• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2. Produk Penyaluran Dana

Berdasarkan tujuan penggunaanya, produk penyaluran dana pada bank syariah dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

a. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli (Ba’i)

Pembiayaan dengan prinsip jual beli ditujukan untuk memiliki barang, yaitu keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harta atas barang atau jasa yang dijual. Barang yang diperjualbelikan dapat berupa barang konsumtif maupun barang produktif.21 Adapun produk perbankan syariah yang menggunakan prinsip jual beli adalah sebagai berikut:

1) Pembiayaan Murabahah

Murabahah adalah transaksi jual beli dimana pihak bank menyebutkan harga pokok dan tambahan keuntungan. Bank bertindak sebagai penjual sedangkan nasabah bertindak sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah dengan margin keuntungan. Penyerahan barang dilakukan setalah akad dan pembayarannya dapat dilakukan secara cicilan.22

20 Ibid., 108.

21 M. Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah Suatu Kajian Teoritis, Praktis, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), 147.

22 Andiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih., 98.

2) Pembiayaan Salam

Salam adalah pembiayaan jual beli suatu barang yang disebutkan sifat-sifatnya dimana barang tersebut masih dalam tangguhan dan pembayarannya dilakukan pada waktu akad kemudian penyerahannya dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan atau disepakati. Bank bertindak sebagai pembeli sedangkan nasabah bertindak sebagai penjual.23

3) Pembiayaan Istishna’

Istishna’ adalah pembiayaan jual beli yang dilakukan antara penjual dan pembeli dimana penjual membuat barang yang dipesan pembeli tetapi pembayarannya dapat dilakukan pada saat akad, cicilan maupun pada waktu yang telah disepakati. Pada pembiayaan istishna’ spesifikasi barang pesanan harus jelas baik dari jenis, ukuran, mutu, dan jumlahnya. dalam istishna’ harga jual yang telah disepakati harus dicantumkan dalam akad dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad.24

b. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa-Menyewa (Ijarah)

Ijarah adalah perjanjian sewa-menyewa antara pihak yang memberikan sewa dengan pihak yang menerima sewa, dimana perjanjian tersebut tidak disertai dengan pemindahan kepemilikan suatu barang. Aplikasi perbankan dengan prinsip sewa ini adalah

23 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), 152.

24 Andiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan..., 100.

ijarah al muntahiya bit tamlik (IMBT) yaitu ijarah yang disertai pemindahan kepemilikan atas suatu barang.25

c. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil

Produk bank syariah dengan prinsip bagi hasil sebagai berikut:

1) Pembiayaan Mudharabah

Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua orang atau lebih dimana pemilik modal (shahibul mal) mempercayakan sejumlah modalnya kepada pengelola (mudharib) dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai dengan nisbah bagi hasil yang telah disepakati. Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam panduan kontribusi 100% modal kas dari shahibul mal dan keahlian dari mudharib. keuntungan dibagi seusai dengan nisbah bagi hasil yang telah disepakati.

Namun apabila terjadi kerugian maka ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal, kecuali karena kelalaian si pengelola.

2) Pembiayaan Musyarakah

Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua orang atau lebih dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dan mengelola usaha tertentu dengan kesepakan

25 M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 218.

keuntungan dan resiko ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.26

d. Pembiayaan Berdasarkan Akad Pinjam-Meminjam Nirbunga

Salah satu produk perbankan syariah dengan akad pinjam- meminjam adalah qord. Qord adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.

Akad qord juga disebut dengan akad taawuniah, yaitu akad yang berdasarkan prinsip tolong-menolong. Qord merupakan produk pembiayaan yang diberikan bank dengan ketentuan bank tidak boleh mengambil keuntungan berapa pun darinya.

2. Produk Jasa Perbankan

Bank syariah menawarkan produk dan jasa dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kepada nasabah bank atau pihak lain yang memerlukannya. Dengan memberikan pelayanan jasa, maka bank akan memperoleh keuntungan/pendapatan. Pendapatan bank yang berasal dari pendapatan atas produk jasa bank disebut dengan free based come. Jasa perbankan syariah antara lain sebagai berikut:

a. Al-Wakalah

Al-Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak (muwakil) kepada pihak lain (wakil) dalam hal-hal yang boleh

26 Ibid., 90.

diwakilkan. Atas jasanya, maka penerima kekuasaan dapat meminta imbalan tertentu dari pemberi amanah.27

Aplikasi wakalah dalam perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakilkan dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan L/C, inkaso dan transfer uang.

