• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur pemuatan kendaraan di atas kapal

TINJAUAN PUSTAKA

B. LANDASAN TEORI

11. Prosedur pemuatan kendaraan di atas kapal

Kapal ferry Ro-Ro memiliki prosedur tersendiri terkait dengan bongkar muat kendaraan. Untuk menunjang keselamatan pelayaran, setiap perusahaan wajib menjalankan SOP sistem pemuatan kendaraan di atas kapal sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Berikut merupakan peraturan resmi yang dikeluarkan oleh Menteri perhubungan terkait dengan pengangkutan kendaraan di atas kapal:

a. Peraturan Menteri perhubungan nomor PM 30 tahun 2016

Pengikatan (lashing) dan pengamanan kendaraan di atas kapal ferry Ro-Ro sangatlah penting dilakukan. Mengingat lashing tersebut menjadi kewajiban dan harus dilakukan pada saat proses pemuatan kendaraan di atas kapal. Kapal angkutan penyeberangan wajib menyediakan alat pengikat kendaraan (lashing) dan klem roda kendaraan sesuai dengan dengan peraturan Menteri Perhubungan Nomor 30 tahun 2016 tentang

“Kewajiban Pengikatan Kendaraan Pada Kapal Angkutan Penyeberangan.

Sesuai ketentuan dalam peraturan ini ditetapkan bahwa:

1) Kendaraan yang wajib diikat (lashing) adalah yang ditempatkan di bagian Haluan, bagian tengah (midship), dan bagian buritan geladak kendaraan

2) Kendaraan yang berada di antaranya tidak wajib dilashing namun hanya dilakukan klem roda

3) Jarak maksimal antar kendaraan depan belakang adalah 30 cm dan kiri kanan adalah 60 cm.

4) Untuk kendaraan yang sisi sampingnya bersebelahan dengan dinding kapal, berjarak 60 cm dihitung dari lapisan dinding dalam atau sisi luar gading-gading (frame)

b. Peraturan Menteri perhubungan nomor PM 115 tahun 2016

Kekurangan aturan sebelumnya yang diduga kurang spesifik berkaitan dengan pengangkutan kendaraan di atas kapal. Pemerintah mengeluarkan aturan baru yaitu Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 115 tahun 2016 tentang “Tata Cara Pengangkutan Kendaraan Di atas Kapal”. Peraturan Menteri ini merupakan pedoman untuk melakukan pengikatan (lashing) termasuk penimbangan kendaraan beserta muatannya, alat pengikat dan tata cara pengikatan pada saat kapal berlayar dalam kondisi laut dan cuaca yang baik maupun buruk serta kondisi lainnya yang dapat mengganggu stabilitas kapal.

Aturan ini berlaku pada kapal yang mengangkut kendaraan darat baik untuk perjalanan dekat tanpa ada tempat berlindung (ditengah perjalann) termasuk Landing Ship Tank (LST) maupun Landing Craft Tank (LCT) yang digunakan untuk mengangkut kendaraan darat; kapal yang akan mengangkut kendaraan darat dengan berat antara 3,5 ton sampai dengan 40 ton; kapal yang mengangkut kereta dengan maksimum berat total dalam satu unit tidak lebih dari 45 ton. Isi dari peraturan tersebut antara lain:

1) Penimbangan

a) Setiap Pelabuhan yang digunakan untuk mengangkut kendaraan dengan menggunakan kapal harus menyiapkan alat timbang

kendaraan di area Pelabuhan untuk menimbang kendaraan sebelum diangkut di atas kapal.

b) Setiap kendaraan yang akan diangkut di atas kapal wajib dilengkapi informasi mengenai jenis dan berat muatan.

c) Penempatan kendaraan di atas kapal dilakukan sesuai dengan rencana pemuatan yang telah dibuat.

d) Apabila kapal yang tersedia tidak memiliki kekuatan geladak yang sesuai, maka kendaraan tersebut harus dipisahkan dan menunggu kapal dengan kekuatan geladak yang sesuai.

e) Perusahaan angkutan di perairan bertanggung jawab terhadap keselamatan dan keamanan kendaraan beserta penumpang juga barang yang diangkutnya.

f) Perusahaan angkutan di perairan harus memastikan bahwa kapalnya telah mendapatkan informasi berat muatan kendaraan beserta muatannya sebelum pemuatan dimulai.

2) Alat pengikat (lashing gear)

Beberapa jenis alat pengikat yang dapat digunakan sebagai berikut:

a) Tali pengikat kendaraan (rope automatic tiedown)

b) Sling pengikat dengan kunci bergigi (ratchet strap assembly) c) Rantai dengan penguat/pengencangnya (chain with turnbuckle).

