• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rekomendasi Pemberian Insentif dan Pengenaan Disinsentif

Dalam dokumen TEKNIK EVALUASI PERENCANAAN (Halaman 110-115)

2. Sub Satuan Wilayah Pembangunan (SSWP) II sebagai Pusat Utama Pengembangan di Kecamatan Pemulutan. SSWP II terdiri dari Kecamatan Pemulutan, Pemulutan Barat

4.3 Arahan Pemberian Insentif dan Disinsentif

4.3.2 Rekomendasi Pemberian Insentif dan Pengenaan Disinsentif

Untuk mendukung pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang perlu didukung oleh manajemen lahan perkotaan. Manajemen lahan perkotaan adalah semua tindakan yang dilakukan oleh pemerintah yang berdampak pada kepemilikan lahan, hak atas lahan, pemanfaatan atau penguasaan lahan, dan nilai serta harga lahan untuk dapat membantu penyediaan lahan yang tepat dari segi waktu, lokasi dan luasan lahan yang diperlukan bagi

berlangsungnya kegiatan pembangunan perkotaan. Dalam manajemen lahan dikenal antara lain lima teknik yaitu :

a. Konversi atau pembangunan b. Pengendalian guna lahan c. Pembangunan lahan terpadu d. Bank lahan selektif

e. Konsolidasi dan pembangunan lahan matang

Bentuk pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan Perkotaan Palembang dapat berbentuk : 4.3.2.1 Pengendalian Pemanfaatan Ruang terhadap Kawasan yang Dipromosikan,

Dibatasi dan Dikendalikan Pengembangannya

Konsep pengembangan Kawasan Perkotaan Palembang memiliki ciri sebagai berikut:

(1) Wilayah Utara, memiliki kegiatan yang relatif belum berkembang, dengan beberapa arahan pengembanganan yaitu permukiman kepadatan bangunan rendah, kegiatan industri, pusat simpul pergerakan. Sehingga dalam pemanfaatan ruangnya wilayah utara akan dipromosikan, karena alokasi ruang yang ada potensial untuk dikembangkan, sehingga yang perlu diperhatikan adalah aspek promosi kawasan dengan keberlanjutan pembangunan.

(2) Wilayah Tengah (Kota Palembang), memiliki kegiatan yang telah berkembang dengan pesat, mempunyai kepadatan bangunan sedang sampai tinggi, kegiatan pendidikan, perdagangan dan jasa komersil. Sehingga dalam pemanfaatan ruangnya wilayah tengah akan dikendalikan, karena alokasi ruang yang ada telah sangat terbatas, sehingga yang perlu diperhatikan adalah aspek pengendalian lingkungan.

(3) Wilayah Selatan, relatif belum berkembang, kepadatan bangunan rendah sampai sedang, kegiatan yang akan dikembangkan adalah kegiatan kegiatan pertanian, industri, dan akan diarahkan juga sebagai kawasan pendidikan terpadu. Wilayah selatan masih mempunyai banyak areal cadangan untuk pemanfaatan ruang, sehingga wilayah selatan akan lebih dipacu perkembangannya tetapi dengan batasan-batasan tertentu.

TaTabbeell 44..9933 KKeebbiijjaakkaann PPookkookk ddaann PPeerraannggkkatat PPeennggeennddaalliiaann PPeemmaannffaaaattaann RRuuaanngg ddii KKaawwaassaann PePerrkkoottaaaann PPaalleemmbbaanngg

No. Tujuan Pengendalian Pokok-pokok Kebijakan Pengendalian

Mekanisme Insentif dan Disinsentif Insentif Disinsentif 1 Mempertahankan

kawasan dengan zona daya dukung sedang s/d sangat rendah tetap sebagai lahan non terbangun

Menetapkan daerah pinggiran sebagai kawasan non budidaya atau budidaya non terbangun berdasarkan RTRW yang berlandaskan Peraturan Daerah