1) Al-Kafalah

Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang dengan tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.28

2) Al-Hiwalah

Al-Hiwalah adalah peralihan utang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya.

3) Ar-Rahn

Ar-Rahn (gadai) adalah akad berupa menggadaikan barang dari satu pihak kepada pihak lain, dengan utang sebagai gantinya.29

4) Al-Qardh

Al-Qardh adalah pinjaman yang diberikan tanpa adanya pengembalian imbalan.30

27 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), 83.

28 M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik..., 123.

29 Ibid., 128.

5) Sharf (Jual Beli Valuta Asing)

Sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Transaksi jual beli valuta asing dapat dilakukan baik dengan sesama mata uang yang sejenis, maupun yang tidak sejenis.

Akad sharf dipraktekkan oleh bank syariah dalam produk berupa tukar-menukar mata uang asing dengan berdasarkan kurs jual dan kurs beli suatu mata uang.

30 Ibid., 131.

A. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan merupakan metode untuk menemukan secara khusus dan realitas apa yang tengah terjadi pada suatu saat di tengah masyarakat.31 Adapun maksud dari penelitian ini yaitu mempelajari secara mendalam tentang persepsi masyarakat terhadap promosi produk perbankan syariah.

Adapun sifat dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.

Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.32 Menurut Husein Umar deskriptif adalah menggambarkan sifat sesuatu yang berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala.33 Sedangkan kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misal perilaku, persepsi, motivasi tindakan dan lain-lain secara

31 Kertini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 1996), 32. 32

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 4.

33 Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), 22.

holistik dengan cara mendeskripsikannya dalam bentuk kata-kata dan bahasa.34

B. Sumber Data

Menurut Suharni Arikunto, sumber data dalam penelitian adalah subyek darimana data tersebut diperoleh.35 Data merupakan hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta maupun angka. Jadi, data dapat diartikan sebagai segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan suatu data yang dapat dipakai untuk suatu keperluan.

Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh dari sumber asli.36 Sumber data primer dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Merapi, Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten Lampung Tengah.

Pengambilan sumber data dalam menentukan informasi penelitian ini dengan menggunakan teknik accidental sampling. Menurut Sugiyono accidental sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data berdasarkan kebetulan, sehingga peneliti dapat mengambil sampel siapa

34 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2002), 225.

35 Suharsimi, Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2010), 172.

36 Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), 103.

saja yang ditemui tanpa perencanaan sebelumnya. Artinya pengambilan sampel dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian.37

Secara Spesifik sumber data primer dalam penelitian ini yaitu data hasil observasi dan catatan atas hasil wawancara dengan karyawan PT. Sinar Bling-Bling, karyawan PT. Humas Jaya, petani, penjahit, guru SD, dan pedagang.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber dari bahan bacaan.38 Sumber data sekunder dapat membantu memberikan keterangan-keterangan atau data pelengkap sebagai bahan pembanding.39 Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari buku seperti:

a. M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik, Jakarta:

Gema Insani Press, 2001.

b. Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta: EKONESIA, 2013.

c. Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.

37 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2002), 218.

38 S. Nasution, Metodologi Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 143.

39 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), 129.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan.

Masalah akan memberi arah dan mempengaruhi metode pengumpulan data.40 Pengumpulan data adalah informasi yang didapat melalui pengukuran- pengukuran tertentu untuk digunakan sebagai landasan dalam menyusun argumentasi logis menjadi fakta. Sedangkan fakta itu sendiri adalah kenyataan yang telah diuji kebenarannya secara empirik.41 Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur, yakni peneliti diberikan kebebasan dalam bertanya dan memiliki kebebasan dalam mengatur alur dan setting wawancara. Wawancara ini bertujuan untuk memahami fenomena atau permasalahan tertentu. Petanyaan yang diajukan dalam wawancara semi terstruktur adalah pertanyaan terbuka yang berarti bahwa jawaban jawaban yang diberikan oleh objek penelitian tidak dibatasi sehingga subyek dapat lebih bebas mengemukakan jawaban apapun sepanjang tidak keluar dari konteks pembicaraan.42

40 Moehar Daniel, Metode Penelitian Sosial Ekonomi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002), 133.

41 Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2006), 104.

42 Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi,dan Focus Groups: Sebagai Instrumen Penggalian Data Kualitatif, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 66.

Dalam Penelitian ini peneliti mencari informasi dari:

a. Bapak Heri Purnomo sebagai karyawan PT. Sinar Bling-Bling.