Jenis peralatan pengikat memiliki persyaratan sebagai berikut:

a) Berupa rantai atau alat lain yang terbuat dari baja atau material lain yang memiliki kekuatan dan karakter kelenturan (elongation) yang sama

b) Kekuatan alat pengikat tanpa terjadinya deformasi permanen tidak boleh kurang dari 120 KN

c) Alat pengikat harus dapat disangkutkan ke securing point menggunakan hook ataupun alat lainnya yang sesuai

d) Sudut antara alat pengikat dengan bidang alas (geladak) mendatar antara 20̊ s.d 60̊

Setiap kapal yang mengangkut kendaraan darat harus memiliki titik tempat mengikat dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Jarak membujur antara titik tempat mengikat maksimal 2,5 meter

b) Jarak melintang antara titik tempat mengikat antara 2,8 s.d 3,0 meter

c) Memiliki kekuatan tanpa kerusakan permanen sampai dengan 120 KN.

Ketersediaan alat pengikat muatan kendaraan yang wajib ada di atas kapal:

a) Setiap kapal wajib menyediakan alat pengikat muatan yang cukup di atas kapal

b) Alat pengikat harus sesuai dengan kondisi kapal dan jumlah serta ukuran muatan kendaraan yang akan diangkut

c) Informasi tentang kekuatan dan instruksi cara penggunaan dan perawatannya untuk setiap jenis alat pengikatan secara spesifik harus tersedia pada panduan yang dimiliki di atas kapal.

3) Syarat pemuatan kendaraan di atas kapal:

a) Ruang muat harus bersih dari ceceran minyak dan gemuk (grease)

b) Kapal harus memiliki perlengkapan pengikat yang sesuai untuk muatan yang akan diangkut dan dengan jumlah yang cukup c) Unit muatan kendaraan harus memiliki dokumen yang

memberikan informasi berat keseluruhan unit muatan kendaraan termasuk informasi tindakan perawatan khusus yang harus dilakukan selama perjalanan di laut.

4) Pengaturan dan penanganan muatan kendaraan:

a) Kendaraan harus ditempatkan memanjang (membujur) searah haluan atau buritan kapal dan tidak boleh melintang kapal b) Ruang penempatan kendaraan harus steril dari adanya

penumpang selama pelayaran

c) Jarak kendaraan dengan dinding kapal harus sedemikian rupa sehingga tidak boleh menutupi kran atau katup pemadam kebakaran dan akses jalan orang

d) Jarak antara salah satu sisi kendaraan sekurang-kurangnya 60 cm

e) Jarak antara muka dan belakang masing-masing kendaraan 30 cm

f) Untuk kendaraan yang sisi sampingnya bersebelahan dengan dinding kapal, berjarak 60 cm dihitung dari lapisan dinding dalam atau sisi luar gading-gading.

g) Mesin kendaraan harus dimatikan, porseneling dan rem tangan harus diaktifkan serta semua kendaraan harus diikat (lashing) dengan alat lashing yang sesuai dengan jarak dan kondisi cuaca pelayaran serta roda kendaraan harus diganjal

5) Tata cara pengikatan

Pengikatan kendaraan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a) Kendaraan yang berat keseluruhannya antara 3,5 ton sampai dengan 20 ton, harus menggunakan sekurang-kurangnya 2 alat pengikat (lashing gear) dengan beban kerja yang aman (safe working load) yang sesuai pada masing-masing sisi kendaraan b) Kendaraan yang berat keseluruhannya antara 20 ton sampai

dengan 30 ton harus menggunakan sekurang-kurangnya 3 alat pengikat (lashing gear) dengan beban kerja yang aman (safety working load) yang sesuai pada masing-masing sisi kendaraan c) Kendaraan yang berat keseluruhannya antara 30 ton sampai

dengan 40 ton harus menggunakan sekurang-kurangnya 4 alat pengikat (lashing gear) dengan beban kerja yang aman (safety working load) yang sesuai pada masing-masing sisi kendaraan d) Alat pengikat (lashing gear) wajib memenuhi standar nasional

Indonesia.

e) Setiap kendaraan yang berada di bagian haluan, bagian buritan dan bagian tengah kapal wajib dilakukan pengikatan selama pelayaran

f) Kendaraan yang tidak dilakukan pengikatan wajib dilakukan klem pada roda kendaraan

12. Pengaturan dan pengamanan muatan (cargo securing arrangements)

Dokumen terkait