• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK EVALUASI PERENCANAAN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "TEKNIK EVALUASI PERENCANAAN "

Copied!
143
0
0

Teks penuh

Buku teknik evaluasi perencanaan merupakan salah satu bahan kajian mata kuliah perencanaan pada program studi perencanaan wilayah dan kota, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan, Bogor. Selanjutnya, kami berharap buku ini dapat bermanfaat bagi pengembangan teknik evaluasi perencanaan dan pengembangan daerah dan kota di Indonesia.

Tinjauan UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terkait Pengembangan Kawasan Palembang

Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan

Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan Palembang 1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi (arahan ketinggian, kepadatan, dan

Tinjauan Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Tinjauan Terhadap Rencana Tata Ruang Pulau Sumatra

Memperkuat aksesibilitas kota Palembang ke kota-kota PKN lainnya di Pulau Sumatera (Bandar Lampung, Pangkal Pinang, Batam dan Medan) dan wilayah nasional lainnya (Jakarta), dengan meningkatkan kualitas sistem jaringan transportasi darat, laut, dan udara secara terpadu jalan. Pembangunan viaduk/underpass  Simpang Polda, Simpang Charitas, Simpang Jalan Ahmad Yani, Simpang Jalan Tanjung Api-Api.

Tinjauan Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palembang Sehubungan dengan karekter fisik yang ada di wilayah Kota Palembang, maka untuk

Lokasi tersebut terletak di pantai timur provinsi bagian selatan dan akan dikembangkan untuk 2 kegiatan utama yaitu pelabuhan dan kawasan industri. Kedua kegiatan ini diharapkan menjadi pemacu pertumbuhan provinsi Sumatera Selatan di masa mendatang.

Pengembangan Lahan Rawa

Pengembangan Sistem Blok

Saluran Samping Jalan Utama

Pengembangan Ruang Tepi Sungai Besar

Intensifikasi Pemanfaatan Ruang

Pengembangan Industri Di Luar Kawasan/Zona Industri

Tinjauan Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Ogan Ilir Strategi pengembangan yang ditetapkan untuk Kawasan Perkotaan di Kabupaten Ogan Ilir

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka wilayah Kabupaten Ogan Ilir dibagi menjadi 3 (tiga) Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) yang terbagi menjadi 6 Sub Satuan Wilayah Pembangunan (SSWP) yaitu SSWP I, SSWP II, SSWP III, SSWP IV, SSWP V dan SSWP VI. Dari 6 SSWP yang masuk dalam Wilayah Metropolitan Palembang, SSWP I dan II tergabung dalam Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) Ogan Ilir Utara.

Sub Satuan Wilayah Pembangunan (SSWP) II sebagai Pusat Utama Pengembangan di Kecamatan Pemulutan. SSWP II terdiri dari Kecamatan Pemulutan, Pemulutan Barat

Tinjauan Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Sistem pusat-pusat pelayanan adalah wilayah-wilayah yang telah mampu memberikan

Karena struktur tata ruangnya, Kabupaten Ogan Ilir pada hakekatnya berorientasi pada penyebaran kegiatan ke seluruh wilayah sesuai dengan fungsi dan peran yang dimiliki masing-masing daerah, baik secara regional maupun internal. Berdasarkan pertimbangan tersebut, orientasi pembangunan dibagi menjadi orientasi keruangan yang didasarkan pada posisi Kabupaten Ogan Ilir dalam wilayah yang lebih luas, sedangkan orientasi sektoral didasarkan pada pengembangan kegiatan ekonomi perkotaan dan kewilayahan seperti perdagangan dan jasa, permukiman. . , jasa keuangan dan lain-lain.

Tinjauan Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Ogan Komering Ilir

Jalan Tol  Indralaya – Betung, Palembang – Muara Enim 2. penyebaran sekunder: Sultan Mahmud Badaruddin II. outer ring road) barat dan timur dalam kelas yang sama dengan arteri primer  akses pelabuhan Tanjung Api-Api 3. Kawasan rawa di Kota Palembang berada di kecamatan Ilir Barat I, Sako, Sukarami, Gandus dan Kertapati.

