BAB I PENDAHULUAN
G. Metode Penelitian
5. Prosedur Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara- cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. 44Data adalah informasi yang diterimanya tentang suatu kenyataan atau fenomena empiris, wujudnya dapat merupakan seperangkat ukuran berupa angka- angka untuk penelitian kuantitatif, dan berupa ungkapan kata- kata untuk penelitian kualitatif.45Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif antara lain :
a. Metode observasi
Observasi ialah metode pengumpulan data secara sistematis melalui pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena yang diteliti.46Tekhnik ini menuntut adanya pengamatan dari peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian.Instrument yang digunakan yaitu lembar pengamatan/ lembar observasi.47Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka observasi yang digunakan adalah observasi berperan serta (participant observation), yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan sehari- hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Dengan kata lain, peneliti ikut
44 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pendidikan.(Jakarta: PT Rineka Cipta. 2009). h . 100
45 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta : PT Kencana Prenada Media Group.
2011). h. 137
46 Bisri Mustofa, Metode Menulis Skripsi dan Tesis, (Yogyakarta:Optimus), h. 56.
47Ibid., h. 140.
melakuakan apa yang dikerjakan oleh sumber data. Dengan observasi pertisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak48. Jadi untuk memperoleh data yang akurat tentang langkah- langkah guru dalam mendesain pembelajaran matematika melalui observasi ini peneliti terlibat langsung dalam kelas ketika proses belajar matematika siswa- siswi di MI Darul Qur’an Bengkel Labu Api Lombok Barat. Disamping itu metode ini juga digunakan untuk mengamati berbagai fenomena atau gejala yang ada. Baik dengan kondisi fisik maupun dengan gejala sesuatu yang terkait dan mendukung jalannya kegiatan belajar mengajar serta untuk menguatkan kebenaran informasi yang diperoleh dari sumber data yang lain.
b. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan yang diwawancarai. Wawancara adalah percakapan langsung atau tatap muka (face to face) dengan maksud tertentu.49 Jadi wawancara adalah pengumpulan data dengan cara percakapan langsung (dialog) dengan informan.
48Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: ALFABETA, 2013), hlm. 145.
49 Sugiyono, Metode Penelitian… hlm.178
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik wawancara semi terstruktur karena bersifat lebih bebas. Di mana peneliti lebih leluasa untuk menggali informasi yang hendak dicari. Selain itu, alasan peneliti memilih wawancara semi terstruktur sebagai cara untuk mengumpulkan data karena peneliti yakin dalam hal jawaban informan bisa melahirkan pertanyaan baru atau sifatnya terus berkembang sehingga memunculkan pertanyaan baru lagi yang berhubungan dengan penelitian tersebut.
Adapun yang akan diwawancarai adalah guru kelas II MI darul qur’an bengkel sebagai variabel pertama, guru lain yang pernah berpengalaman dalam mnegajar dikelas II dan kepala sekolah untuk melengkapi data yang diperlukan.
c. Dokumentasi
Menurut Arikunto dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal- halatau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.50Dokumen juga diartikan sebagai catatan peristiwa yang sudah berlalu. Metode dokumentasi digunakan untuk menghimpun data yang telah didokumentasikan di Mi Darul Qur’an Bengkel, yang mana dari data tersebut dapat diperoleh data- tada yang akurat yang berhubungan dengan
50Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian, hlm. 231.
tema penelitian ini. Data tersebut antara lain sejarah berdirinya Mi Darul Qur’an Bengkel, kondisi guru, karyawan dan peserta didik, struktur organisasi serta vasilitas sekolah yang didokumentasikan.
Adapun data yang dikumpulkan dalam metode dokumentasi ini adalah sebagai berikut:
1) Sejarah singkat berdirinya MI Darul Qur’an bengkel 2) Data keadaan siswa MI Darul Qur’an bengkel 3) Silabus dan Rpp Guru MI Darul Qu’an bengkel 4) Daftar saran dan prasarana MI Darul Qur’an bengkel 5) Daftar keadaan guru dan pegawai MI Darul Qur’an bengkel 6) Struktur organisasi MI Darul Qur’an bengkel
6. Teknik analisis data
Dalam hal analisa data ini peneliti menggunakan data kualitatif yaitu kegiatan menganalisa data berupa bahan yang dipeoleh dari penelitian dan informasi yang diberikan oleh informan kemudian membahas dan menguraikannya dari hal-hal yang bersifat khusus kemudian menarik suatu kesimpulan secara umum (secara induktif) yaitu dari khusus ke umum.
Menurut sugiono ada tiga langkah dalam analisis data antara lain: (1) Reduksi Data, (2) Penyajian Data, (3) Verifikasi Data51.
