BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.8 Sistem Proses
3.8.8 Laboratorium
3.8.8.3 Prosedur Analisa
3.8.8.3.1 Laboratorium Evaluasi Crude Oil
• Penelitian
Penelitian yang dilakukan dapat berdasarkan permintaan dari bagian lain atau dari internal koordinasi ketiga laboratorium diatas
• Pengembangan Metode dan Keahlian
Pengembangan metode dilakukan untuk mengikuti perkembangan teknologi yang makin maju agar tidak tertinggal. Dalam praktiknya, metode dan alat tidak terlepas dari manusia yang mengoperasikan, sehingga pengembangan metode yang tidak diikuti oleh pengenmbangan sumber daya manusia tidak akan banyak berguna.
• Perawatan
Perawatan ini bertugas untuk merawat dan memperbaiki instrument yang ada di laboratorium
• Evaluasi Crude
Evaluasi crude dilakukan terhadap crude yang belum pernah diolah di Kilang Balikpapan dan crude yang lama tapi menunjukkan perubahan spesifikasi.
• Pemeriksaan Angka Oktan
Pemeriksaan angka oktan dilakukan setiap hari dengan menggunakan metode ASTM D-2700-80 yang menggunakan knock characteristic Machine standart ASTM. Prosedur yang digunakan adalah Bracketing Procedure, yaitu dengan perbandingan kompresi knock meter sampel dan standar konstan.
• Pemeriksaan Angka Cetane
Kualitas penyalaan dari sampel minyak diesel, yaitu karakteristik ketukannya dibandingkan dengan kualitas penyalaan minyak diesel standar ASTM yang diketahui CN-nya.
Laporan Magang Industri
PT. Kilang Pertamina Internasional RU V Balikpapan 01 Mei - 30 Juni
167 3.8.8.3.2 Laboratorium Produk Cair
Laboratorium ini bertugas memeriksa sifat-sifat fisis bahan baku, produk setengah jadi dan produk akhir yang fasenya adalah cair. Misalnya bensin, avtur, kerosene, lilin, fuel oil, dan LSWR pada saat dihasilkan di tangka penyimpanan dan saat di kapal. Pemeriksaan sampel dari dalam kilang dilakukan tiap 8 jam sekali dan sehari sekali pada kapal, agar terjamin bahwa bahan yang diterima dan dikirim benar-benar memenuhi spesifikasi yang diharapkan.
Sifat atau karakteristik yang diperiksa adalah:
a. Specific Gravity ASTM D-1298
Spesific grafity adalah suatu perbandingan berat dari sejumlah volume tertentu suatu zat terhadap berat dari volume yang sama dari air pada suhu tertentu. Pengukurannya dilakukan dengan alat Open Hidrometer.
b. Reid Vapour Pressure (ASTM D 323-79)
RVP diukur dengan manometer yang dirangkai pada 2 buah tabung silinder.
Susunannya adalah tabung 1 sebagai ruang sample, 2 sebagai ruang udara dan ujungnya manometer untuk mengukur tekanannya.
c. Distilasi ASTM (ASTM C 86-79)
Tujuan dari distilasi ASTM ini adalah untuk mengetahui trayek titik didih dari beberapa produk minyak.
d. Titik nyala/Flash Point (ASTM D 9278 dan D 93-80)
Penentuan titik nyala dolakukan dengan alat Pensky Martens Close Up.
e. Analisa warna/Colour (ASTM D 156-64 dan D 1500-64)
Tujuan dari Analisa warna ini adalah untuk mengetahui warna secara visual dari produk minyak.
f. Pemeriksaan viskositas (ASTM D 455-79)
Penentuan harga viskositas produk minyak dilakukan dengan memasukkan sample ke dalam pipa lapiler sampai batas tertentu, sesudah 30 menit, viskositas diukur.
g. Copper Strip Corrosion (ASTM D 130-80 dan D 1838-74)
Tujuan uji ini adalah untuk mengetahui tingkat korosivitas produk minyak.
h. Titik Asap/Smoke Point (IP 57/55)
Tujuan test ini adalah untuk menentukan nyala api tertinggi yang tidak menimbulkan asap.
