• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI MITIGASI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN BANJER KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "STUDI MITIGASI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN BANJER KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI MITIGASI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN BANJER KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

SKRIPSI

Oleh

REGINA MOKOGINTA NIM 45 12 042 042

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA

(2)

STUDI MITIGASI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN BANJER KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.T.)

Oleh REGINA MOKOGINTA NIM. 45 12 042 042

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2019

(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : REGINA MOKOGINTA

NIM : 45 12 042 042

Program Studi : PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar- benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, September 2019

Yang Menyatakan,

Regina Mokoginta.

(6)

ABSTRAK

Regina Mokoginta, 2018. “Studi Mitigasi Bencana Banjir di Kelurahan Banjer Kecamatan Tikala Kota Manado.” Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota. Dibimbing oleh Dr. Muh. Fuad Azis, ST, M.Si dan S. Kamran Aksa, ST, MT.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa tingkat kerawanan banjir di daerah permukiman Kelurahan Banjer Kecamatan Tikala Kota Manado Sulawesi Utara serta menetapkan strategi arahan pengendalian pemanfaatan ruang berbasis mitigasi bencana banjir di daerah permukiman Kelurahan Banjer Kecamatan Tikala Kota Manado Sulawesi Utara. Dari hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau acuan bagi pemerintah sebagai penentu kebijakan dalam pembangunan, pihak swasta, lembaga sosial, atau masyarakat yang bertindak sebagai pelaksanaan pembangunan dan bagi perencana dalam hal penanganan banjir.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan penelitian yang menggunakan metode survey. Dan data yang diperoleh menggunakan metode analisis kualitatif.

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu tingkat kerawanan bencana banjir di kelurahan banjer kecamatan tikala kota manado di sebabkan oleh beberapa variable yaitu, intensitas curah hujan, penggunaan lahan, kemiringan lereng, dan jenis tanah. Adapun untuk menyelesaikan persoalan ini digunakan stategi pengendalian struktur (melalui rekayasa teknis) dan pengendalian non struktural (pengendalian terhadap pemanfaatan ruang).

Kata Kunci : Banjir Perkotaan, Kelurahan Banjer, Curah Hujan dan Pengendalian

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dengan Judul “Studi Mitigasi Bencana Banjir Di Kelurahan Banjer Kecamatan Tikala Kota Manado” dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota pada Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimaksih kepada:

1. Bapak Dr. Ridwan, ST., M.Si selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar,

2. Bapak Jufriadi, ST.,M.SP selaku Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota pada Fakultas Teknik Universitas BOSOWA,

3. Bapak Dr. Ir. Muh. Fuad Aziz, DM., ST., M.Si. selaku dosen pembimbing I dan Bapak S. Kamran Aksa, ST., MT. selaku dosen pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam menyusun skripsi ini,

(8)

4. Bapak dan Ibu staf pengajar serta karyawan Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota dan Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar atas segala bimbingan, didikan dan bantuan kepada penulis dalam menuntut ilmu di bangku perkuliahan sejak awal perkuliahan hingga selesai,

5. Pihak Pemerintah Kota Manado, Kecamatan Tikala, Kelurahan Banjer beserta masyarakat di Kelurahan Banjer yang telah banyak membantu dalam memperoleh data di lapangan.

6. Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Manado dalam hal ini memberikan izin penilitian saya.

7. Dinas Pekerjaan Umum Kota Manado terkhusus dalam hal ini memberikan data kepada saya.

8. Sembah sujud kepada kedua orang tua tercinta Ibunda Evie Kolopita yang telah memberikan kasih sayang, doa, asuhan dan bimbingannya baik dalam bentuk materil dan moril.

9. Untuk saudara – saudara kandungku tercinta, terima kasih atas segala kasih sayang, doa, asuhan dan bimbingannya baik dalam bentuk materil dan moril.

10. Keluarga Besar Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Bosowa Makassar, tempat dimana penulis ditempa, dididik dan diarahkan sehingga menyelesaikan Skripsi ini.

(9)

11. Untuk sahabat – sahabat terkasih Planologi 2012 (PL.012), senior- senior dan adik-adik tercinta, serta teman-teman lain yang tidak sempat tertuang namanya dalam skripsi ini, terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya selama ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Makassar, September 2019

Regina Mokoginta.

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN RIWAYAT HIDUP

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Batasan Masalah ... 6

F. Sistematika Pembahasan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Mitigasi ... 8

B. Pengertian Banjir ... 8

1. Daerah Rawan Banjir ... 15

2. Mitigasi Bencana ... 15

C. Penyebab Terjadinya Banjir ... 16

D. Jenis Banjir ... 20

E. Tipologi Kawasan Rawan Bencana Banjir ... 21

F. Kerawan Terhadap Banjir ... 22

iv

(11)

G. Dampak-dampak Banjir ... 24

H. SIstem Informasi Geografis (SIG) ... 25

I. Integrasi Penginderaan Jauh dan SIG ... 26

J. Aplikasi Penginderaan Jauh dan SIG untuk Pemetaan Kerawan Banjir ... 27

K. Kriteria Parameter Kerawanan Banjir ... 29

L. Upaya Penanganan Banjir ... 31

M. Konsep Menanganai Banjir ... 33

N. Pemafaatan Ruang Kawasan Rawan Bencana Banjir ... 34

O. Permasalahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Rawan Bencana Banjir ... 35

P. Kerangka Pikir ... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 37

B. Jenis dan Sumber Data... 37

C. Teknik Pengumpulan Data ... 39

D. Metode Analisis Data ... 40

E. Definisi Operasioanl Variabel ... 41

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kota Manado... 43

B. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Besar Kota Manado Sulawesi Utara ... 48

1. Kebijakan Penataan Ruang Kota Manado Sulawesi Utara 48 2. Strategi Penataan Ruang ... 52

(12)

C. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 71

1. Aspek Fisik Dasar ... 71

2. Pola Penggunaan Lahan ... 76

3. Aspek Kependudukan ... 78

4. Kondisi Prasarana Wilayah ... 80

5. Data-data Banjir ... 82

D. Analisis Aspek Fisik Dasar ... 84

E. Analisis Perubahan Pemanfaatan Lahan ... 90

F. Analisis Aspek Kependudukan ... 92

G. Analisis Prasarana Wilayah Terkait Banjir ... 95

H. Analisis Tingkat Kerawanan Bencana Banjir di Kelurahan Banjer... 97

I. Analisis Arahan Penanggulangan Bencana Banjir di Kelurahan Banjer ... 104

J. Upaya-upaya Mengatasi Masalah Banjir Secara Menyeluru di Kelurahan Banjer ... 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 111