51Sugiyono, Metode Penelitian Kuanlitatif, Kualitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta , 2009), hlm. 247
Dalam penelitian ini digunakan model analisis interaktif (interactive analysis models) menurut Miles dan Huberman. Dalam model ini ada beberapa tahapan yang dilakukan, yakni :
a. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan pokoknya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. Dalam mereduksi data, peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama penelitian kualitatif adalah pada temuan. Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan yang tinggi.
b. Penyajian Data (Display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah mendisplaykan data.Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar kategori, dan selanjutnya.
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Selanjutnya dalam melakukan display data peneliti menggunakan teks yang naratif. Selain itu juga dapat berupa grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart.
c. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali dilapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awam, mungkin juga tidak karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam rumusan kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.
Jadi dapat disimpulakan bahwa dengan kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan
bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.
7. Keabsahan Data
Agar data-data yang diperoleh menjadi lebih absah dan valid.Maka perlu peneliti mengenai kreabilitasinya. Berikut ini beberapa teknik pemeriksaan data yang perlu dilakukan peneliti:
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Sebagaimana sudah dikemukakan bahwa peneliti sendiri menjadi instrumen utama, maka keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data, keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian.
b. Ketekunan/ Keajegan Pengamatan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan52. Pengujian kredibilitas dengan meningkatkan ketekunan ini dilakukan dengan cara peneliti membaca seluruh catatan hasil peneliti secara cermat sehingga dapat dilakukan kesalahan dan kekurangannya.
52Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 124
c. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan suatu pemikiran keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.
Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya53.
Triangulasi dalam pengujian kreadibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber, dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu. Pada penelitian ini yang digunakan adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik(metode).
a) Triangulasi sumber
Yang dimana triangulasi sumber bertujuan untuk menguji kreadibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh oleh peneliti melalui sumber data kemudian akan dianalisis sehingga menghasilkan suatu kesimpulan
b) triangulasi teknik
triangulasi teknik bertujuan untuk menguji kreadibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
53Ibid.,h. 125.
H. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dan pembahasan secara menyeluruh tentang penelitian ini, maka dalam proposal skripsi disusun menjadi empat bab yaitu:
Bab I : Pendahuluan yang meliputi (a) Konteks Penelitian (b) Fokus Penelitian (c) Tujuan dan Manfaat (d) Ruang Lingkup dan Setting Penelitian (e) Telaah Pustaka (f) Kerangka Teori (g) Metode Penelitian (h) Sistematika Pembahasan.
Bab II : Paparan Data dan Temuan yang meliputi (a) Gambaran umum MI Darul Qur’an Bengkel (b) Langkah-langkah guru dalam mendesain pembelajaran matematika di kelas II MI Darul Qur’an Bengkel(c) faktor-faktor penghambat guru dalam mendesain pembelajaran
Bab III :Pembahasan yang mencakup penjelasan dari paparan data dan temuan.
Bab IV :Penutup meliputi (a) Kesimpulan (b) Saran.
38 BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN A. Temuan umum
1. Sejarah berdirinya MI Darul Qur’an Bengkel
MI Darul Qur’an Bengkel merupakan salah satu dibawah naungan Yayasan pondok pesantren Darul Qur’an Bengkel yang didirikan oleh Hadratus Syaikh Almarhum TGH.M. Shaleh Hambali. Yayasan perguruan Darul Qur’an wal Hadis dimulai pada tahun (1916-1968). Tahun kepulangan tuang guru bengkel mulai merintis pendirian yayasan perguruan Darul Qur’an berkaitan erat dengan realitas sosial masyarakat sasak pada waktu itu. Pemahaman awal tentang ajaran islam harus dimulai dengan mengenal dan mengetahui bagaimana al-Qur’an menuturkan tengan banyak hal. Al-Qur’an merupakan pedoman umat islam yang tidak akan lupuk ditelan masa. Masyarakat sasak pada waktu itu dan khususnya daerah bengkel masih menganut islam Wetu Telu. Gelapnya pemahaman masyarakat sasak tentang islam menjadikan Tuan Guru Bengkel mulai dan berangkat dari al-Qur’an sebagai penuntun dan penerang jalan menuju islam yang kaffah (universal)
Pondok pesantren yang dikatakan sebagai lembaga indegenues indonesia merupakan istilah yang mungkin dibuat pada beberapa abad setelah islam masuk ke Nusantara. Sementara, pemakaian istilah perguruan Darul Qur’an disini mungkin juga merupakan terjemah bebas dari al-
Mu’assasah at-Tarbawiyyah. Akan tetapi, antara pondok pesantren dan perguruan tidaklah berbeda dalam realitasnya, kalau dahulu dikenal dengan perguruan darul qur’an, maka sekarang dikenal dengan sebutan pondok pesantren Darul Qur’an.sebuah istilah berjalan dan berkembang sesuai zamannya.
