tidak bisa menawar mengenai potongan timbangan yang diberikan oleh petani ikan. jadi tengkulak disini seakan-akan bebas mentukan potongan jumlah timbangan yang telah ditetapkan bukan berarti bahwa manusia sebagai individu dan kolektif mempunyai kebebasan penuh untuk melakukan aktivitas bisnis tersebut yang tidak memenuhi prinsip etika bisnis Islam. Dalam hal tersebut maka perlu adanya prinsip Kebajikan (ihsan) artinya melaksanakan perbuatan baik yang dapat memberikan kemanfaatan kepada orang lain, tanpa adanya kewajiban tertentu yang mengharuskan perbuatan tersebut, atau dengan kata lain beribadah dan berbuat baik seakan-akan melihat Allah SWT, jika tidak mampu, maka yakinlah Allah SWT melihat kita.

Pada prinsip keseimbangan atau keadilan antara harga yang diberikan dengan jumlah barang yang didapatkan tidak sesuai yang diperoleh pembeli (tengkulak) harus seimbang antara harga yang dibayarkan dengan barang yang didapat. Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa pembelajaan harta benda harus dilakukan dalam kebaikan atau

dijalan Allah SWT dan tidak pada sesuatu yang membinasakan diri sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an (Q.S Al-Furqan ayat (67-68)):







































































Artinya:”Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya Dia mendapat (pembalasan) dosa (nya)”.6

Selain itu juga masih di dalam (Q.S Al-Furqan ayat 72-73)) :











































Artinya:”Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta”.7

6 Departemen Agama RI, Alhidayah Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka, 366-367.

7 Ibid.,367

52

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa setiap transaksi jual beli harus dilaksanakan dengan sempurna atau adil dan sesuai dengan prinsip keadilan yang ditetapkan dalam Al-Qur’an dan Hadis. Sehingga akan menimbulkan rasa saling rela pada kedua belah pihak (penjual dan pembeli) dan terhindar dari perselisihan, yang menyebabkan rasa kekecewaan, ketidakpuasan dan ketidakjujuran dalam transaksi jual beli.

Selain itu juga ada faktor-faktor lain yang menyebabkan terjadinya transaksi jual beli yang belum sesuai dengan prinsip ketidak jujuran dalam penimbangan atas jumlah ikan yang telah dibeli pada saat penimbangan tengkulak melakukan angetan dan potongan di setiap total jumlah yang mereka tetapkan per kilo gramnya. Hal ini dapat menimbulkan unsur- unsur ketidakjujuran dalam transaksi jual beli yang dilarang dalam Islam yaitu seorang pedagang harus berlaku jujur, dilandasi keinginan agar orang lain mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan sebagaimana ia mengingatkannya dengan cara menjelaskan cacat barang dan jumlah barang dagangan yang dia ketahui dan yang tidak terlihat oleh pembeli.

Kejujuran adalah sifat (keadaan) jujur, ketulusan (hati), kelurusan (hati) atau sifat yang suka akan kebenaran. Hal ini berlaku pada semua bentuk muamalah, terlebih dalam hal dunia bisnis yang di dalamnya sering terjadi perselisihan.

Di dalam berbisnis haruslah menerapkan unsur-unsur kejujuran dalam transaksi jual beli agar mendapat keberkahan di dalam usahanya selain itu unsur kerelaan hal yang paling penting dalam berbisnis dalam

Islam. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an (Q.S At-Taubah ayat (9:119)):



















Artinya:”Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”. 8

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa dalam berbisnis. Kejujuran dibangun untuk menjaga kepercayaan orang lain. Untuk memperbaiki kinerja bisnis, seseorang ketika bertransaksi harus sesuai dan tidak ada yang disembunyikan dengan begitu tidak ada pihak yang dirugikan. Maka orang lain (petani ikan) akan memiliki kepercayaan terhadap pembeli (tengkulak).