Tinjauan Terhadap Rencana Pengembangan BELAJASUMBA

Kebijakan Lain Yang Terkait Dengan Penataan Kawasan Perkotaan

Tata Ruang Wilayah Perencanaan

  • Pengertian Kawasan Perkotaan dan Metropolitan
  • Proses Delineasi Wilayah Perencanaan

Perkembangan ini diikuti dengan tumbuhnya pusat-pusat/sub-pusat layanan baru antara kawasan CBD dan kawasan periferal yang dihubungkan oleh jaringan jalan (jalan raya, rel kereta api, sungai) dan antara pusat/sub-pusat layanan baru yang juga dihubungkan oleh jaringan jalan ( jalan raya, rel kereta api), sungai), sehingga kawasan metropolitan terbentuk secara konsentris. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah kawasan Tanjung Api-Api sebagai salah satu outfall/backwater provinsi Sumatera Selatan harus masuk dalam kawasan perencanaan, mengingat pentingnya peran kawasan ini dalam konstelasi kawasan metropolitan Palembang (Gambar 2.5). .

  • Kawasan Metropolitan Palembang dalam Skala provinsi
  • Keterkaitan antara Kawasan Metropolitan Palembang dengan Kota-Kota Lain di Provinsi Sumatera Selatan
  • Pintu Gerbang (Gate) Kawasan Metropolitan Palembang

Oleh karena itu, peran kawasan metropolitan Palembang sangat penting dalam mendukung pembangunan provinsi Sumatera Selatan. Wilayah metropolitan Palembang (Kota Palembang, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Ogan Ilir dan Kabupaten Ogan Komering Ilir) memiliki hubungan antar kota yang baik.

Karakteristik dan Analisis Fisik Alam dan Daya Dukung Lahan .1 Karakteristik Fisik Alam

  • Iklim
  • Kemiringan Lereng
  • Rawa Sebagai Tutupan Lahan Dominan Kawasan Perkotaan palembang
  • Analisis Kesesuaian Lahan Perkotaan Kawasan Perkotaan Palembang

Parameter iklim yang dapat dikumpulkan dan berkaitan erat dengan perencanaan kawasan perkotaan Palembang adalah tipe iklim dan curah hujan. Bulan basah di perkotaan Palembang biasanya berlangsung dari Desember hingga April, sedangkan bulan kering biasanya berlangsung dari Mei hingga November. Sedangkan suhu udara di wilayah perkotaan Palembang berkisar antara 26,4 oC – 28,9 oC dan kecepatan angin berkisar antara 2 hingga 6 knot.

Berdasarkan interpretasi kerapatan kontur peta topografi dan kontrol lapangan, maka kemiringan lereng di Kawasan Perkotaan Palembang dapat dikelompokkan sebagai berikut: Datar (0-3. Kemiringan datar ini mendukung perkembangan Kawasan Perkotaan Palembang, mengingat beberapa hambatan fisik yang menghalangi pengembangan kawasan ini.

Gambar 2.93  Tipologi Lahan Rawa Lebak
Gambar 2.93 Tipologi Lahan Rawa Lebak

Peluang, Tantangan, Potensi, dan Permasalahan (Analisis SWOT)

  • Potensi (Strength) a. Kependudukan
  • Permasalahan (Weakness) a. Kependudukan

Sektor industri di Kawasan Perkotaan Palembang terdapat di Kota Palembang, Kabupaten Banyuasin dan Kabupaten Ogan Ilir; Nilai investasi di Kawasan Perkotaan Palembang masih tergolong rendah dibandingkan dengan kawasan metropolitan lainnya di Indonesia. Sebagian besar penduduk di perkotaan Palembang (Sungsang, sebagian Banyuasin) belum memiliki sistem pengolahan limbah.

Jaringan jalan antar wilayah di Kawasan Perkotaan Palembang pada waktu-waktu tertentu mengalami kemacetan (seperti jalan antara Kota Palembang - Pangkalan Balai, Palembang - Indralaya); Keterbatasan jaringan jalan di kawasan perkotaan Palembang telah menghambat pergerakan orang dan barang dari/ke kota Palembang.

Peluang (Opportunity)

Sejak tahun 1996 terjadi penurunan jumlah penumpang dan barang di dermaga utama Kota Palembang (Pelabuhan Boom Baru, Tangga Buntung dan Dermaga Sei Lais). Berkurangnya luas kawasan rawa alami di kawasan perkotaan Palembang menyebabkan terganggunya fungsi hidrologi di kawasan rawa yang berujung pada peningkatan volume genangan air. Selain itu, bahan beracun seperti logam, sianida, dan fenol telah ditemukan di sungai Komering dan Ogan.

