BAB II TINJAUAN PUSTAKA
D. Program Tindak Lanjut Penilaian berbasis kelas
Perubahan tingkah laku siswa sebagaimana diuraikan sebelumnya adalah hakekat tujuan pembelajaran. Namun yang harus diketahui adalah perubahan tingkah laku tersebut tejadi karena adanya usaha individu siswa yang bersangkutan. Peranan guru dalam hal ini sebagai penyedia sarana belajar yang diatur sedemikian rupa agar mempunyai pengaruh yang membantu tercapainya kompetensi secara optimal dalam proses belajar mengajar. Kecuali itu, guru adalah pemberi informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya dan cara-cara bagaimana belajar.
Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa tujuan utama dan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah agar murid dapat menguasai bahan-bahan belajar sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu guru melakukan berbagai upaya mulai dari penyusunan rencana pembelajaran, penggunaan strategi belajar yang relevan, sampai dengan pelaksanaan penilaian dan umpan balik.
Uraian di atas menunjukkan bahwa penguasaan bahan-bahan belajar adalah tujuan utama kegiatan belajar mengajar, namun pada kenyataannya menunjukkan bahwa setelah kegiatan belajar mengajar berakhir masih saja ada siswa yang tidak menguasai materi pelajaran dengan baik sebagaimana tercermin dalam nilai atau hasil belajar lebih rendah dari kebanyakan siswa sekelasnya. Maka disinilah biasanya muncul masalah-masalah belajar.
1. Masalah-masalah belajar
Abdul Majid (2008 : 226-227) menggolongkan masalah-masalah belajar tersebut ke dalam tujuh golongan yaitu:
a. Sangat cepat dalam belajar, yaitu murid-murid yang tampaknya memiliki bakat akademik yang cukup tinggi, memiliki IQ 130 atau lebih, dan memerlukan tugas-tugas khusus yang terencana.
b. Keterampilan akademik, yaitu murid-murid yang tampaknya memiliki intelegensia normal tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara baik.
c. Lambat belajar, yaitu murid-murid yang tampaknya memliki kemampuan yang kurang memadai. Mereka memiliki IQ sekitar 70- 90 sehingga perlu dipertimbangkanuntuk mendapatkan bantuan khusus.
d. Penempatan kelas, yaitu murid-murid yang umur, kemampuan, ukuran dan minat-minat sosial untuk kelas yang ditempatinya.
e. Kurang motif dalam belajar, yaitu murid-murid yang kurang semangat dalam belajar mereka tampak jera dan malas.
f. Sikap dan kebiasaan buruk, yaitu murid-murid yang kegiatan atau perbuatan belajarnya berlawanan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya, seperti suka marah, menunda-nunda tugas, belajar pada saat akan ujian saja.
g. Kehadiran di Madrasah, yaitu murid-murid yang sering tidak hadir atau menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kehilangan sebagaian besar kegiatan belajarnya.
Uraian di atas menggambarkan tentang adanya masaalah-masaalah belajar yang sering kali dialami oleh siswa pada umumnya yang ditentukan
dalam penilaian berbasis kelas dan membutuhkan adanya tindak lanjut dari guru dalam rangka membantu siswa menyelesaikan masalah belajarnya.
Muhibbin Syah (2009 : 184-185) mengemukakan secara lebih spesifik tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar sebagai berikut:
a. Faktor internal siswa meliputi gangguan atau kekurang mampuan psikofisik siswa yaitu:
1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta) antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa
2) Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap
3) Yang bersifat psikomotorik (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga)
b. Faktor eksternal siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa meliputi:
1) Lingkungan keluarga
2) Lingkungan perkampungan atau masyarakat 3) Lingkungan sekolah
Uraian di atas menunjukkan bahwa kesulitan belajar yang dialami oleh siswa bersifat internal yang berasal dari siswa itu sendiri, dan bisa juga bersifat eksternal yang berasal dari luar diri siswa tersebut. Kedua-duanya menjadi faktor penyebab siswa mengalami masalah kesulitan dalam belajar,
dan oleh karena itu dibutuhkan suatu bantuan dari guru yang diformat melalui program tindak lanjut.
2. Membantu siswa mengatasi masalah belajar
Siswa yang mengalami masalah belajar berdasarkan penilaian berbasis kelas perlu mendapatkan bantuan agar masalahnya tidak berlarut- larut yang nantinya dapat mempengaruhi proses perkembangan siswa.
Sunaryo Kartadinata (1999 : 73-76) mengemukakan beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk membantu siswa mengatasi masalah belajarnya sebagai berikut:
a. Pengajaran perbaikan, yaitu suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan pengajaran yang membuat menjadi baik. Pengajaran perbaikan dapat dilakukan kepada seseorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah belajar dengan maksud memperbaiki kesalahan dalam proses belajar dan hasil belajar mereka.
b. Kegiatan pengayaan, yaitu suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam belajar dengan cara memberikan tugas-tugas tambahan yang terencana.
c. Peningkatan motivasi belajar yaitu guru dan staf sekolah lainnya berkewajiban membantu siswa meningkatkan motivasinya dalam belajar dengan cara memperjelas tujuan-tujuan belajar, menyesuaikan pengajaran dengan bakat dan minat siswa, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, memberikan hadiah dan hukuman yang bersifat
mendidik, menciptakan hubungan harmonis timbal balik guru dan murid atau murid dan murid, menghindari tekanan, melengkapi sumber dan peralatan belajar serta mempelajari hasil belajar yang diperoleh.
d. Meningkatkan keterampilan belajar yaitu dengan cara membuat catatan waktu guru mengajar, membuat ringkasan dari bahan yang dibaca dan mengerjakan latihan-latihan soal.
e. Pengembangan sikap dam kebiasaan belajar yang baik yaitu dalam hal:
1) Menemukan motif-motif yang tepat dalam belajar 2) Memelihara kondisi kesehatan yang baik
3) Mengatur waktu belajar baik di sekolah maupun di rumah 4) Memilih tempat belajar yang baik
5) Belajar dengan menggunakan sumber belajar yang baik 6) Membaca secara baik dan sesuai dengan kebutuhan
7) Tidak segan-segan bertanya untuk hal yang tidak diketahui.
Uraian di atas menunjukkan bahwa dalam membantu siswa mengatasi masalah belajar yang dihadapinya guru hendaknya selalu proaktif melakukan inovasi-inovasi baru guna membangkitkan motivasi siswa yang sedang rapuh dengan berbagai masalah belajar yang dihadapinya.