Jabatan sebagai Operator Produksi, usia 28 tahun.

b. Bapak Siget sebagai karyawan PT. Humas Jaya. Jabatan sebagai mandor, usia 26 tahun.

c. Bapak Pangat sebagai petani, usia 34 tahun.

d. Bapak Mukayan sebagai penjahit, usia 50 tahun.

e. Bapak Sarminto sebagai guru SMK, usia 50 tahun.

f. Bapak Aan sebagai guru SD, usia 26 tahun.

g. Ibu Miswanti sebagai guru SD N 2 Qurnia Mataram, usia 25 tahun.

h. Ibu Nuraini sebagai pedagang, usia 48 tahun.

i. Ibu Marwiyah sebagai pedagang sepatu, usia 32 tahun.

j. Ibu Susi sebagai Pegawai Negeri Sipil di BPP, usia 34 tahun.

k. Yuli sebagai mahasiswa alumni IAIN Metro, usia 24 tahun.

l. Ivon sebagai mahasiswa alumni IAIN Metro, usia 24 tahun.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk memperoleh informasi dari sumber-sumber tertulis atau dokumen-dokumen, baik berupa buku-buku, majalah,peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.43 Metode ini digunakan sebagai bahan informasi terkait persepsi masyarakat Kelurahan Merapi terhadap promosi produk perbankan syariah.

43 Suharsimi, Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), 145.

D. Teknik Analisis Data

Menurut lexy J. Moleong penggunaan teknik analisiss data dalam suatu penelitian sangatlah tergantung pada tujuan penelitian.teknik analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan cara bekerja dengan data, menemukan pola, memilih-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan menemukan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.44

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif. Analisis kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu sumber dari tertulis atau ungkapan dan tingkah laku yang diobsevasi dari manusia.45Data yang diperoleh dengan menggunakan metode wawancara terlebih dahulu diolah dan dianalisis dengan metode kualitatif, sedangkan hasil observasi dan dokumentasi digunakan untuk menunjang hasil wawancara, sedangkan dalam pengambilan kesimpulan digunakan metode analisis yang bersifat induktif yaitu berawal dari informasi tentang persepsi masyarakat terhadap promosi produk perbankan syariah (Studi kasus di Kelurahan Merapi, Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten Lampung Tengah).

44 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), Edisi Revisi, 248.

45 Burhan Ashafa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 16.

A. Gambaran Umum Tentang Kelurahan Merapi 1. Sejarah Kelurahan Merapi (Pajar Mataram)

Kelurahan Merapi (Pajar Mataram) asal mulanya adalah daerah bukaan transmigrasi dari Bedol Desa yaitu dari Jawa Tengah dan Yogyakarta. Letaknya berada di wilayah Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah. Berdiri pada tahun 1961 yang diberi nama Kelurahan Merapi karena terbentuk dari korban meletusnya Gunung Merapi pada tahun 1960.

Luas wilayah sekitar 1.100 Ha, terdiri dari 1.541 KK dan terbagi atas IX dusun dan 30 RT (Rukun Tetangga), dusun I adalah dusun Pajar Indah, dusun II Pajar Baru, dusun III Pajar Asri, dusun IV Pajar Mulyo, dusun V Pajar Bangun I, dusun VI Pajar Bakti, dusun VII Pajar Arum, dusun VIII Pajar Bulan, dan dusun IX Pajar Bangun II. Selain itu, terdiri dari dua lembaga yaitu BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) dan LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan). Dilihat dari segi sosial politik, masyarakatnya 90% adalah sebagai petani/buruh/pekebun dan yang 10% sebagai pegawai (4%) dan wiraswasta atau pedagang (6%).46

46 Hasil wawancara dengan Bapak Supriyanto selaku Kepala Kampung Kelurahan Merapi pada tanggal 24 Februari 2021.

2. Keadaan Demografis Kelurahan Merapi a. Batas Wilayah Kelurahan Merapi

Letak geografis Kelurahan Merapi, terletak antara:

1) Sebelah utara : Kampung Rejosari Mataram 2) Sebelah selatan : Kampung Onoharjo

3) Sebelah Barat : Kampung Qurnia Mataram 4) Sebelah timur : Kampung Ramayana b. Luas Wilayah Kelurahan Merapi

