BAB IV METODE PSIKOTERAPI BARAT
A. Psikoanalisa
Psikoanalisa merupakan aliran yang terpenting dalam psikoterapi. Ia memiliki sistem teorotik yang terkaya, komplek, dan alat klinis yang canggih.167 Aliran ini dipelopori oleh seorang dokter psikiatri yaitu Sigmund Freud pada tahun 1896. Menurut aliran ini, manusia pada dasarnya adalah pesimistik, deterministik, mekanistik dan reduksionistik.
Manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah, dan oleh peristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama dari kehidupan.168
Freud membagi struktur kepribadian ke dalam tiga komponen, yaitu id, ego dan super ego. Id merupakan komponen kepribadian yang primitif, instinktif (berusaha memenuhi kepuasan instink) dan rahim tempat ego dan super ego berkembang. Id berorientasi pada prinsip kesenangan (pleaasure principle) atau prinsip reduksi ketegangan. Ego adalah sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi kepada prinsip realitas (reality Principle). Peranan utama ego adalah sebagai mediator antara id dengan kondisi
167 Roger Horrocks, Foundations of Psychotherapy: an Introduction to Individual Therapy (New York: Palgrave Macmillan, 2005), 12.
168 Gerald Corey, Theory and Practice of Counselling and Psychotherapy (Belmont: Thompson Brooks/ Cole, 2009), 61. Pandangan bahwa manusia bersifat pesimistik terlihat dari pendapat Freud yang menyatakan bahwa pengalaman masa kecil sangat berpengaruh atau menentukan kepribadian masa dewasa sehingga manusia dipandang tidak berdaya untuk mengubah nasibnya sendiri. Pandangan bahwa manusia bersifat mekanistik dan reduksionistik terlihat pada pendapat Freud yang menyatakan bahwa kepribadian manusia terbentuk berdasarkan cara-cara yang ditempuh untuk mengatasi dorongan- dorongan seksualnya. Ini menunjukkan bahwa dorongan yang lain dari individu kurang diperhatikan.
60
lingkungan atau dunia luar yang diharapkan. Super ego merupakan komponen moral kepribadian yang terkait dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik buruk, benar dan salah.169
Masalah-masalah psikologis bagi Psikoanalisa berakar pada pengalaman-pengalaman awal masa kanak-kanak dan konflik-konflik tak sadar.170 Oleh karena itu tujuan dari terapi ini adalah untuk membentuk kembali struktur kepribadian klien dengan jalan mengembalikan hal-hal yang tak disadari menjadi sadar kembali. Proses terapi dititik beratkan pada usaha terapis agar klien dapat menghayati, memahami dan mengenal pengalaman-pengalaman masa kecilnya terutama antara umur 2-5 tahun. Pengalaman- pengalaman tersebut ditata, didiskusikan, dianalisis dan ditafsirkan dengan tujuan agar kepribadian klien dapat direkonstruksi kembali. Jadi yang menjadi penekanan terapi ini adalah aspek afektif sebagai pokok pangkal munculnya ketaksadaran manusia.171 Peran terapis dalam proses psikoterapi adalah berusaha agar klien mendapat wawasan terhadap permasalahannya dengan mengalami kembali dan kemudian menyelesaikan pengalaman-pengalaman masa lalunya yang belum terselesaikan.172
Teknik-teknik terapi yang digunakan dalam Psikoanalisa antara lain: asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis transferensi, analisis resistensi, dan interpretasi.
Asosiasi bebas merupakan teknik utama terapi psikoanalisa.
Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali
169 Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2007), 41-44.
170 Roger Horrocks, Foundations of Psychotherapy, 12.
171 Sofyan S. Willis, Konseling Individual: Teori dan Praktek (Bandung: Alfabeta, 2007), 61.
172 Jeanette Murad Lesmana, Dasar-dasar Konseling (Jakarta: UI Press, 2008), 17.
61
pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi- emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik di masa lampau yang dikenal dengan katarsis. Katarsis mendorong klien untuk menyalurkan sejumlah perasaan yang terpendam dan karenanya mendorong bagi pencapaian pemahaman. Cara khas yang dilakukan adalah klien berbaring di atas dipan dan terapis duduk di belakangnya sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada saat asosiasiasinya mengalir bebas.173
Analisis mimpi sering merupakan metode psikoterapi yang sangat berhasil. Dengan mengikuti contoh Breuer, Freud melihat bahwa dalam mimpi-mimpi yang dilaporkan pasiennya terdapat petunjuk-petunjuk mengenai bahan-bahan penting yang tidak disadari. Freud menyebut mimpi jalan yang sangat baik menuju ketaksadaran karena ego tidak efisien dalam mempertahankan dirinya terhadap konflik- konflik tak sadar selama tidur, maka konflik-konflik ini bisa terungkap dalam bentuk mimpi-mimpi. Menurut Freud, mimpi dapat ditafsirkan dalam dua tingkat. Pada tingkat permukaan terdapat isi manifes atau kejadian aktual dari mimpi. Pada tingkat yang lebih dalam, mimpi-mimpi dapat ditafsirkan menurut isi laten atau makna yang tersembunyi.174
Transferensi adalah respons klien terhadap seorang terapis, seakan-akan terapis adalah orang signifikan di alam kehidupan klien yang lalu, biasanya tokoh orang tua. Terapis atau analis mendorong transferensi ini dan menginterpretasikan perasaaan-perasaan positif dan negatif yang diekspresikan.
Pelepasan perasaan ini bersifat terapeutik, merupakan katarsis
173 Gerald Corey, Theory and Practice of Counselling and Psychotherapy, 74.
174 Yustinus Semiun, Kesehatan Mental 3 (Yogyakarta: Kanisius, 2006), 347.
62
emosional. Tetapi, nilai sesungguhnya berasal dari terapis tentang transferensi yang terjadi.175
Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan-bahan yang tak disadari. Freud melihat resistensi sebagai dinamika tak sadar yang digunakan klien sebagai pertahannan terhadap kecemasan. Penafsiran atas resistensi oleh analis ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yang ada di balik resistensi sehingga dia bisa menanganinya. Resistensi bukan hanya sesuatu yang harus diatasi karena merupakan perwujudan dari pendekatan defensive klien yang biasa dalam kehidupan sehari-hari, tapi juga harus dilihat sebagai alat bertahan terhadap kecemasan yang akan menghambat kemampuan klien untuk mengalami kehidupan yang lebih memuaskan.176
Interpretasi adalah prosedur dasar yang digunakan dalam asosiasi bebas, analisis mimpi, dan analisis transferensi.
Prosedurnya terdiri dari atas penetapan analisis, penjelasan, dan bahkan mengajar klien tentang makna perilaku yang dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi interpretasi adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat proses penyadaran hal-hal yang terseambunyi.
Interpretasi mengarahkan tilikan dan hal-hal yang tak disadari klien.177
175 Jeanette Murad Lesmana, Dasar-dasar Konseling, 23-24. Lihat juga Silvie K. Schafira, Choosing Counseling or Psychotherapy Training (London : Roudledge, 2000), 40-41.
176 Gerald Corey, Theory and Practice of Counselling and Psychotherapy, 78.
177 Moh. Surya, Teori-teori Konseling (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2003), 47.
63