H. Pendidikan Lingkungan dan Muata Lokal
I. Program Adiwiyata Berbasis Kearifan Lokal Pendidikan Lingkungan dalam kurikulum
adiwiyata berbasis kearifan lokal, Memuat 4 Komponen Penilaian Adiwiyata, 5R/5M Konsep Adiwiyata, 2 Prinsip Adiwiyata, Budaya Tabe, Makanan Khas Kaili, Tari Daerah, Lagu Daerah dan Permainan Tilako serta Kadende. Pemberian materi kebanyakan dilakukan secara nyata oleh peserta didik dengan melibatkan semua warga sekolah, orangtua, masyarakat, dan instansi terkait.
Kegiatan pembelajaran dengan cara pembiasaan, life skill dan sentuhan agama. Peserta didik diberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga lingkungan, merawat diri, merawat dan menanam tanaman, melakukan pengomposan, .memilah sampah, mengelola bank sampah, lingkungan sehat, menghemat air dan listrik serta membuat hutan sekolah dengan menanam pohon eboni khas palu, pohon mangga, dan pohon kayu jawa.
Kerusakan lingkungan terjadi dimana-mana disebabkan masyarakat yang tidak peduli, memiliki kesadaran yang minim dan tidak berfungsinya hukum secara maksimal. Kesadaran yang minim pada masyarakat terhadap lingkungan menyebabkan lingkungan menjadi rusak. Kesadaran yang minim terhadap pelestarian lingkungan dapat dirubah menjadi lebih baik melalui pendidikan dengan pembelajaran lingkungan. Pembelajaran lingkungan yang nyata dalam melestarikan lingkungan didapatkan peserta didik melalui kehidupan disekitarnya. Kehidupan sekitar yang dapat mendukung pelestarian lingkungan ialah melalui kearifan lokal. Perilaku yang menunjukkan peduli terhadap lingkungan dalam pelestarian lingkungan dapat terwujud atas usaha guru dalam menggabungkan atau menyatukan keadaan yang nyata dengan materi. Peran pendidikan dasar dalam hal ini menjadi sangat penting, sebagai upaya kesadaran budaya melakukan kegiatan pembiasaan yang tentunya sudah tertanam pada diri individu
sejak dini. Pembiasaan perilaku peduli lingkungan tersebut akan membentuk peduli lingkungan siswa, dan siswa akan mempunyai kebiasaan untuk menjaga, merawat dan melestarikan lingkungannya.
Salah satu strategi yang dapat digunakan dalam membentuk karakter bangsa adalah pengembangan kurikulum muatan lokal. Melalui muatan lokal yang diterapkan di sekolah, diharapkan peserta didik dapat meningkatkan kecintaannya terhadap budaya daerahnya dan menanamkan nilai sosio kultural yang melingkupi peserta didik. Derasnya arus globalisasi, modernisasi dikhawatirkan dapat mengakibatkan terkikisnya rasa kecintaan terhadap kebudayaan lokal. Salah satu unsur yang harus dilestarikan dan dijaga melalui kegiatan pendidikan adalah nilai, tradisi, budaya, keterampilan dan konsep yang berlaku pada masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah menggulirkan perubahan kurikulum dengan menambahkan mata pelajaran
diharapkan peserta didik, tidak saja memiliki pengetahuan akademis berupa pengetahuan yang bersifat global sebagaimana diharapkan, tetapi juga mempunyai kepedulian terhadap nilai-nilai sosio-kultural yang melingkupi peserta didik.
Mengakrabkan peserta didik dengan lingkungan alam, sosial, dan budaya, membekali peserta didik dengan keterampilan serta pengetahuan tentang daerahnya dan dapat melestarikan melestarikan budaya dan kesenian daerahnya, Para ahli juga berpendapat bahwa lingkungan alam dan lingkungan sosial budaya, menunjang kepentingan pembangunan, sesuai dengan kemampuan sikap dan minat anak, dapat dilaksanakan dibina dikembangkan dan berkelanjutan, serta selaras dengan inovasi pendidikan. Kurikulum berbasis kearifan lokal dimaksudkan sebagai sarana. Program Adiwiyata yang dikembangkan di sekolah bertujuan untuk menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah agar dapat menjadi tempat pembelajaran dan
penyadaran warga sekolah, khusunya siswa sehingga di kemudian hari dapat turut bertanggung jawab dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan. Salah satu solusi yang dapat dilakukan dalam pengembangan karakter warga sekolah, khususnya peduli lingkungan dapat dilakukan dengan membuat kebijakan yang mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup dengan kurikulum yang digunakan oleh sekolah.
Kurikulum berbasis kearifan lokal dimaksudkan sebagai sarana mengakomodir kondisi sosial budaya di lingkungan.