Secara hukum, belum ada lembaga/instansi tersendiri yang memfasilitasi kerjasama dan koordinasi antar daerah antara Kota Palembang dengan Bupati Banyuasin, OKI dan Ogan Ilir di Kawasan Perkotaan Palembang (masih berupa embrio).

Tantangan (Threat)

Meningkatnya interaksi antar pusat kegiatan di dalam kawasan perkotaan Palembang dan antara kawasan perkotaan dengan kawasan sekitarnya. Pernyataan pedoman zonasi sistem Kawasan Perkotaan Palembang menjadi dasar penetapan zonasi sistem kabupaten/kota. Indikasi arahan zonasi untuk kawasan lindung nasional dan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis nasional pada setiap pola ruang wilayah perkotaan Palembang.

Indikasi aturan zonasi dalam kategori ini memberikan arah bagi peraturan zonasi di sekitar jaringan infrastruktur Kawasan Perkotaan Palembang. Indikasi arahan peraturan zonasi di Kawasan Perkotaan Palembang berbentuk narasi yang mirip dengan indikasi arahan peraturan zonasi nasional dalam RTRWN.

Arahan Peraturan Zonasi

  • Definisi Istilah
  • Asas, Tujuan dan Fungsi Petunjuk Teknis
  • Arahan Peraturan Zonasi
    • Arahan Peraturan Zonasi Struktur Ruang
    • Arahan Peraturan Zonasi untuk Sistem Jaringan Jalan Tol
    • Arahan Peraturan Zonasi untuk Sempadan Sungai
    • Arahan Peraturan Zonasi untuk Jaringan Jalur Kereta Api
    • Arahan Peraturan Zonasi untuk Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II
    • Arahan Peraturan Zonasi untuk Sutt dan Sutet
    • Arahan Peraturan Zonasi untuk penempatan menara telekomunikasi
    • Arahan Peraturan Zonasi pola ruang Hirarki Peruntukan Kawasan

Lingkar Sungai dan sekitar waduk/danau Lingkar Sungai dan sekitar waduk/danau. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; ketentuan larangan mendirikan bangunan kecuali bangunan yang diperuntukkan bagi pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air; pembangunan bangunan dibatasi hanya untuk mendukung fungsi taman rekreasi; Dan. penetapan lebar perbatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sistem jaringan - Perdagangan & jasa. arahan yang berkaitan dengan pengaturan tentang jenis kegiatan fisik yang diizinkan di suatu area; pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; penetapan lebar perbatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. arahan yang berkaitan dengan ketentuan tentang jenis-jenis kegiatan pemanfaatan ruang yang dilarang di suatu kawasan; ketentuan larangan mendirikan bangunan kecuali bangunan yang diperuntukkan bagi pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air; arahan yang berkaitan dengan ketentuan tentang jenis kegiatan pemanfaatan fisik yang diperbolehkan dalam kondisi tertentu di suatu kawasan; pembangunan bangunan dibatasi hanya untuk mendukung fungsi taman rekreasi; Ruang terbuka hijau kota Ruang terbuka hijau kota. penggunaan ruang untuk kegiatan rekreasi; konstruksi bangunan terbatas pada bangunan yang menunjang kegiatan rekreasi dan fasilitas umum lainnya; ketentuan larangan mendirikan bangunan permanen selain yang disebut dalam huruf b.

Ketentuan tersebut tetap mengacu pada penetapan pedoman zonasi taman wisata alam. taman hutan besar taman hutan besar. pemanfaatan ruang untuk penelitian, pendidikan, dan wisata alam; ketentuan pelarangan kegiatan selain sebagaimana dimaksud dalam huruf a; pembangunan bangunan terbatas untuk mendukung kegiatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a; dan D. Ketentuan Larangan Mendirikan Bangunan Selain Bangunan Pengembangan teknologi di bidang pertambangan ditujukan untuk menerapkan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan dengan indikasi tingkat intensitas kegiatan penggunaan lahan di suatu wilayah.