B. Saran ... 113 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Daftar Kecamatan Beserta Luas dan Jumlah Kelurahan 44

Tabel 4.2 Pola Penggunaan Lahan Kota Manado ... 47

Tabel 4.3 Total Curah Hujan, Hari Hujan dan Rata-rata Curah Hujan di Desa Banjer Tahun 2014 ... 56

Tabel 4.4 Pengembangan Jumlah Penduduk Desa Banjer Tahun 2010-2014 ... 79

Tabel 4.5 Data Terjadinya Banjir di Desa Banjer ... 84

Tabel 4.6 Analisis Total Curah Hujan, Hari Hujan dan Rata-Rata Curah Hujan di Kelurahan Banjer ... 86

Tabel 4.7 Analisis Penyebab Terjadinya Banjir di Desa Banjer ... 89

Tabel 4.8 Analisis Perkembangan Jumlah Penduduk Kelurahan Banjer Tahun 2011-2015 ... 93

Tabel 4.9 Kelas Jenis Tanah ... 98

Tabel 4.10 Kelas Curah Hujan ... 99

Tabel 4.11 Analisis Kelas Kelerengan ... 100

Tabel 4.12 Kelas Penggunaan Lahan ... 101

Tabel 4.13 Tingkat Kerawanan Banjir ... 101

Tabel 4.14 Analisis Skor Lokasi Rawan Banjir ... 102

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 01 Kondisi Banjir yang Merendam daerah Perumahan Masyarakat Kelurahan Banjer ... 82

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dengan morfologi yang beragam dari daratan sampai pegunungan tinggi. Dari aspek geografis, geologis, dan moefologis yang beranekaragam, Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki kerawanan terhadap bencana yang cukup tinggi, baik bencana alam (natural disasters) seperti gempa bumi, tsunami, banjir, letusan gunung api, tanah longsor, angin ribut abrasi, kekeringan maupun bencana non alam akibat perbuatan manusia (man made disastres). Salah satu bencana alam yang paling sering terjadi di Indonesia adalah bencana banjir.

Bencana banjir merupakan fenomena alam yang terjadi karena dipicu oleh proses alamiah dan aktivitas manusia yang tidak terkendali dalam mengeksploitasi alam. Proses alamiah sangat tergantung pada kondisi curah hujan, tata air tanah (geohidrologi), struktur geologi, jenis batuan, geomorfologi, dan topografi lahan. Sedangkan aktivitas manusia terkait dengan perilaku dalam mengeksploitasi alam untuk kesejahteraan manusian, sehingga akan cenderung merusak

(16)

lingkungan, apabila dilakukan dengan intensitas tinggidan kurang terkendali.

Banjir dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor antara lain faktor iklim dan faktor fisik wilayah tersebut. Faktor utama terjadinya banjir adalah faktor iklim, yaitu hujan. Hujan merupakan sumber air untuk terjadinya banjir. Banjir tidak akan terjadi bila permukiman yang terkena hujan mampu meresap air hujan yang langsung mengalir melalui permukaan. Ini menunjukkan bahwa selain faktor utama berupa faktor iklim, faktor fisik wilayah juga mempengaruhi.

Kelurahan Banjer Kecematan Tikala Kota Manado Sulawesi Utara merupakan salah satu daerah yang jika ditinjau dari karakteristik geografis dan geologis wilayah, merupakan salah satu kawasan rawan bencana banjir. Keberadaan Kecamatan Tikala yang merupakan bagian dari sub DAS Tikala, maka secara otomatis Kecamatan ini dialiri oleh sungai Tikala/Sawangan. Sungai ini melewati sebagian besar wilayah administrasi Kecamatan ini (paal 4, Tikala Baru, Tikala Ares).

Sungai ini dalam RTRW Kota Manado dikategorikan sebagai sungai besar yang pada saat hujan 15 Januari lalu meluap sehingga menggenangi daerah sekitarnya. Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor dominan penyebab banjir di Kecamatan Tikala. Banjir Secara umum banjir adalah peristiwa

(17)

dimana daratan yang biasanya kering (bukan daerah rawa) menjadi tergenang oleh air, hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan kondisi topografi wilayah yang rendah hingga cekungan. Terjadinya bencana banjir juga disebabkan oleh rendahnya kemampuan infiltrasi tanah, sehingga menyebabkan tanah tidak mampu lagi menyerap air . Selain itu terjadinya banjir dapat disebabkan oleh limpasan air permukaan (runoff) yang meluap dan volumenya melebihi kapasitas pengairan sistem drainase atau sistem aliran sungai (Seyhan, 1990).

Penyebab Banjir Menurut Kodoatie (2013) Banjir disebabkan oleh dua kategori yaitu banjir akibat alami dan banjir akibat aktivitas manusia.

Banjir akibat alami dipengaruhi oleh curah hujan, fisiografi, erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainase dan pengaruh air pasang. Sedangkan banjir akibat aktivitas manusia disebabkan karena ulah manusia yang menyebabkan perubahan-perubahan lingkungan seperti : perubahan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), kawasan 107 pemukiman di sekitar bantaran, rusaknya drainase lahan, kerusakan bangunan pengendali banjir, rusaknya hutan (vegetasi alami), dan perencanaan sistim pengendali banjir yang tidak tepat.

Studi ini lebih Menfokuskan pada Arahan Pengendalian Kawasan Berbaris Mitigasi di Daerah Permukiman Kelurahan Banjer Kecematan Tikala Kota Manado Sulawesi Utara, sehingga mampu meminimalisir tingginya kerugian bencana banjir tersebut. Pentingnya

(18)

mitigasi adalah proses mengupayakan berbagai tindakan preventif untuk meminimalisir dampak negatif bencana yang akan terjadi dan juga merupakan investasi jangka panjang bagi kesejahteraan masyarakat.

Bencana banjir yang dialami oleh Kelurahan Banjer Kecematan Tikala Kota Manado Sulawesi Utara merupakan banjir yang periodik yang hanya terjadi pada saat intensitas curah hujan yang tinggi, atau selama musim penghujan. Selama ini pihak pemerintah melakukan upaya pengurangan dampak (mitigasi) ini berupa Pengoptimalan Saluran Drainase dan Pembangunan Tanggul. Tetapi walaupun telah dilakukan upaya-upaya tersebut oleh pemerintah setempat namun banjir masih saja tetap mengenangi.

Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa hampir tiap tahunnya teerjadi banjir, khususnya pada musim hujan atau saat intensitas hujan tinggi. Sedangkan pada tahun 2015 banjir terjadi lagi di Tikala, yaitu bulan Januari rata-rata ketinggian 20 cm – 1 m. Dampak dari banjir yang terjadi didesa Tikala Kelurahan Banjer Kota Manado Sulawesi Utara yaitu kerugian secara materi dan non materi karena mengalami kegagalan produksi pertanian. Tergenangnya permukiman penduduk dan terhambatnya jalan menuju desa tetangga sehingga mengganggu mobilitas penduduk danterganggunya aktifitas pendidikannya.

(19)

Adapun untuk meminimalisir dampak terjadinya banjir, di anggap perlu untuk mengidentifikasikan tingkat kerawanan bencana banjir dan menfokuskan pada arahan pengedalian kawasan berbasis mitigasi di daerah pemukiman di Kelurahan Banjer Kecamatan Tikala Kota Manado Sulawesi Utara.

B. Rumusan Masalah

Adapun berdasarkan paparan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah pokok penelitian yakni :

1. Bagaimana tingkat kerawanan bencana banjir di daerah permukiman Kelurahan Banjer Kecamatan Tikala Kota Manado Sulawesi Utara ?

2. Bagaimana arahan pengendalian pemanfaatan ruang berbasis mitigasi bencana banjir di daerah permukiman Kelurahan Banjer Kecamatan Tikala Kota Manado Sulawesi Utara ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisa tingkat kerawanan banjir di daerah permukiman Kelurahan Banjer Kecamatan Tikala Kota Manado Sulawesi Utara.

2. Untuk menetapkan strategi arahan pengendalian pemanfaatan ruang berbasis mitigasi bencana banjir di daerah permukiman Kelurahan Banjer Kecamatan Tikala Kota Manado Sulawesi Utara.

(20)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat di peroleh dari penelitian ini yaitu :

1. Sebagai bahan pertimbangan Pemerintah Daerah Kota Manado Sulawesi Utara dalam meminimalisir terjadinya bencana banjir serta dalam mengambil kebijakan terkait dengan pengendalian pemanfaatan ruang di daerah bencana banjir di Kelurahan Banjer Kecamatan Tikala Kota Manado Sulawesi Utara.

2. Sebagai bahan referensi dan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya mengenai masalah bencana banjirdi Kota Manado Sulawesi Utara.

E. Batasan Masalah

Batasan masalah yang khusus dikaji adalah tingkat kerawanan bencana banjir di daerah permukiman Kelurahan Banjer Kecamatan Tikala Kota Manado yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti curah hujan, penggunaan lahan, jenis tanah, kemiringan lereng dan arahan pengendalian pemanfaatan ruang berbasis mitigasi bencana banjir di daerah permukiman Kelurahan Banjer Kecamatan Tikala Kota Manado.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini dengan sistematika pembahasan sebagai berikut :

(21)

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang. Rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian dan sistematika pembahasan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi kajian-kajian teori mengenai ruang dan wilayah, teori mengenai bencana banjir dan teori mengenai mitigasi penanggulangan bencana banjir.

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada Bab ini akan memuat tentang ruang lingkup penelitian, teknik pengumpulan data metode analisis data, variabel penelitian, defenisi operasional dan kerangka pikir.

BAB IV : DATA DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini menjelaskan Data seperti : gambaran umum Kelurahan Tikala yang terdiri dari, aspek fisik dasar, pola penggunaan lahan, aspek kependudukan, aspek prasarana.

Membahas analisa seperti : tingkat kerawanan bencana banjirdi daerah permukiman di Kelurahan Banjer Kecamatan Tikala Kota Manado Sulawesi Utara dan arahan pengendalian pemanfaatan ruang berbasis mitigasi bencana banjir didaerah permukiman Kelurahan Banjer Kecamatan Tikala Kota Manado Sulawesi Utara.

BAB V : PENUTUP

Dalam bab ini membahas kesimpulan dan saran-saran yang dirangkum dari hasil penulisan.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka dalam penulisan ini dimaksudkan sebagai review terhadap teori atau konsep yang bersumber dari literatur tertentu, jurnal, serta skripsi. Tinjauan pustaka ini bisa mencakup pengertian yang melatar belakangi yang selanjutnya digunakan untuk menjawab masalah penelitian secara teoritis.

A. Pengertian Mitigasi

Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007, mengatakan bahwa Mitigasi dapat didefenisikan serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencanam baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Mitigasi yaitu usaha untuk mengurangi atau meniadakan korban dan kerugian yang mungkin timbul, maka titik berat perlu diberikan pada tahap sebelum terjadinya bencana, yaitu terutama penjinakan/peredaman atau dikenal dengan istilah mitigasi. Miktigasi pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis bencana, baik yang termasuk kedalam bencana alam (natural disaster) maupun bencana sebagai akibat dari perbuatan manusia (man-made disaster).

B. Pengertian Banjir

Banjir merupakan salah satu fenomena alam yang sering terjadi diberbagai wilayah. Richard (1995 dalam Suherlan 2001, hal 21)

(23)

mengartikan banjir dalam dua pengertian yaitu : 1) meluapnya air sungai yang disebabkan oleh debit sungai yang melibihi daya tampung sungai pada keadaan curah hujan tinggi, 2) genangan pada daerah dataran rendah yang datar yang biasanya tidak tergenang.

Banjir dalam pengertian umum adalah debit aliran air sungai dalam jumlahyang tinggi, atau debit aliran air di sungai secara relatif lebih besar dari kondisinormal akibat hujan yang turun di hulu atau di suatu tempat tertentu terjadi secaraterus menerus, sehingga air tersebut tidak dapat ditampung oleh alur sungai yangada, maka air melimpah keluar dan menggenangi daerah sekitarnya(Peraturan Dirjen RLPS No.04 thn 2009). Banjir merupakan peristiwa dimanadaratan yang biasanya kering (bukan daerah rawa) menjadi tergenang oleh air, halini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan kondisi topografi wilayah berupadataran rendah hingga cekung. Selain itu, terjadinya banjir juga dapat disebabkanoleh limpasan air permukaan (runoff) yang meluap dan volumenya melebihikapasitas pengaliran sistem drainase atau sistem aliran sungai.Terjadinya bencana banjir juga disebabkan oleh rendahnya kemampuan infiltrasitanah, sehingga menyebabkan tanah tidak mampu lagi menyerap air. Banjir dapatterjadi akibat naiknya permukaan air lantaran curah hujan yang diatas normal, prubahan suhu, tanggul/bendungan yang bobol, pencairan salju yang cepat, terhambatnya aliran air di tempat lain (Ligal, 2008).