Keringan pajak (PBB) bagi kawasan non budidaya atau budidaya non terbangun

Pengenaan sangsi yang efektif bagi yang melanggar, berupa

denda dan

pembongkaran

bangunan. Pengenaan sangsi yang efektif bagi yang melanggar

Pemberian izin yang konsekuen dengan RTRW

Izin lokasi, izin peruntukan lahan. IMB

Pengenaan pajak yang sangat tinggi jika ternyata telah membangun prasarana jalan sehingga tidak memungkinkan untuk pelebaran lebih lanjut Tidak membangun

prasarana terutama jalan pada daerah yang ditetapkan sebagai kawasan non terbangun

Jika memungkinkan Pemda membeli/menguasai daerah- daerah yang ditetapkan sebagai kawasan non terbangun

2 Mengendalikan agar daerah terbangun tetap pada tingkat kepadatan rendah

Menetapkan KDB dengan presentase yang rendah berdasarkan RTRW yang berlandaskan Perda

Pajak yang semakin rendah bagi KDB yang semakin rendah dan berada di bawah batas yang dizinkan

Pembongkaran dan denda bagi bangunan yang melanggar, serta pajak yang semakin tinggi bagi KDB yang juga semakin tinggi (pajak progresif)

3 Mendorong pembangunan yang bersifat ‘compact’ dan ‘in- fill development’

Menetapkan KLB yang minimal pada daerah-daerah tertentu, berdasarkan RTRW yang berlandaskan Perda

Keringanan pajak atau bahkan bebas pajak untuk bangunan yang melebihi KLB tertentu

Pajak progresif yaitu pajak semakin tinggi untuk bangunan yang KLB-nya semakin rendah Penyediaan fasilitas

dan infrastruktur pada daerah yang

dikonsolidasi Konsolidasi lahan & Guided

Land Development (GLD)

Keringanan biaya pengurusan sertifikat lahan pada daerah yang dikonsolidasi

4 Dalam jangka panjang mengembalikan daerah terbangun menjadi daerah non terbangun

Membatasi status

kepemilikan lahan, misalnya HGB dengan batas waktu tertentu

Pajak progresif, yaitu semakin pendek HGB semakin murah

Pajak yang sangat tinggi

jika akan

memperpanjang HGB

No. Tujuan Pengendalian Pokok-pokok Kebijakan Pengendalian

Mekanisme Insentif dan Disinsentif Insentif Disinsentif Tidak membangun

infrastruktur baru Tidak mengeluarkan izin untuk pembangunan baru 5 Dalam jangka panjang

mengembalikan daerah terbangun kepadatan tinggi menjadi rendah

Tidak lagi mengeluarkan izin pembangunan untuk bangunan-bangunan dengan KDB dan KLB di atas batas tertentu

Pajak bangunan yang lebih rendah untuk bangunan dengan KDB dan KLB dibawah batas tertentu

Pajak progresif selaras dengan kenaikan besaran KDB dan KLB

6 Mendorong perubahan peruntukan lahan dari jenis/fungsi tertentu menjadi jenis/fungsi lain

Perubahan RTR yang dilandasi oleh Perda

Pajak bangunan yang lebih rendah untuk peruntukan yang direncanakan

Pajak yang sangat tinggi untuk peruntukan lahan yang menyimpang dari yang direncanakan atau penerapan sangsi Mendorong/mempercepat

pembangunan pada kawasan tertentu

Menetapkan bahawa kawasan tertentu sebagai kawasan terbangun dengan berbagai kemudahan persyaratan pembangunan

Kemudahan perizinan, keringanan jakan (misalnya PBB yang rendah)

Menghambat perkembangan pembangunan pada kawasan tertentu

Ditetapkan dalam RTRW sebagai kawasan ber-KDB sangat rendah

Pajak yang rendah untk KDB yang semakin rendah

Tidak mengeluarkan izin atau paling tidak pajak yang sangat tinggi pada kawasan tertentu Sumber : Hasil Analisis, 2009

TaTabbeell 44..110044 KKoonnsseepp MMeekkaanniissmmee DDiissiinnsseennttiiff ddaann IInnsseennttiiff PPeennggeemmbbaannggaann KKaawwaassaann