Cikal bakal perguruan Darul Qur’an ini dimulai dari pengajian al- Qur’an yang dilaksanakan dirumahnya ataupun dimasjid Bengkel. Secara khusus, perguruan al-Qur,an bukan merupakan pesantren tahfizhul Qur’an, namun bukan tidak mungkin Tuan Guru Bengkel meminta santrinya yang sudah fasih dan lancar membaca al-Qur’an unruk menghafal al-Qur’an, seperti pesan gurunya, Syekh Hasan bin Syekh Sa’id al-Yamani. Terbukti dari adanya beberapa murid Tuan Guru Begkel yang hafal al-Qur’an 30 juz meskipun tidak banyak, seperti Ust. Anwar, TGH. Muhibullah, TGH.
Asy’ari Dasan Geres Lombok Barat, Ust. H. Fauzi, Guru Yusuf bonduduk Lombok Tengah, dan Ust. H. Husni Batujai.
Perguruan Darul Qur’an mempunyai nama lain yang tidak banyak orang mengenal dan menyebutnya, kecuali oleh para muridnya yang pernah belajar di Bengkel, yaitu madrasah Hidayatul ayhfal. Madrasah ini identik dengan kitab Tuan Guru Bengkel yang ia tulis berjudul “Hidayatul Athfal fi Tajwidi Kalamillahil Muta’ali” yang merupakan kitab tajwid. Boleh jadi dinamakan Madrasah Hidayatul athfal, karena memang pada madrasah ini yang diasuh adalah anak-anak kecil atau setingkat dengan Sekolah Dasar
atau Sekolah Rakyat. Akan tetapi, kemungkinan kedua ini snagatlah kecil, karena berdasarkan jadwal pelajaran yang memuat pelajaran tingkat menengah keatas, seperti nahwu, tafsir dan lainnya sehingga dapat dikatakan bahwa Madrasah Hidayatul Athfal merupakan nama keseluruhan dari sebuah lembaga pendidikan, juga merupakan cikal bakal dari berdirinya Perguruan Darul Qur’an. Tanggal dan tahun yang pasti mengenai penamaan dan pendirian kedua lembaga tersebut masih dalam tanda tanya. Akan tetapi, apabila dilihat dari perjalan sejarah Tuan Guru Bengkel, didapat perkiraan bahwa pelembagaan Darul Qur’an secara formal (dan memakai sistem klasikal) baru mulaim pada tahun 1950-an.
Hal ini ditandai dengan dibangunnya madarasah Mua’llimin Darul Qur’an pada tahun 1955 setelah lebih dari 30 tahun, ia mendidik santri dan masyarakat secara informal.
Sistem klasikal masa awal abad ke-20 masih merupakan suatu hal yang baru. Didirikannya bangunan madrasah mua’llimin Darul Qur’an pada 14 agustus 1955 bertepatan dengan tanggal 25 zulhijjah 1374 h merupakan angin baru bagi masyarakat lombok. Tergugahnya pikiran pikiran Tuan Guru Bengkel untuk menerima sistem klasikal merupakan tanda bahwa ia tidak kaku dalam beragama. Perlu ditegaskan bahwa pada tahun 1955 merupakan tahun selesai dibangunnya bangunan madrasah.
Delapan tahun kemudian setelah dibangun madrasah mua’llimin daru qu’an, dibangun pula madarsah daru hadis yang merupakan temapat
sekolah khusus bagi para wanita, tepatnya pada tnaggal 24 Rabi’ul awal 1383 bertepatan dengan tanggal 15 agustus 1963 Masehi. Perguruan darul qu’an ditinjau dari segi fisik jauh klah tertinggal dengan NW yang didikan oleh TGH. M. Zinuddin Abdul Madjid.