(24)

Banjir dpat disebakan oleh berbagai macam faktor antara lain faktor iklim dan faktor fisik wilayah tersebut. Faktor utama terjadinya banjir adalah faktor iklim, yaitu hujan. Hujan merupakan sumber air untuk terjadinya banjir.banjir tidak akan terjadi bila permukaan yang terkena hujan mampu meresapkan air dengan baik sehingga menurunkan jumlah air hujan yang langsung mengalir melalui permukaan (Adiniingsih, 1998 dalam Sariwulan et al., 2000, hal 18). Ini menunjukkan bahwa selain faktor utama berupa faktor iklim, faktor fisik wilayah juga mempengaruhi.

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004,hal 36) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam serta persoalan banjir yang disebakan oleh aktifitas penduduk. Kondisi dan peristiwa alam yang dimaksud, antara lain curah hujan yang tinggi; jumlah aliran permukaan yang besar; melimpasnya air sungai; dan pembendungan muara sungai akibat airpasang dari laut. Faktor penyebab banjirmampu membanjiri wilayah luas dan mendorong peluapan air di dataran rendah,sehingga banjir yang meluap dari sungai-sungai selain induk sungai biasa di sebut banjir kiriman. Besarnya banjir tergantung kepada beberapa faktor, diantaranya kondisi-kondisi tanah (kelembaban tanah, vegetasi, perubahan suhu/musim, keadaan permukaan tanah yang tertutup rapat oleh bangunan batu bata, blok-blok semen, beton,

(25)

pemukiman/perumahan dan hilangnya kawasan-kawasan tangkapan air/alih fungsi lahan. 3. Banjir pantai Banjir yang membawa bencana dari luapan air hujan sering makin parah akibat badai yang dipicu oleh angin kencang sepanjang pantai. Air payau membanjiri daratan akibat satu atau perpaduan dampak gelombang pasang, badai, atau tsunami (gelombang pasang). Sama seperti banjir luapan sungai, hujan lebat yang jatuh di kawasan geografis luas akan menghasilkan banjir besar di lembah-lembah pesisir yang mendekati muara sungai (Ligal, 2008).

Menurut Kodoatie dan Sugiyanto (2002), faktor penyebab terjadinya banjir dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu banjir alami dan banjir oleh tindakan manusia. Banjir akibat alami dipengaruhi oleh curah hujan, fisiografi, erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainase dan pengaruh air pasang. Sedangkan banjir akibat aktivitas manusia disebabkan karena ulah manusia yang menyebabkan perubahan-perubahan lingkungan seperti : perubahan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), kawasan pemukiman di sekitar bantaran.

Rusaknya drainase lahan, kerusakan bangunan pengendali banjir, rusaknya hutan (vegetasi alami), dan perencanaan sistim pengendali banjir yang tidak tepat.

1. Penyebab banjir secara alami Yang termasuk sebab-sebab alami diantaranya adalah :

(26)

a. Curah hujan Oleh karena beriklim tropis, Indonesia mempunyai dua musim sepanjangtahun, yakni musim penghujan dan musim kemarau. Pada musim hujan,curah hujan yang tinggi berakibat banjir di sungai dan bila melebihi tebing sungai maka akan timbul banjir atau genangan.

b. Pengaruh fisiografi Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan daerah pengaliran sungai (DPS), kemiringan sungai, geometrik hidrolik (bentuk penampang seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang,material dasar sungai), lokasi sungai dan lain-lain merupakan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya banjir.

c. Erosi dan Sedimentasi Erosi di DPS berpengaruh terhadap pengurangan kapasitas penampang sungai. Besarnya sedimentasi akan mengurangi kapasitas saluran sehingga timbul genangan dan banjir di sungai.

d. Kapasitas sungai pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh pendapatan berasal dari erosi DPS dan erosi tanggul sungai yang berlebihan. Sedimentasi sungai terjadi karena tidak adanya vegetasi penutup dan adanya penggunaan lahan yang tidak tepat. Sedimentasi menyebakan terjadinya agradasi dan pendangkalan pada sungai, hal ini dapat menyebabkan berkurangnya kapasitas

(27)

tampungan sungai. Efek langsung dari fenomena ini menyebabkan meluapnya air dari alur sungai keluar dan menyebabkan banjir.

e. Kapasitas drainasi yang tidak memadai Hampir semua kota- kota di Indonesia mempunyai drainasi daerah genangan yang tidak memadai, sehingga kota-kota tersebut sering menjadi langganan banjir di musim hujan.

f. Pengaruh air pasang Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir bersamaan dengan air pasang yang tinggi maka tinggi genangan atau banjir menjadi besar karena terjadi aliran balik (backwater).

2. Penyebab banjir akibat aktifitas manusia

Yang termasuk sebab-sebab banjir karena tindakan manusia adalah :

a. Perubahan kondisi DAS

Perubahan kondisi DAS seperti penggudulan hutan, usaha pertanian yang kurang tepat, perluasan kota, dan perubahan tataguna lainnya dapat memperburuk masalah banjir karena meningkatnya aliran banjir.

b. Kawasan kumuh dan sampah

Perumahan kumuh sepanjang bantaran sungai menjadi penghambat aliran. Masyarakat membuang sampah langsung

(28)

ke alur sungai, sehingga dapat meninggikan muka air banjir disebabkan karena aliran air terhalang.

c. Drainasi lahan

Drainasi perkotaan dan pengembangan pertanian pada daerah bantaran banjir akan mengurangi kemampuan bantaran dalam menampung debit air yang tinggi.

d. Kerusakan bangunan pengendali air

Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan pengendali banjirsehingga menimbulkan kerusakan dan akhirnya tidak berfungsi dapat meningkatkan kuantitas banjir.

e. Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat

Beberapa sistem pengendalian banjir memang dapat mengurangi kerusakan akibat banjir kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat menambah kerusakan selama banjir-banjir yang besar. Semisal, bangunan tanggul sungai yang tinggi.