  • Mekanisme Perubahan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang (Zoning Regulation) Warga atau badan yang menginginkan perubahan pemanfaatan ruang di atas tanah miliknya
  • Proses Teknis
  • Proses Administrasi

Jika seseorang atau suatu instansi akan mengajukan perubahan penggunaan ruang, ada 2 proses yang harus dilalui, yaitu. Permohonan perubahan penggunaan lahan terutama yang berkaitan dengan perubahan intensitas < 10% dari ketentuan yang tercantum dalam rencana atau disertai perubahan teknis lainnya. Badan pengambil keputusan yang bertugas menetapkan kebijakan penataan ruang pada tingkat detail/detail (kantor TRTB).

Tidak ada izin untuk mengubah penggunaan lahan yang akan dikeluarkan sampai tarif perubahan disetujui dan dibayar oleh pemohon. Permohonan perubahan penggunaan lahan, terutama yang berkaitan dengan perubahan penggunaan lahan dan peningkatan intensitas > 10% dari ketentuan yang tercantum dalam rencana atau perubahan teknis lainnya yang dilampiri.

Tabel 4.10 Prosedur Perubahan Pemanfaatan Ruang (Lahan Kecil)
Tabel 4.10 Prosedur Perubahan Pemanfaatan Ruang (Lahan Kecil)

Arahan Pemberian Insentif dan Disinsentif

  • Konsep Pemberian Insentif dan Pengenaan Disinsentif
  • Rekomendasi Pemberian Insentif dan Pengenaan Disinsentif
    • Pelaksanaan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah

Sebagai instansi yang berperan dalam pengumpulan database pertanahan perkotaan, Kantor Pertanahan belum memiliki data penggunaan lahan yang baik. 4 Pinjaman Negara belum memiliki mekanisme insentif berupa pinjaman modal bagi pemilik tanah yang menghadapi keterbatasan modal untuk mendukung kegiatan yang direncanakan. Perlu regulasi yang mengatur disinsentif berupa pungutan (peralatan) penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan UU Tata Ruang.

Tidak ada peraturan yang mewajibkan atau melarang penggunaan lahan yang sesuai atau tidak sesuai dengan rencana. Biaya yang sangat tinggi untuk penggunaan lahan yang menyimpang dari rencana atau penerapan sanksi Mendorong/mempercepat.

Arahan Sanksi

Menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik ​​umum bahwa tidak cukup bukti atau kejadian tersebut bukan merupakan tindak pidana, kemudian memberitahukan kepada penuntut umum, tersangka dan keluarganya melalui penyidik ​​umum.

Pembiayaan Kawasan Perkotaan

  • Model-Model Pembiayaan
  • Prinsip Kontrak Pelayanan, Operasi Dan Perawatan (Operation, Maintenance And Service Contract)
    • Prinsip BOT
    • Prinsip Konsesi
    • Prinsip Joint Venture
    • Prinsip Community-Based Provision
  • Panduan Dasar Untuk Kerjasama Pemerintah Dan Swasta
  • Persiapan Proyek
  • Analisis Terhadap Pilihan PPP
  • Proses Pengikutsertaan Pihak Swasta
  • Mendirikan Kerjasama Yang Kuat Dan Berkelanjutan
  • Prioritas Program
  • Estimasi Pembiayaan
  • Beberapa Contoh Pembiayaan Yang Ada Di Kawasan Perkotaan Palembang Berikut ini adalah contoh-contoh pembiayaan beberapa infrastruktur di Kota Palembang

Kerjasama joint venture adalah kerjasama antara pemerintah dan swasta dimana tanggung jawab dan kepemilikan dibagi dalam hal penyediaan layanan infrastruktur. Usaha patungan dapat digunakan dalam kombinasi dengan beberapa jenis kemitraan publik dan swasta lainnya. Prinsip-prinsip kerja sama antara pemerintah dan swasta terangkum dalam bentuk-bentuk kerja sama yang diuraikan di atas.

Pemerintah dan swasta harus memiliki tujuan yang sejalan, terutama dalam pengadaan infrastruktur, agar kerjasama yang terjalin dapat memberikan hasil yang optimal. Dalam upaya mencapai kesepakatan kerjasama antara pemerintah dan swasta diperlukan beberapa tahapan yang umumnya terdiri dari empat tahapan yaitu.