Tujuan yang ingin di capai atau visi dai perguruan Darul Qu’an sebagaimana tertera dalam tanda anggota donatur yayasan Perguruan Darul Qur’an dan berdasarkan anggaran dasarnya yang baru dibentuk 7 tahun sebelum Tuan Guru wafat, yaitu tepatnya pada tanggal 14 april 1961, adalah untuk mencetak generasi masa depan bangsa yang berakhlak mulia dengan berbekal pengetahuan agama islam menurut Mazhab ahlus sunnah wal jama’ah dan juga berwawasan luas dalam ilmu pengetahuan umum.54 2. Visi, misi, dan tujuan MI Daru Qur’an Bengkel
a. Visi
Berilmu, beriman, dan beakhlak b. Misi
a) Memberikan pengetahuan dasar pada siswa b) Meningkatkan prestasi dalam belajar c) Menggali potensi sesuai dengan bakat
d) Mengembangkan bakat siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler
54Muhammad Hatta, (Guru MI Darul Qur’an), wawancara, 2 Mei 2017
e) Menanamkan keyakinan yang islami, yang berhaluan ahlusunnah waljannah
f) Membentuk kepribadian siswa yang bertakwa dan berbudi luhur.55
3. Letak Geografis MI Darul Qur’an Bengkel
Secara geografis MI Darul Qur’an terletak di desa Bengkel dengan batas-batas sebagai berikut:
Adapun batas-batas MI Darul Qur’an Bengkel adalah sebagai berikut:
1. Sebelah barat : Perumahan Penduduk 2. Sebelah Timur : MA Darul Qur’an Bengkel 3. Sebelah utara : Perumahan Penduduk 4. Sebelah selatan : Masjid Jami’ Bengkel
Selama observasi yang dilakukan bahwa bentuk dan keadaan fisik madrasah dibangun dengan baik. MI Darul Qur’an Bengkel bersebelahan dengan MA Darul Qur’an Bengkel. Madrasah ini beralamat dijalan TGH.
Saleh Hambali Bengkel yang berdiri pada tahun 1953.56 4. Keadaan siswa MI Darul Qur’an Bengkel
Dalam proses belajar mengajar, siswa menduduki peran yang sangat penting karena dalam proses belajar mengajar siswa yang akan menjadi
55Dokumentasi, Visi Misi MI Darul Qur’an Bengkel, 18 Mei 2017
56Ruslan ,( Pegawai TU), MI Darul Qur’an, Wawancara, 18 Mei 2017
tolak ukur untuk berhasil tidaknya proses belajar mengajar. Oleh karenaitu, keberadaan dan peranan siswasangat penting diperlukan dalam prose pembelajaran. Siswa-siswi MI Darul Qur’an Bengkel sebagian besar berasal dari wilayah lingkungan setempat dan sebagian dari wilayah atau dusun lain yang berada dalam satu desa atau kecamatan.Adapun data dan jumlah siswa MI Darul Qur’an tahun pelajaran 2016/2017 berjumlah 232 siswa.57
5. Keadaan guru MI Darul Qur’an Bengkel
Guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, guru berkewajiban menjelaskan materi pelajaran membimbing dan mengarahkan pencapain tujuan pengajaran yang telah direncanakan, dalam hal ini dibutuhkan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugasnya. Guru MI Darul Qur’an Bengkel berjumlah 17 orang dan 2 orang Negeri.58
6. Keadaan sarana dan prasana MI Darul Qur’an Bengkel
Sebagai lembaga pendidikanuntuk dapat dan mampu mengakomodir berbagai tuntutan dan kebutuhan dunia pendidikan hendaknyadilengkapi dengan berbagai kebutuhan vital pelaksanaan pendidikan. Pelaksanaan proses edukasi akan dapat terarah, manakala semua sub dimensi pendidikan
57Dokumentasi, Daftar Nama Guru MI Darul Qur’an Bengkel, 18 Mei 2017
58Dokumentasi, Daftar Nama Guru MI Darul Qur’an Bengkel, 18 Mei 2017.
itu terpadu serta saling menunjang dalam pelaksanaan pendidikan itu dapat terlaksana sesuai target yang akan dicapai.
Kelengkapan sarana dan prasarana dalam lembaga pendidikan akan membantu keefektifan pelaksanaan dan konferhesif, artinya bahwa pembinaan siswa bukan hanya mengacu pada kurikulum atau dalam ruang kelas saja dengan menanamkan berbagai teori, akan tetapi juga dilaksanakan diluar rumusan kuruikulum yang berorientasi pengembangan potensi atau kualitas keilmuan siswa, dan dilakukan pembinaan dimaksud diluar secara kontinyu.