Limpasan pada tanggul ketika terjadi banjir yang melebihi banjir rencana dapat menyebabkan keruntuhan tanggul. Hal ini mengakibatkan kecepatan aliran yang sangat besar melalui tanggul yang bobol sehingga menibulkan banjir yang besar.

f. Rusaknya hutan (hilangnya vegetasi alami)

Penebangan pohon dan tanaman oleh masyarakat secara liar (illegallogging), tani berpindah-pindah dan permainan rebiosasi

(29)

hutan untuk bisnisdan sebagainya menjadi salah satu sumber penyebab terganggunya siklus hidrologi dan terjadinya banjir.

1. Daerah Rawan Banjir

Wilayah pada prinsipnya merupakan suatu sistem, yaitu meliput kesuluruhan sumberdaya alam, sumberdaya buatan, sumberdaya manusia beserta kegiatannya dalam wilayah tersebut atau suatu tata ruang. Ruang itu merupakan wadah interaksi kegiaatan dari sumberdaya di atas. Ruang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara.

Dalam memformulasikan banjir, parameter-parameter yang terkait dibedakan antara karakteristik potensi air banjir dan kerentanan daerah rawan banjir. Potensi banjir terkait dengan sumber (asal) penyebab air banjir itu terjadi dimana hal ini berkaitan dengan faktor meterologis dan karakteristik DAS-nya. Sehingga parameter-parameter yang digunakan untuk memformulasikan kerentangan potensi banjir dilakukan melalui estimasi berdasarkan kondisi alami manajemen daerah tangkapan airnya atau pengukuran langsung dari nilai debit spesifik maksimun tahunannya. Kawasan yang potensial untuk dilanda banjir yang diindikasikan dengan frekuensi terjadinya banjir (pernah atau berulang kali).

2. Mitigasi Bencana

Berdasarkan UU No. 27 Tahun 2007 tentang pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil,mengemukakan bahwa

(30)

mitigasi bencana adalah upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik secara struktur atau fisik melalui pembangunan fisik alami dan / atau buatan maupun non struktur atau non fisik melalui peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana diwilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Pengendalian banjir disuatu wilayah diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau badan hukum sesuai kewenangan masing-masing, yang pelaksanannya diikoordinasikan Badan terakit.

C. Penyebab Terjadinya Banjir

Menurut Robert J. Kodatie dan Sugiyanto (2002 : Hal, 78) banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya banjir yaitu banjir yang disebabkan oleh sebab-sebab alami, dan banjir yang diakibatkan oleh tindakan manusia.

1 . Sebab-sebab banjir alami diantaranya adalah:

a. Curah hujan

Indonesia mempunyai iklim tropis sehingga sepanjang tahun mempunyai dua musim yaitu musim hujan umumnya terjadi antara bulan Oktober sampai bulan Maret, dan musim kemarau terjadi antara bulan April sampai bulan September.

Pada musim penghujan, curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan banjir di sungai dan bila mana melebihi tebing sungai maka akan timbul banjir atau genangan.

(31)

b. Pengaruh fisiografi

Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan sungai, geometrik, hidrolok (bentuk penampang seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang, material dasar sungai), lokasi sungai dan lain-lain. Merupakan hal-hal yang mempengaruhi banjir.

c. Erosi dan sidenmentasi

Erosi daerah pengaliran sungai berpengaruh terhadap pengurangan kapasitas penampang sungai. Esori menjadi pengurangan kapasitas penampang sungai. Erosi menjadi problem klasik sungai-sungai Indonesia. Besarnya sidimentasi akan mempengaruhi besar pada sungai – sungai Indonesia.

d. Kapasitas sungai

Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh pengendapan berasal dari erosi daerah pengaliran sungai dan erosi tanggul sungai yang berlebihan itu karena tidak adanya vagetasi penutup dan adanya penggunaan lahan yang tidak tepat.

e. Kapasitas drainase yang tidak memadai

Hampir semua kota – kota di Indonesia mempunyai drainase daerah genangan yang tidak memadai, sehingga kota – kota tersebut sering menjadi langgaran banjir di musim hujan.

(32)

f. Pengaruh air pasang

Air pasang kaut memperlambat aliran sungai ke laut.

Pada waktu belajar bersamaan dengan air pasang yang tinggi maka tinggi genangan atau banjir menjadi besar karena terjadi aliran balik (backwater).

g. Sebab – sebab banjir karena tindakan manusia adalah : 1) Perubahan kondisi daerah pengaliran sungai

Perubahan daerah pengaliran sungai seperti pengundulan hutan, usaha pertanian yang kurang tepat, perluasan kota, dan perubahan tata guna lainnya dapat pemperburuk masalah banjir karena meningkatnya aliran banjir. Dari persamaan – persamaan yang ada, perubahan tata guna lahan memberikan konstribusi yang besar terhadap naiknya kuantitas dan kualitas banjir.

2) Kawasan kumuh

Perumahan kumuh yang terdapat disepanjang sungai, dapat merupakan penghambat aliran. Masalah kawasan kumuh dikenal sebagai faktor penting terhadap masalah banjir daerah perkotaan.

3) Sampah

Disiplin masyarakat untuk membuang sampah pada tempat yang ditentukan tidak baik, umumnya mereka

(33)

langsung membuang sampah ke sungai. Pembuangan sampah dialur sungai dapat meninggalkan muka air banjir karena menghalangi aliran.

4) Drainase

Drainase perkotaan dan pembangunan pertanian pada daerah bantuan banjir akan mengurangu kemampuan bantaran dalam menampung debit air yang tinggi.

5) Bendung dan bangunan air

Bendung dan bangunan lain seperti pilar jembatan dapat meningkatkan elevasi muka air banjir karena efek aliran balik (backwater).

6) Kerusakan bangunan pengendaki banjir

Pemelirahan yang kurang memadai dari bangunan pengendalian banjir sehingga menimbulkan kerusakan dan akihrnya tidak berfungsi dapat meningkatkan kuantitas banjir.

7) Perencanaan sistem pengendalian

Perencanaan sistem pengendalian banjir memang dapat mengurangi kerusakan akibat banjir kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat menambah kerusakan selama banjir – banjir yang sebesar. Sebagai contoh bangunan tanggul sungai yang tinggi, limpasan pada

(34)

tanggul pada waktu terjadi banjir yang melebihi banjir dapat menyebabkan keruntuhan tanggul, menyebabkan kecepatan aliran yang sangat besar yang melalui banjir yang melebihi banjir dapat menyebabkan keruntuhan tanggul, menyebabkan kecepatan aliran yang sangat besar yang melalui bobolnya tanggul sehingga menimbulkan banjir yang besar.