Laporan Magang Industri
PT. Kilang Pertamina Internasional RU V Balikpapan 01 Mei - 30 Juni
168 i. Conradson Carbon Residue (ASTM 189-76)
Pengukuran ini untuk mengetahui berapa jumlah residu tak terdistilasi dari crude oil.
Pengukurannya dengan jalan distilasi destruktif/dibakar yang ditempatkan dalam sebuah krus porselin.
j. Titik tuang/Pour Point (ASTM D 97-66)
Tujuan pengukuran ini adalah untuk mengetahui temperature terendah dimana minyak masih mengalir apabila didinginkan pada kondisi tertentu.
k. Melting Point of Petroleum Wax (ASTM D 87-88)
Test ini untuk mengetahui titik leleh dari petroleum wax, dimana sample dimasukkan ke dalam wadah dan dipanasi dalam water bath.
l. Oil Content of Petroleum Wax (ASTM D 87-88)
Test ini untuk mengetahui kandungan minyak dalam produk lilin.
m. Base Sediment & Water (ASTM D 721-68)
Tujuan dari analisa ini adalah untuk mengetahui kandungan air, sedimen dan minyak.
n. Anniline Point (ASTM D-611)
Merupakan temperature terendah dimana sample minyak dan anilin bercampur sempurna.
o. Pemeriksaan kadar air/Water Content (ASTM D-95)
Kandungan air dalam crude oil dapat ditentukan dengan jalan penyulingan memakai zat pelarut yang tidak bercampur dengan air.
p. Doctor Test (ASTM D 484)
Test ini untuk mengetahui kandungan H2S dan mercaptan sebagai faktor pengarat.
3.8.8.3.3 Laboratorium Produk Gas
Tugas dari laboratorium ini adalah memeriksa bahan baku, produk tengah yang digunakan dalam proses dan produk akhir fase gas, serta pengujian bahan kimia baru yang akan diterima oleh PT. Pertamina. Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui komposisi gas (secara kimia), sifat fisis yang diuji hanya specific gravity dan RVP saja.
Laporan Magang Industri
PT. Kilang Pertamina Internasional RU V Balikpapan 01 Mei - 30 Juni
169 a. Komposisi LPG (ASTM D 2163-77)
Komposisi LPG diperiksa setiap hari dengan Gas Chromatography. LPG dipisahkan secara fisik dengan chromatogram 4 kolom. Chromatography Gas ini bekerja dengan sistem computer, kondisi sudah diset sesuai dengan kemampuan alat.
b. Komposisi Natural Gas (ASTM D 1945-64)
Komposisi natural gas biasanya diperiksa setiap satu bulan sekali, atau jika ada permintaan khusus dari bagian lain. Alat dan cara kerja dari pemeriksaan gas sama dengan pemeriksaan komposisi pada LPG. Beda hanya pada jumlah kolom yang digunakan.
c. Cooper Strip Corrotion (ASTM D 1838-74)
Pengujian Cooper Strip Corrotion pada gas dilakukan sama dengan yang dilakukan pada fase cair (ASTM D 130-80), hanya fase gas harus diubah dulu menjadi fase cair.
d. Kadar CO2 dan CO
Pengujian ini menggunakan alat Dragerwerk, yaitu semacam pipet berskala yang didalamnya terdapat susunan absorben. Sampel gas dihisap ke dalam kotak sample, pipet pengukur ujungnya dipecah terlebih dahulu, lalu ujungnya dimasukkan ke dalam kotak.
Katup yang menghubungkan gas dan pipet dibuka sehingga gas dapat diserap oleh pipet absorben. Perubahan warna yang terjadi dan skala diamati.
e. Specific Gravity (ASTM D-1298)
Pengujian ini menggunakan Spesific Gravity Shilling dengan Closed Hydrometer.
Cara pemeriksaan sama dengan pada fase cair, hanya LPG perlu diubah fasenya menjadi cair, maka digunakan alat yang tertutup.