1) Pemukiman : 200 Ha 2) Pertanian Sawah : 66%

3) Daratan/ladang : 34%

c. Jumlah Penduduk

1) Kepala Keluarga : 1.541 KK 2) Jumlah Penduduk : 4.661 Jiwa

a) Laki-laki : 2.352 jiwa b) Perempuan : 2.309 jiwa 47 3. Struktur Organisasi Kelurahan Merapi

Adapun struktur organisasi Kelurahan Merapi antara lain:

a. Kepala Kampung : Supriyanto

b. Sekretaris : Parwadi Al Hasan c. KAUR Keuangan : Siswadi

d. KAUR Pembangunan : Muslimin

47 Data Monografi Kelurahan Merapi.

e. KASI Pemerintahan : Eko Winarno f. KASI Pelayanan : Cici Anjani g. KASI Kesra : Sudarto

Adapun kepala dusun Kelurahan Merapi sebagai berikut:

a. Dusun Pajar Indah : Suyono

b. Dusun Pajar Baru : Bambang c. Dusun Pajar Asri : Sutrisno

d. Dusun Pajar Mulyo : Andrias Luarno e. Dusun Pajar Bangun I : Basuki

f. Dusun Pajar Bakti : Ponco Suwarno g. Dusun Pajar Arum : Bekti

h. Dusun Pajar Bulan : Suhardi i. Dusun Pajar Bangun II : Aris 48

B. Persepsi Masyarakat Kelurahan Merapi Terhadap Promosi Produk Perbankan Syariah

Bank syariah mulai berkembang pada era 90an yang diawali dengan berdirinya Bank Muamalat yang pada saat itu memberikan warna baru bagi perbankan di Indonesia. Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang harus menciptakan strategi yang tepat dengan memberikan informasi dan pelayanan yang terbaik agar dapat berkembang. Strategi tersebut bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat luas mengenai produk-produk perbankan syariah. Pembentukan persepsi ini akan mendorong masyarakat untuk beralih menggunakan bank syariah. Persepsi

48 Dokumentasi Arsip Kelurahan Merapi.

dirasakan sangat penting, karena persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterprestasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka.

Penelitian dilakukan dengan mewawancarai beberapa informan yang berada di Kelurahan Merapi yang mayoritas penduduknya adalah seorang muslim. Hasil wawancara yang dilakukan ke masyarakat memperoleh beberapa persepsi yaitu menurut Bapak Heri sebagai karyawan PT Bling- Bling, beliau tidak mengetahui tentang bank syariah baik sistem maupun produk-produk bank syariah. Beliau mengaku belum pernah melihat praktisi dari bank syariah melakukan promosi atau sosialisasi di Kelurahan Merapi.

Kurangnya promosi ini membuat Bapak Heri sama sekali tidak berminat untuk menabung di bank syariah karena beliau benar-benar tidak mengetahui tentang bank syariah. Bapak Heri hanya bertransaksi menggunakan bank konvensional sejak mulai bekerja di PT Bling-Bling sampai sekarang.49

Hasil wawancara dengan Bapak Siget sebagai karyawan PT. Humas Jaya, beliau tidak mengetahui tentang bank syariah baik sistem maupun produk dan jasa perbankan syariah. Beliau hanya mengetahui bank konvensional saja, karena dari PT tempat beliau bekerja sudah menggunakan jasa bank konvensional yaitu penggunaan ATM BRI sebagai fasilitas untuk penerimaan gaji. Beliau mengaku tidak pernah kedatangan seorang praktisi dari bank syariah yang melakukan promosi ataupun sosialisasi mengenai bank

49 Wawancara dengan Bapak Heri pada tanggal 24 Februari 2021.

syariah, sehingga beliau tidak tertarik dan tidak berminat untuk menabung di bank syariah.50

Hasil wawancara dengan Bapak Pangat sebagai seorang petani. Beliau tidak mengenal bank syariah, beliau hanya mengetahui bank konvensional saja karena beliau sudah lama menggunakan bank konvensional (Bank BRI) untuk menyimpan uang, bahkan pernah meminjam uang dengan produk KUR di bank konvensional. Beliau mengaku tidak pernah kedatangan seorang praktisi dari bank syariah yang melakukan promosi atau sosialisasi mengenai bank syariah, sehingga beliau sama sekali tidak mengetahui tentang bank syariah baik sistem maupun produk dan jasa bank syariah. Kurangnya promosi tersebut membuat Bapak pangat tidak tertarik atau berminat untuk menabung di bank syariah.51

Hasil wawancara dengan Bapak Mukayan sebagai seorang penjahit.