D. Jenis Banjir

Menurut Ir. Suyono Sosrodarsono, Kensaku Takeda (hal, 10) jika dilihat dari aspek penyebabnya, jenis banjir yang ada dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu :

1. Banjir yang disebabkan okeh hutan yang lama, dengan intensitas rendah (hujan siklonik atau frontal) selama beberapa hari. Dengan kapasitas penyimpanan air yang dimiliki oleh masing – masing Satuan Wilayah Sungai (SWS) yang akhirnya terlampaui, maka air hujan yang terjadi akan menjadi limpasan yang selanjutnya akan mengalir secara cepat ke sungai –sungai terdekat, dan meluap menggenangi areal daratan rendah di kiri- kanan sungai. Jenis banjir ini termasuk yang paling sering terjadi di Indonesia.

2. Banjir karena salju yang mengalir, terjadi karena mengalirnya tupukan saljur dan kenaikan suhu udara yang cepat diatas lapisan

(35)

salju. Aliran salju ini akan mengalir dengan cepat bila disertai dengan hujan.

3. Banjir bandang (flash flood), disebabkan oleh tipe hujan konvensional dengan intensitas yang tinggi dan gterjadi pada tempat- tempat dengan topografi yang curam di bagian hulu sungai.

Aliran air banjir dengan kecepatan tinggi akan memiliki daya rusak yang besar, dan akan lebih berbahaya bila rusak terhadap yang dilaluinya.

4. Banjir yang disebabkan oleh pasang surutatau air balik (backwater) pada muara sungai atau pada pertempuan dua sungai. Kondisi ini akan menimbulkan dampak besar, bila secara bersamaan terjadi hujan besar di daerah hulu sungai yang mengakibatkan meluapnya air sungai di bagian hilirnya, serta disertai badai yang terjadi di lautan atau pantai.

E. Tipologi Kawasan Rawan Bencana Banjir 1. Daerah pesisir pantai

Daerah pesisir pantai merupakan daerah yang rawan banjir. Hal tersebut dikarenakan daerah pesisir merupakan dataran rendah yang elevasi permukaan tanahnya lebih rendah atau sama dengan elavasi air laut pasang rata- rata (mean sea level/ MSL) dan tempat bermuaranya sungai.

(36)

2. Daerah Dataran Banjir

Daerah daratan banjir adalah daerah daratan rendah di sisi sungai yang memiliki evalasi sangat landai dan relatif datar. Aliran air menuju sungai yang lambat akibat datran banjir ini, mengakibatkan daerah tersebut rawan terhadap banjir baik oleh luapan air sungai maupun karena hujan lokal. Bencan banjir dengan umumnya terjadi terutama pada daerah yang dulalui sungai besar dengan debit banjir yang besar.

3. Daerah Sempadan Sungai

Daerah ini merupakan daerah rawan banjir, namun daerah ini sering dimanfaatkan sebagai tempat hunian dan kegiatan usaha.

Akibatnya, apabila terjadi banjir akan menimbulkan dampak bencana yang membahayakan jiwa dan harta benda.

4. Daerah Cekungan

Daerah cekungan merupakan daerah yang relatif cukup luas baik di daratan rendah maupun di dataran tinggi (hulu sungai).

Daerah cekungan dapat menjadi daerah rawan bencana banjir, bila penataan kawasan atau ruang tidak terkendali dan mempunyai sistem drainase yang kurang memadai.

F. Kerawan Terhadap Banjir

Didaerah dekat sungai, utamanya bantaran serta lembah- lembah yang paling berisiko terhadap terjangan banjir adalah :

(37)

1. Bangunan dari bahan tanah atau bata bisa pecah atau retak bila terkena air,

2. Bangunan dengan pondasi dangkal,

3. Bangunan dengan pondasi yang tidak kedap air,

4. Sistem – sistem pembangunan air (selokan pipa) saluran pasokan air, saluran listrik, mesin-mesin dan semua barang elektronik (terutama industri dan telekomunikasi),

5. Lumbung pangan, tanaman di lahan, ternak dalam kandang, 6. Benda-benda bersejarah atau artefak budaya yang tergatikan

seandainya hancur atau rusak berat,

7. Industri kelautan, termasuk galangan kapal, kapal-kapal itu sendiri, pelabuhan, gudang pelabuhan, dan sebagainya.

Faktor- faktor lain yang mempengaruhikerawanan adalah : 1. Kurang atau tak tersedianya tempat-tempat penampungan

pengungsi lengkap dengan fasilitas yang dibutuhkan, di ketinggian yang melibihi ketinggian luapan air,

2. Kurang atau tidak adanya informasi yang diterima masyarakat tentang jalur-jalur pengunsian.

3. Kurang atau tidak efektifnya kegiatan-kegiatan penanggulangan bencana. Banjir besar kemungkinan akan menyebabkan banyak korban tewas akibat tenggelam, khususnya anak-anak dan orang- orang berusia lanjut, cacat, atau lemah. Namun sebagian besar

(38)

hanya mengakibatkan cedera parah yang tidak sampai fatal, sehingga pertolongan medis harus selalu tersedia dan korban yang parah harus segera dilarikan ke rumah sakit, terlebih jika membutuhkan operasi.

G. Dampak-dampak Banjir

Bangunan-bangunan akan rusak atau hancur akibat daya terjang air banjir, terseret arus, daya kikis genangan air, longsornya tanah di seputar atau di bawah pondasi, tertabrak terkikis oleh benturan dengan benda-benda barat yang terseret arus.kerugian fisik cenderung lebih besar bila letak bangunan di lembah-lembah penggunungan dibanding di daratan rendah terbuka. Banjir kilat akan menghantam apa saja yang dilaluinya.

Di wilayah pesisir, kerusakan besar terjadi akibat badai yang mengangkat gelombang-gelombang air laut, kerusakan akan terjadi tatkala gelombang datang dan pada saat gelombang itu pergi atau kembali ke laut. Lumpur, minyak dan bahan-bahan lain yang dapat mencemarkan tanah, udara dan air bersih akan terbawa oleh banjir dan diendapkan di lahan yang sudah rusak atau di dalam bangunan. Tanah longsor kemungkinan terjadi bila tanah itu tak kuat diterjang air dan terkikis atau runtuh.