Laporan Magang Industri
PT. Kilang Pertamina Internasional RU V Balikpapan 01 Mei - 30 Juni
170
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Sejarah pendirian Pertamina RU V Balikpapan yaitu berawal dari peristiwa pengeboran minyak untuk yang pertama kali oleh Pemerintah Hindia Belanda pada 10 Februari 1897. Sumur minyak tersebut terletak di Sanga-Sanga.
Kemudian ditemukan sumber-sumber minyak lain. Penemuan tersebut mendorong dibangunnya kilang minyak mentah, yaitu Kilang Balikpapan I dengan kapasitas (60 MBSD) dan Kilang Balikpapan II (200 MBSD).
2. Secara umum uraian proses dari PT. Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit V adalah Minyak mentah dari berbagai sumber yang dicampur (blending) diumpankan ke dalam kolom pemisahan atmosferik/ CDU. Didalam CDU terjadi pemisahan komponen-komponen penyusun minyak mentah berdasarkan perbedaan titik didih. Produk CDU adalah gas, naphta, kerosin, gas oil, serta long residu. Gas diolah menjadi LPG di dalam LPG Plant. Naphta diolah lebih lanjut di dalam unit Hydrotreater dan Platformer. Pada unit Hydrotreater terjadi reaksi hidrogenasi untuk menghilangkan sulfur, nitrogen, oksigen, serta logam.
Kemudian naphta diolah dalam unit Platformer untuk meningkatkan bilangan oktan, melalui reaksi reformasi katalitk. Reformat selanjutnya di-blending dengan light naphta, dan ditambahkan High Octane Mogas Component (HOMC) untuk menghasilkan produk pertalite dan pertamax dengan bilangan oktan minimum 90 dan 92. Long residu yang dihasilkan selanjutnya diolah dalam unit distilasi vakum/ HVU yang bertekanan 30-50 mmHg. Produk HVU berupa LVGO, HVGO serta residu. HVGO selanjutnya diolah dalam unit Hydrocracking Complex (HCC) sehingga menghasilkan fraksi ringan berupa LPG, naphta, kerosin, serta solar. Pada Flare Gas Recovery System dihasilkan produk recovered fuel gas dan recovered LPG dari umpan off gas paling dominan berasal dari (CDU) IV di kilang Balikpapan II. Hydrogen Recovery System menggunakan teknologi membran dalam proses pemisahan gas hydrogen dari LPG off gas. Gas hydrogen yang diperoleh kembali dengan kemurnian 98% mol dapat digunakan sebagai make up gas hydrogen untuk kebutuhan proses di HCC.
3. PT. Kilang Pertamina Internasional RU V menghasilkan produk-produk sebagai
Laporan Magang Industri
PT. Kilang Pertamina Internasional RU V Balikpapan 01 Mei - 30 Juni
171 berikut:
a. Produk BBM : Pertalite, Kerosene, ADO,
b. Produk NON-BBM : LPG (gas), Full Range Naptha, LAWS, SF-05, NBF Patra SK, LSWR, dan LSFO V1250.
c. Bahan Bakar Khusus (BBK) : Pertamax, Avtur, Pertadex 50 ppm, MGO LS, MDF, dan MFO LS.
4. Penyaluran produk hasil pengolahan RU V didistribusikan ke kawasan Indonesia bagian Timur dan beberapa produk disalurkan ke Indonesia bagian Barat dan diekspor.
5. PT. Kilang Pertamina Internasional RU V berkomitmen untuk senantiasa meningkatkan serta mengeliminasi dan meminimasi dampak negatif terhadap aspek QHSSE.
4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan setelah melakukan praktik kerja lapangan ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Mahasiswa:
- Mahasiswa hendaknya melaksanakan kegiatan KP (Kerja Praktik) dengan sungguh-sungguh dan menggunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya.
- Selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan hendaknya mahasiswa dapat menjaga nama baik Politeknik Negeri Samarinda dan Instansi tempat mahasiswa melaksanakan Praktik Kerja Lapangan.
b. Bagi Institusi Pendidikan
- Menjalin kerjasama antara Institusi Pendidikan dan Perusahaan agar kedepannya bisa saling mempercayai.