Program Adiwiyata yang dikembangkan di sekolah bertujuan untuk menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah agar dapat menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, khusunya siswa sehingga di kemudian hari dapat turut bertanggung jawab dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan. Salah satu solusi yang dapat dilakukan dalam pengembangan karakter
dilakukan dengan membuat kebijakan yang mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup dengan kurikulum yang digunakan oleh sekolah.
Program Adiwiyata mempunyai peran dalam rangka mendukung pembentukan peduli lingkungan siswa di sekolah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementrian Pendidikan Nasional pada tahun 2006 mengembangkan program pendidikan lingkungan hidup pada jenjang pendidikan dasar dan menengah melalui program adiwiyata. Harapan pemerintah dengan dibentuknya program adiwiyata tersebut sangatlah realistis diwujudkan, karena pendidikan lingkungan hidup merupakan mata pelajaran yang implikasinya dapat di wujudkan langsung dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah, di lingkungan tempat tinggalnya maupun di lingkungan dimanapun individu itu berada. Sekolah adiwiyata berupaya mengkaitkan pendidikan lingkungan hidup dalam kurikulum sekolah dalam membentuk peduli siswa. Bahkan sejak usia SD, siswa dilatih peduli terhadap lingkungan sekitar
melalui sikap dan tindakan nyata mereka. Dengan demikian kerusakan alam yang terjadi dapat diminimalisir.
Pembelajaran berbasis kearifan lokal sangat penting untuk diterapkan guru dalam pembelajaran yang bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik serta sebagai media untuk penanaman rasa cinta terhadap kearifan lokal di daerahnya, penanaman karakter positif sesuai nilai luhur kearifan lokal serta membekali siswa untuk menghadapi segala permasalahan diluar sekolah. Mengingat betapa pentingnya pembelajaran berbasis kearifan lokal diharapkan guru dapat merancang dan mengembangkan pembelajaran berbasis kearifan lokal. Upaya mencapai pembelajaran yang bermakna, guru SD perlu memilih atau menggunakan materi pelajaran sesuai dengan konteks, lingkungan, setting siswa atau materi pelajaran yang berbasis local content.
Kurikulum harus dilaksanakan dengan
serta kekayaan lokal/daerah untuk keberhasilan pendidikan. Pendidikan berbasis kearifan lokal adalah pendidikan yang mengajarkan peserta didik untuk selalu lekat dengan situasi konkret yang mereka hadapi.
Untuk mengikuti program sekolah adiwiyata wajib memiliki 4 komponen penilaian adiwiyata, 5R/5M Konsep Adiwiyata, dan 2 Prinsip Adiwiyata yang terintegrasi kearifan lokal. Penilaian yang wajib ada adalah: kurikulum yang memuat kegiatan pendidikan, kebijakan sekolah, visi dan misi, perangkat pembelajaran, green house, kompos, gallery, bank sampah, hidropinik, kantin sehat, kolam ikan, sarpras, biopori, TOS, file pendukung dalam bentuk foto atau vidio, bermitra dan aksi lingkungan.
Komponen Adiwiyata Kebijakan Berwawasan Lingkungan 1. Membuat pengembangan kurikulum sekolah berbasis lingkungan dan kearifan lokal 2.
Merevisi Visi Misi sekolah terintegrasi lingkungan dan kearifan lokal 3. Mengembangkan Silabus dan
RPP terintegrasi lingkungan dan kearifan lokal. 4.
Minimal 20% anggaran sekolah dapat digunakan untuk kegiatan sekolah adiwiyata. 5. Bermitra dengan orangtua dan instansi lainnya. 6. Seluruh warga sekolah harus berkarakter dan berbudaya lingkungan.
Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan 1. Membuat kegiatan aksi lingkungan dan mengenalkannya melalui media, majalah dinding, atau web sekolah. 2. Membuat karya berupa puisi dan membuat slogan. 3. Membuat karya daur ulang.
Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
taman, pembuatan tanaman obat keluarga (toga), hutan sekolah, pembibitan pohon, kolam ikan dan juga pengomposan sampah. Siswa melakukan inovasi dan kreativitas dalam kegiatan ekstrakurikuler. seperti Pramuka, PMR, Karya Ilmiah Remaja, Dokter Kecil, dan mengikuti lomba antar kelas dan sekolah dengan tema lingkungan hidup.
Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan Pemanfaatan kembali kertas atau daur ulang adalah salah satu upaya mendukung ramah lingkungan di sekolah. Sekolah harus menyediakan
ruang terbuka hijau (RTH), pengolahan air limbah, drainase yang baik, pengolahan air bersih, penyediaan tempat sampah terpisah (pengomposan). Memiliki kantin sekolah yang bersih dan tidak menjual makanan dengan pembungkus plastik, menggunakan bahan pengawet dan pewarna. Digunakan sebagai media atau tempat pembelajaran.
Kegiatan Kebijakan Berwawasan Lingkungan dalam pembelajaran di luar kelas.