Sarana dan prasarana yang urgen untuk disediakan adalah terkait langsung dengan pelaksanaan pendidikan atau pengajaran dalam merealisir tujuan pengajaran. Sarana dan prasana yang ada di MI Darul Qur’an Bengkel meliputi:
a. Kantor
Ruang kepala sekolah MI Darul Qur’an Bengkel satu dengan ruang guru yang terletak disebelah barat kelas tiga dan empat ruang guru sebagai tempat mempersiapkan kegiatan pembelajaran dan kegiatan lain yang menunjang pelajaran. Ruang tersebut juga dilengkapi dengan 1 buah ruangan WC dan ruangan tempat solat.
b. Ruang tata usaha
Selain menjadi ruang kepala sekolah dan ruang guru, ruangan tersebut juga menjadi ruang TU, sebagai tempat untuk mempersiapkan dan
melayani administrasi sekolah.Sehingga segala tugas-tugas bagian tata usaha dalam membantu kelancaran belajar dan dapat dilaksanakan dengan baik.
c. Ruang kelas
1) Keadaan fisik sekolah
Sarana dan prasana yang tidak boleh dilupakan adalah ruang kelas sebagai tempat guru dan siswa dalam melansungkan proses belajar mengajar. Kelas yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar cukup baik.Setiap kelas tersebut dilengkapi dengan beberapa perlengkapan. Adapun perlengkapan yang dimaksud daalah: (a) Lemari, meja dan kursi guru. (b) Kursi dan meja siswa. (c) Papan tulis setiap kelas. (d). Absensi siswa. (e) Daftar komisaris siswa. (f) Daftar nama pelajaran dan (g) Mading.
2) Pengaturan kelas
Ruang kelas MI Darul Qur’an Bengkel ada 10 kelas, semua kelas dibagi menjadi 2 kecuali kelas I dan V.
3) Sarana dan prasana olaharaga
Untuk keperluan olahraga terdapat sebuah lapangan dengan ukuran 15x8 m.
4) Kantin
Kantin madrasah terletak disebelah selatan ruang kelas IIIA dan sebelah timur toilet.Kantin madrasah menyediakan nasi bungkus,
makanan ringan dan jajan khusus buat siswa-siswi MI Darul Qur’an Bengkel.
5) Toilet/ WC
Toilet siswa terdiri dari dua kamar, satu kamar untuk laki-laki dan satu kamar untuk perempuan dan terletak diselataan kantor dan sebelah barat kantin.59
7. Struktur organisasi MI Darul Qur’an Bengkel
Dalam sebuah lembaga pendidikan, struktur organisasi merupakan gambaran terorganisasinya pembagian tugas dalam lembaga atau organisasi tersebut. Begitupula dengan MI Darul Qur’an Bengkel telah disusun struktur organisasi dengan baik karena hal ini mutlak diperlukan untuk efektivitas dan efesien kerja dalam melengkapi tujuan pendidikan, dan untuk tercapainya tujuan pembelajaan yang ditetapkan.
B. Langkah-langkah Guru Dalam Mendesain Pembelajaran Matematika di Kelas II MI Darul Qur’an Bengkel
Kemampuan merupakankecakapan seseorang yang dinyatakan kompeten dalam bidang tertentu, maksudnya adalah orang yang mengusai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkutan. Sedangkan guru merupakan pendidik profesional yang bertugas membimbing, mengajar, mendidik, dan mengembangkan setiap anak baik dari segi inetektualnya, maupun karakteristiknya karena setiap anak merupakan
59Hj. Ramlah, (Kepala Sekolah), MI Darul Qur’an, Wawancara, 18 Mei 2017
insan yang harus dikembangkan kepribadiannya. Maka dari itu seorang guru harus merupakan pendidik yang sudah profesional yang di anggap mampu oleh lembaga pendidikan sehingga kedepannya tercipta anak-anak yang siap bersaing sesuai dengan kemajuan zaman.
Selain itu sebagai seorang guru juga harus melihat anak didik itu sendiri sebagai anak didik yang harus dikembangkan kemampuan berpikirnya, sehingga ada beberapa kompetensi yang harus dikuasai oleh guru itu sendiri yaitu: kompetensi pedagogis, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Dengan adanya kompetensi-kompetensi tersebut, maka kodrat seorang guru tidak sembarang orang dapat melakukannya.
Kaitannya dengan kompetensi guru tersebut maka yang harus diperhatikan dalam mendesain pembelajaran, guru harus memperhatikan anak didik itu sendiri dengan melihat kebutuhannya. Oleh karena itu guru harus memperhatikan kebutuhan peserta didik itu, maka dalam mendesain pembelajaran tidak dapat dilakukan dengan acak-acakan. Hal ini bertujuan pada pencapaian kompetensi pada anak didik itu sendiri yaitu berpikir kritis dan mampu menyelesaikan setiap masalah yang diberikan oleh guru dan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat keprofesionalan guru matematika dapat dilihat pada pelaksanaan dan keterlaksanaan kurikulum yang dipakai sesuai dengan tuntutan peserta didik.
Sebelum guru mulai mengajar yang harus dilihat adalah apa yang harus