Beliau pernah mendengar istilah bank syariah, tetapi belum memahami baik sistem maupun produk-produk yang ada pada bank syariah. Beliau hanya mendengar dari cerita pelanggannya yang sudah menabung di bank syariah.

Tetangganya tersebut hanya sekedar menabung saja dan tidak mengetahui bagaimana mekanisme bank syariah yang sesungguhnya. Tetangganya tersebut hanya memberikan pengetahuan bahwa bank syariah adalah bank yang beroperasi menggunakan prinsip-prinsip syariah, yaitu tidak menggunakan sistem bunga, tetapi menggunakan sistem bagi hasil. Menurut tetangganya, bank syariah dengan bank konvensional sama yang

50 Wawancara dengan Bapak Siget pada tanggal. 24 Februari 2021.

51 Wawancara dengan Bapak Pangat pada tanggal 24 Februari 2021.

membedakan hanya istilahnya saja, yaitu bunga dan bagi hasil. Jika ditanya berminat atau tidak menggunakan produk dan jasa bank syariah, Bapak Mukayan menjawab kurang berminat. Alasannya karena beliau sudah lama menjadi nasabah bank konvensional dan keberadaan bank konvensional lebih dekat dengan rumah beliau. Selain itu, beliau mengaku tidak pernah kedatangan praktisi dari bank syariah yang mempromosikan produk- produknya serta menjelaskan perbedaaan bank syariah dengan bank konvensional selain tentang bagi hasil dan bunga, sehingga beliau masih ragu akan keberadaan bank syariah dan tidak berminat untuk beralih ke bank syariah.52

Hasil wawancara dengan Ibu Miswanti sebagai guru SD bahwa beliau mengetahui adanya bank syariah, namun belum memahami begitu jelas tentang bank syariah, beliau hanya mengetahui bahwa bank syariah adalah bank yang beroperasi berdasarkan syariat Islam. Beliau pernah mendengar dari temannya bahwa di bank syariah ada yang namanya ujroh (upah) dan beliau menganggap bahwa ujroh sama saja dengan bunga hanya istilahnya saja yang diganti. Ibu Miswanti mengaku belum pernah didatangi pihak dari bank syariah yang melakukan promosi atau sosialisasi tentang bank syariah, sehingga beliau tidak mengetahui begitu jelas tentang bank syariah baik sistem, perbedaannya dengan bank konvensional serta produk-produk yang ada di bank syariah. Menurut Ibu Miswanti, meskipun beliau sudah mendengar adanya bank syariah, namun saat ini beliau masih tetap

52 Wawancara dengan Bapak Mukayan pada tanggal 24 Februari 2021.

menggunakan bank konvensional (Bank BRI) untuk menyimpan uangnya dan belum berminat untuk beralih ke bank syariah. Alasannya karena beliau sudah lama menjadi nasabah bank konvensional dan letak bank konvensional lebih dekat dengan rumah beliau.53

Hasil wawancara dengan Ibu Nuraini seorang pedagang kantin SMP.

Beliau pernah mendengar adanya bank syariah namun beliau tidak mengetahui secara jelas tentang bank syariah. Beliau bercerita pernah kedatangan seorang karyawan BMT Darussalam yang mengajak untuk menabung dan menawarkan pinjaman dalam bentuk murabahah, namun karyawan tersebut tidak menjelaskan apa itu murabahah hanya menjelaskan bagi hasilnya sebesar 2,5% dari pinjaman. Jika ditanya tertarik atau tidak dengan tawaran karyawan tersebut ibu Nuraini menjawab belum berminat.

Alasannnya beliau masih ragu karena beliau mendengar informasi bahwa banyak BMT yang gulung tikar yang disebabkan oleh karyawannya sendiri yaitu membawa kabur uang kantor. Untuk bank syariah sendiri juga belum pernah melakukan promosi atau sosialisasi kepada beliau, sehingga beliau belum paham apa itu bank syariah, bagaimana sistemnya, dan apa saja produk-produk yang ada di bank syariah. Kurangnya promosi dan sosialisasi ini membuat beliau tidak berminat untuk menabung di bank syariah. Selain itu, letak bank konvensional lebih dekat dengan tempat tinggalnya dan beliau sudah lama menjadi nasabah bank konvensional (Bank BRI). Ibu Nuraini berharap bahwa bank syariah dapat melakukan promosi-promosi yang

53 Wawancara dengan Ibu Miswanti pada tanggal 24 Februari 2021.

Dokumen terkait