No. Kawasan Pengembangan

Kelompok Perangkat/Obyek

Mekanisme Insentif dan Disinsentif

Regulasi Ekonomi

Pemilikan Pengadaan Langsung Oleh

Pemerintah 1 Kawasan

Promosi

Guna Lahan Pengaturan Perizinan (-)

Pengenaan Pajak (-) Penguasaan lahan oleh pemerintah

Amdal Developmenyt Impact Fees (+)

Pelayanan Umum Pengenaan Pajak (-) Pengadaan pelayanan umum oleh pemerintah Retribusi perizinan (-)

Subsidi pengadaan pelayanan umum oleh pemerintah (++)

Prasarana Pengadaan

infrastruktur Pembangunan perumahan

Pembangunan fasilitas umum

2 Kawasan Kendali

Guna Lahan Pengaturan Perizinan (+)

Pengenaan Pajak (+) Penguasaan lahan oleh pemerintah

Amdal (+) Developmenyt Impact

No. Kawasan Pengembangan

Kelompok Perangkat/Obyek

Mekanisme Insentif dan Disinsentif

Regulasi Ekonomi

Pemilikan Pengadaan Langsung Oleh

Pemerintah Fees (+)

Transfer of Development

Betterment Tax (+)

Pelayanan Umum Pengenaan Pajak (+) Pengadaan pelayanan umum oleh pemerintah Retribusi perizinan (+)

User charge atas pelayanan umum _(-) Subsidi pengadaan pelayanan umum oleh pemerintah (+)

Prasarana User charge/tool for plan

Initial cost for land consolidation 3 Kawasan

Terbatas

Guna Lahan Pengaturan Perizinan (++)

Pengenaan Pajak (++) Amdal (++) Developmenyt Impact

Fees (+) Transfer of

Development

Betterment Tax (++) Kompensasi

Pelayanan Umum Pengenaan Pajak (++)

Retribusi perizinan (+) User charge atas pelayanan umum (-) Subsidi pengadaan pelayanan umum oleh pemerintah (-)

Prasarana Initial cost for land

consolidation (++) Sumber : Hasil Analisis, 2009

4.3.2.2 Pelaksanaan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah

Bentuk ini perlu pendekatan manajerial, yang mengandung aspek koordinasi, yaitu :

a. Koordinasi internal, meliputi : (a).koordinasi yang dijalin antar sector pemerintah dan swasta-public-private partnership; (b) koordinasi antara mekanisme formal dan mekanisme informal (mengacu pada prosedur dan mekanisme organisasi kemasyarakatan yang secara informal keseharian berlangsung di masyarakat kota); (c) koordinasi antarsektor, yang dipahami sebagai koordinasi kebijakan antar departemen terkait.

b. Koordinasi vertical adalah koordinasi antar tingkat pemerintahan, terutama pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Instrumen dan mekanisme yang lazim diterapkan : subsidi, mandate, pembuatan pentunjuk pelaksanaan dan teknis (juklak dan juknis), asas pembantuan dan lain sebagainya

c. Koordinasi horizontal yaitu koordinasi antara unit-unit pemerintahan dalam satu kesatuan daerah perkotaan, baik unit pemerintah daerah maupun pusat.

Adapun mekanisme insentif dan disinsentif yang telah diterapkan di Indonesia berupa insentif dan disinsentif di bidang ekonomi/keuangan adalah kerjasama (baik modal maupun

pengelolaan), akan tetapi dalam pelaksanaannya membutuhkan aturan lebih lanjut, sedangkan grants, pinjaman, pengurangan sewa lahan dan pengurangan pajak belum datur (pengurangan pajak berdasarkan Kep.Menkeu No.362/KMK.04/1999 tentang Pemberian pengurangan PBB, hanya berlaku bagi salah satu subjek pajak golongan ekonomi lemah dan tidak ada pengurangan pajak untuk upaya promosi pemanfaatan lahan). Disinsentif bidang ekonomi/keuangan berupa pajak masih dengan tarif seragam (belum dengan tarif progresif), sedangkan pungutan pembangunan belum diatur.

Dalam dokumen TEKNIK EVALUASI PERENCANAAN (Halaman 110-115)