Untuk tanah pertanian, banjir memberi manfaat sekaligus masalah. Bila terjadi pengikisan lapisan bunga tanah (humus), atau

(39)

lahan dilanda air garam, selama bertahun-tahun petani tidak bisa lagi mengolah tanah itu untuk budidaya pertanian. Namun pengendapan lumpur banjir juga bisa sangat meningkat kesuburan tanah. Di pesisir di antara para nelayan, kerugian besar mungkin terjadi akibat peralatan dan piranti hilang atau rusak. Di sisi lain, banjir bisa menguntungkan karena:

1. Banjir bisa mengeluarkan bahan-bahan pencemar air yang mengendap menyumbat saluran air.

2. Banjir bisa menjaga kelembaban tanah dan mengembalikan kelembaban tanah tandus atau kering.

H. Sistem Informasi Geografis (SIG)

SIG menurut Aronof (1989 dalam Prahasta 2002, hal 42) adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografi. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objek- objek dan fenomena dimana lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Prahasta (2002, hal 35) menyebutkan bahwa SIG dapat merepresentasikan dunia nyata di atas monitor komputer sebagai mana lembaran peta dapat merepresentasikan dunia nyata di atas kertas. Tetapi SIG memiliki kekuatan lebih dari fleksibelitas dari pada lembaran peta kertas. SIG menyedakan kemampuan analisis yang luas dalam menganalisis topologi atau aspek spesialis dan antribut-atributnya. SIG mampu

(40)

menyimpan, menyusun, menganalisa, dan nonspasial dengan mengeditvia polygon, hasilnya adalah data yang terkonversi yang secara mudah dapat diterjemahkan sebagai informasi.

Shamsi (2005, hal 16) menyebutkan bahwa pengaplikasian SIG memiliki beberapa keuntungan. SIG meningkatkan efesiensi waktu, menghemat dana, dan memudahkan pekerjaan. SIG juga menawarkan kemampuan dalam mengintegrasikan infosrmasi sehingga menciptakan komunikasi yang lebih baik diantara beragam pengguna informasi. Hal-hal tersebut membuat SIG mampu dimanfaatkan dan diaplikasikan dalam berbagai bidang.

Teknik overlay atau tumpang tindih digunakan untuk mengetahui tingkat kerawanan bencana banjir dan metode yang digunakan adalah secara deskriptif dengan melihat pengaruh masing- masing variabel penyebab banjir. Variabel yang digunakan dalam menentukan daerah rawan banjir berbasis GIS adalah curah hujan, jenis tanah, kelerengan lahan, dan penggunaan lahan. Semua variabel tersebut sangat berpengaruh dalam peristiwa terjadinya banjir. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah teknik pembobokan (harkat) dengan menggunakan metode tumpang tindih (overlay).

I. Integrasi Penginderaan Jauh dan SIG

Wilkinson (1996) dalam Weng (2010, hal 27). Menyimpulkan tiga jalan utama penginderaan jauh dan SIG dapat di integrasikan, yaitu: 1) penginderaan jauh digunakan sebagai alat pengumpul data

(41)

informasi penunjang untuk memperbaiki hasil yang didapatkan dari penginderaan jauh, 3) penginderaan jauh dan SIG digunakan bersama untuk pemodelan dan analisa.

Weng (2010, hal 27) kemudian menjabarkan bahwa data penginderaan jauh dapat digunakan untuk memperoleh informasi tematik dan perbaharuan data SIG. Informasi data tematik tersebut berupa hasil interpretasi terhadap citra satelit baik secara otomatis maupun manual. Pembaharuan data SIG dengan data penginderaan jauh misalnya digunakan untuk memperbaharui data penggunaan lahan. Pembaharuan data SIG dengan data penginderaan jauh menjadi lebih efektif dan afisien dari segi waktu dan biaya. Data SIG sebagai informasi penunjang data penginderaan jauh digunakan dalam klasipikasi citra, dan pra penggolahan citra. Informasi penunjang tersebut memberikan nilai lebih terhadap klasifikasi citra. Sebagai contoh, informasi penunjang sebagai data tokografis dapat digunakan untuk memperbaiki akurasi penutupan lahan terutama di daeraah bergunung. Peran data SIG dalam pra pengolahan citra satelit misalnya digunakan dalam koreksi geografis citra dan pembatasan wilayah amatan/pemotongan citra satelit.

J. Aplikasi penginderaan jauh dan SIG untuk pemetaan kerawan banjir

Salah satu aplikasi teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis adalah dapat digunakan untuk memetakan daerah rawan bencana. Penginderaan jauh menyediakan input data untuk SIG

(42)

sedangkan SIG menyusun dan membantu tahap analisi data hingga informasi yang di inginkan bisa didapatkan.

Penggunaan data pengindedaraan jauh dan SIG dalam pemetaan kerawanan banjir baik secara terpisah maupun terintegrasi telah di lakukan oleh banyak pihak. Penggunaan data DEM (Data Elefasi Model) SRTM (Suttle Radar Topography Mission), Citra Landsat ETM dan integrasinya dengan SIG alam pemetaan rawan banjir yaitu mengenai resiko banjir. Penelitian ini mengulas penggunaan data DEM (Data Elefasi Model) SRTM (Suttle Radar Topography Mission) dan Citra Landsat ETM dalam pemetaan rawan banjir. Data dari SRTM (Suttel Rada Topography Mission) dapat menyediakan informasi topography spesifik mengenai daerah amatan secara mudah.

Kemiringan lereng dan ketinggian merupakan informasi yang dapat diambil dari data SRTM (Suttel Radar Topography Mission) dan digunakan dalam pemetaan rawan banjir. Gambaran kemiringan lerang dan ketinggian amatan dapat dijelaskan dengan adanya informasi ini.

Willage (2007, hal 36) menyebutkan bahwa pemetaan kerawan bencana secara umum dengan pendekatan yang mengitegrasikan data inderaja, fisik lahan,topography, dan data kejadian bencana dapat dilakukan dengan SIG.

Rahardjo (2008, hal 17) membahas tentang “pemetaan rawan banjir berdasarkan kondisi fisik lahan”. Penelitian ini mengguanakan

(43)

parameter berupa data curah hujan, kemiringan lereng, dan jenis tanh.

Hasil yang didapatkan membagi dalam empat kelas kerawan banjir, yaitu kerawanan tinggi, rawan, kerawanan rendah, dan tidak rawan.

Sukia et al. (2004, hal 24) menggunakan parameter litologi, kemiringan lereng, curah hujan, penggunaan lahan, dan perkembangan orde sungai dalam analisis penentuan lokasi rawan banjir.