Selain itu juga dalam bertransaksi bisnis jual beli harus dibangun dengan prinsip tanggung jawab terhadap kedua belah pihak untuk memenuhi tuntutan keadilan dan kesatuan manusia perlu mempertanggungjawabkan tindakannya. kewajiban menanggung, memikul wajib, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan tanggungjawab dan menanggung akibatnya. Islam mengajarkan Tanggung jawab dalam setiap aktifitas bisnis. Tanggung jawab sangatlah penting dalam bisnis agar apa yang diusahakan dalam bisnis mendapatkan kepercayaan terhadap konsumen, sehingga konsumen merasa puas terhadap tanggung jawab yang diberikan. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an (QS. An-Nisa (4:85)):

8 Departemen Agama RI, Alhidayah Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka, 201.

54

 



















































Artinya:”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat”.9

Dapat di fahami dari ayat di atas bahwasanya tanggung jawab merupakan suatu prinsip dinamis yang berhubungan dengan perilaku manusia bahkan merupakan kekuatan dinamis individu untuk mempertahankan kualitas keseimbangan dalam bermuamalah. Dan sama halnya tengkulak seharusnya bertanggung jawab terhadap petani ikan yaitu harus memenuhi hak-haknya untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan jumlah yang harus dibayar.

Etika bisnis telah memberikan ketentuan bahwa para pelaku bisnis harus lebih mengetahui dan memahami prinsip-prinsip etika bisnis dalam Islam yaitu tauhid, keseimbangan (keadilan), kehendak bebas, itikad baik, tanggung jawab, kepatuhan dan kejujuran, hal tersebut didahulukan agar bisnis yang dilakukan agar mendapat keberkahan dan keridhoan dari Allah SWT.

9 Departemen Agama RI, Alhidayah Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka, 92.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam bertransaksi jual-beli ikan lele di usaha pak wahid di Desa Batangharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur, dilihat dari praktik yang dilakukan oleh tengkulak ikan dapat diterima namun jika dilihat dari sisi lain. Praktik yang dilakukan tengkulak tersebut menimbulkan kurangnya kepercayaan terhadap tengkulak ikan karena total hasil atau jumlah yang didapat tidak sesuai dengan apa yang diterimanya.

Selain itu juga berdasarkan surah Q.S Al-Furqan ayat 67-68 dan Q.S Al- Furqan ayat 72-73 menjelaskan bahwa setiap transaksi jual beli harus dilaksanakan dengan sempurna atau adil dan sesuai dengan prinsip keadilan yang ditetapkan dalam Al-Qur’an dan Hadis. Sehingga akan menimbulkan rasa saling rela pada kedua belah pihak (penjual dan pembeli) dan terhindar dari perselisihan, yang menyebabkan rasa kekecewaan, ketidakpuasan dan ketidakjujuran dalam transaksi jual beli.

56 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tentang Transaksi jual beli ikan lele ditinjau dari Etika Bisnis Islam Studi Kasus Usaha Pak Wahid Di Desa Batangharjo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur. Peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa:

Etika bisnis telah memberikan ketentuan bahwa para pelaku bisnis harus lebih mengetahui dan memahami prinsip-prinsip etika bisnis dalam Islam yaitu tauhid, keseimbangan (keadilan), kehendak bebas, kebijakan, tanggung jawab, kepatuhan dan kejujuran, hal tersebut didahulukan agar bisnis yang dilakukan agar mendapat keberkahan dan keridhoan dari Allah SWT. Konsep keadilan harus diterapkan dalam jual beli. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghilangkan praktik kecurangan yang dapat mengakibatkan kedzoliman bagi suatu pihak. Kecurangan dalam penimbangan dapat perhatikan khusus dalam Al-Qur’an karena praktik semacam ini telah merampas hak orang lain. Selain itu juga praktik penimbangan seperti ini dapat menimbulkan dampak yang sangat buruk dalam dunia perdagangan yaitu timbulnya ketidakpercayaan penjual kepada tengkulak yang curang. Dalam berbisnis haruslah menerapkan unsur-unsur kejujuran dalam transaksi jual beli agar mendapat keberkahan di dalam usahanya selain itu unsur kerelaan hal yang paling penting dalam berbisnis dalam Islam.

Dokumen terkait