Kelembagaan Kawasan Perkotaan Palembang

  • Pendekatan Teori
  • Perbandingan Lembaga Metropolitan dengan Badan Koordinasi Kerjasama Pembangunan (BKSP) Jabotabek
    • Dasar Pengaturan
    • Lingkup Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan
    • Lingkup Koordinasi
    • Produk-Produk BKSP
    • Perspeksi Kelembagaan BKSP
    • Kasus Koordinasi Kelembagaan Penataan Ruang di Wilayah Botabek
  • Perbandingan Lembaga Metropolitan Badan Kerjasama Pembangunan (BKSP) Metropolitan Mamminasata

Juga mengenai pendanaan pembangunan, diatur dalam Peraturan Bersama Provinsi Jakarta Barat dan DKI Jakarta Nomor 9 Tahun 1991 tentang pokok-pokok kebijakan pembangunan di bidang kependudukan, penggunaan lahan, dan transportasi di wilayah Jabodetabek. Pada dasarnya titik sentralnya terletak pada perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan di Kabupaten/Kota Daerah Tingkat II yang bersangkutan, sehingga dalam hal ini BKSP dalam pelaksanaan koordinasi kerjasama pelaksanaan pembangunan di Daerah Jabotabek melakukan hal-hal berikut. Kerjasama pembangunan antara Daerah Tingkat I Jawa Barat dan DKI Jakarta secara operasional didasarkan pada Keputusan Presiden No. membangun Ibukota Negara dan wilayah pengaruhnya melalui program.

Pokok-pokok kebijakan pembangunan di bidang kependudukan, penggunaan lahan dan transportasi di wilayah Jabotabek. Kementerian Pekerjaan Umum (Dirjen Cipta Karya dan Ditjen Bina Marga), khususnya dalam pelaksanaan program-program yang bersifat teknis dan terkait dengan pembangunan infrastruktur di wilayah Jabodetabek.

Dasar Pengaturan

Tugas Pokok

Fungsi

Mekanisme Kerja

Struktur Organisasi

Analisis Kelembagaan BKSP Metropolitan Mamminasata

Perbandingan Lembaga Metropolitan Kerjasama Antar Daerah Kota Surakarta, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten

Lingkup Kerjasama

Badan Kerjasama Pengelolaan Pembangunan (BKSPP) Kawasan Perkotaan Palembang

Badan Kerjasama Pembangunan (BKSPP) Wilayah Perkotaan Palembang terdiri dari Badan Kerjasama dan Badan Pelaksana. Dewan Kerjasama terdiri dari Gubernur Sumsel sebagai Ketua, Wakil Gubernur sebagai Wakil Ketua, Sekretaris Daerah Provinsi Sumsel sebagai Sekretaris, dan anggotanya terdiri dari Walikota Palembang, Bupati Banyuasin, Bupati Ogan Ilir dan Bupati. Bupati Ogan Komering Ilir. Di tingkat kantor kerjasama, terdapat dewan penasehat yang terdiri dari pakar universitas, asosiasi profesi, dan organisasi LSM.

Badan Pelaksana terdiri dari Kepala Bappeda Provinsi Sumsel (Ketua), Kepala Dinas PU Provinsi (Wakil Ketua), Sekretaris Bappeda Provinsi (Sekretaris), dan anggotanya terdiri dari Kepala Bappeda Kota Palembang, Kabupaten Banyuasin, Ogan Kabupaten Ilir dan Kabupaten Ogan Komering Ilir. Di bawah Badan Pelaksana terdapat Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang terbagi menjadi 3 (tiga) bidang, yaitu: (1) Unit Pelaksana Teknis Perencanaan dan Pengendalian (2) Unit Pelaksana Teknis Prasarana dan Lingkungan (3) Unit Ekonomi, Bisnis Unit Pelaksana Teknis dan Sosial.

Gambar

Gambar 2.93  Tipologi Lahan Rawa Lebak
Tabel 4.10 Prosedur Perubahan Pemanfaatan Ruang (Lahan Kecil)
Tabel 4.7 Prosedur Perubahan Pemanfaatan Ruang (Lahan Besar)

Referensi

Dokumen terkait

Ketentuan hukum tindak pidana kekerasan psikis dalam rumah tangga diatur dalam Pasal 5 huruf b jo Pasal 7 UU No 23 Tahun 2004 Tangga diancam dengan pidana dalam Pasal 45, yang berbunyi