K. Kriteria Parameter Kerawanan Banjir 1. Curah hujan

Curah hujan adalah faktor non-fisik lahan yang sangat mempengaruhi kejadian banjir. Curah hujan yang tinggi, akan memperbesar kemungkinan terjadinya banjir. Puslitbang DPU (2007) menyebutkan bahwa curah hujan merupakan input penyebab dalam sistem lahan. Curah hujan berinteraksi langsung terhadap karakteristik fisik lahan, memproses menghasilkan sesuatu keluaran sebagai respon pembukaan lahan, dalam hal ini adalah banjir.

2. Lereng

Arsyad (2006,hal 36) menyebutkan bahwa kemiringan lereng merupakan salah satu sifat topografi yang paling berpengaruh terhdap aliran permukaan. Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat atau persen. Kemiringan lereng yang landai memiliki kerentanan banjir lebih tinggi dari lereng yang curam. Hal ini dikarenakan laju air pada kemiringan data atau landai

(44)

lebih lambat bila dibandingkan pada lereng yang curam. Dengan kata lain, semakin kecil kemiringan suatu wilayah, maka semakin rentang wilayah tersebut mengalami genangan air atau banjir.

3. Kelas Drainase

Drainase merupakan parameter penentuan banjir yang terkait dengan tekstur tanah. Tekstur tanah dapat menggabarkan kemampuan tanah dalam meresapkan air. Tanah bertekstur halus lebih lambat dalam meresepkan air ke dalam namun, mampu mengikat air lebih lama biladibandingkan tanah bertekstur halus lebih lambat dalam meresapkan air ke dalam namun, mampu mengikat air lebih lama bila dibandingkan tanah berstektur kasar.

Hal ini mendasari pemikiran bahwa tanah bertektur halus lebih cepat jenuh sehingga aliran permukaan dan genangan air lebih cepat terjadi.

4. Bentuk lahan

Bentuk lahan merupakan salah satu wahana tempat berlangsungnya proses air mengalir yang berasal dari input hujan sampai kelaut. Bentuk lahan dari permukaan yang berbeda memberikan arti bahwa permukaan tersebut terkena suatu tenaga yang prosesnyaberulang-ulang sehingga memberikan ciri dan karakter yang berbeda (Raharjo, 2008). Bentuk lahan yang berbeda memiliki respon yang berbeda dalam merespon air. Pemberian skor terhadap air hujan. Bentuk lahan lebih landai hingga cekung

(45)

memiliki kemungkinan terjadi banjir lebih besar karena aliran air akan bergerak lambat sehingga kemungkinan terjadinya genangan atau banjir lebih tinggi.

L. Upaya Penanganan Banjir

Upaya penanganan bencana banjir di lakukan dengan mengutamakan upaya kesiapsiagaan dan kecepatan bertindak sejak kesiapsiagaan tanggap darurat hingga pemulihan darurat (pedoman penanggulangan bencana banjir, Bakornas, 2007).

1. Kesiapsiagaan

Kegiatannya meliputi : a. Pemantauan cuaca

b. Pemantauan debit air sungai c. Pengamatan peringatan dini d. Penyebaran informasi e. Inventarisasi kesiapsiagaan f. Penyiapan peta rawan bencana

g. Penyiapan sumberdaya untuk tanggap darurat h. Penyiapan alat-alat berat dan bahan banjiran i. Penyiapan pompa air, mobil tangki dan mobil tinja

j. Penyiapan tenaga medis dan para medis dan ambulance k. Penyiapan jalur efakuasi dan lokasi penampungan sementara l. Penyiapan keamanan

2. Tanggap darurat

(46)

Kegiatannya meliputi : a. Pendirian posko bantuan.

b. Pengerahan personil dari berbagai unsur operasi (pemerinta dan non-pemerintah) terutama untuk penyelamatan dan perlindungan (SAR) dengan membentuk TRC untuk memberikan pertolongan/penyelamatan dan inventarisasi kerusakan.

c. Pemenuhan kebutuhan dasar dalam penampungan sementara 1) Distribusi bantuan (hunian sementara, pangan dan

sandang). Pada tahap awal, bantuanpangan berupa makanan siap-santap

2) Pendirian dapur umum

d. Pemberian layanan air bersih, jamban dan sanitasi lainnya e. Pemberian layanan kesehatan, perawatan dan rujukan

f. Pengoprasian peralatan, mengoperasikan peralatan sesuai kebutuhan di lapangan, termasuk alat-alat berat

g. Pengerahan sarana transportasi udara/laut, dilakukan pada situasi/kondisi tertentu yang memerlukan kecepatan untuk penyelamatan korban bencana dan distribusi bantuan kepada masyarakat/korban bencana terisolasi

h. Koordinasi dan komando 3. Pemulihan darurat

Kegiatannya meliputi:

(47)

a. Mengembalikan sarana/prasarana vital dapat berfungsi normal agar masyarakat dapat beraktifitas kembali

b. Evaluasi penanganan darurat dan pernyataan tanggap darurat selesai.

M. Konsep Menangani Banjir

Program yang diketengahkan bahkan kadang tidak efektif, sementara tuntutan masyarakat semakin menguat untuk penyelesaian masalah ini seiring dengan banjir yang semakin sering terjadi. Berikut ini merupakan konsep atau cara efektif dan berkesinambungan untuk penanggulangan banjir di Desan Tikala. Secara umum seluruh kejadian banjir disebabkan oleh rendahnya kemampuan potensi Daerah Aliran Sungai (DAS) yang bersangkutan, berkurangnya retensi sepanjang alur sungai, kurangnya areal resapan (tempat parkir air) di suatu kawasan dan Water-Culture yang rendah, oleh karena itu penyelesaian banjir yang efektif adalah dengan menggarap ke empat permasalahan ini secara serius.

a. Mengadakan rebosiasi secara massal di Daerah Aliran Sungai (DAS) baik di areal hutan maupun diareal permukiman baik di Desa maupun di kota.

b. Dengan mempertinggi retensi sungai sendiri terhadap banjir, bagaimana banjir itu bisa disebar di sepanjang sungai dari hulu sampai hilir sehingga yang terjadi bukan banjir besar di suatu titik tertentu, namun banjir kecil-kecil dengan pendek boleh terjadi di sepanjang alur sungai.

(48)

c. Dengan meningkatkan jumlah kolam retensi diberbagai kawasan baik di areal perkebunan, pertanian, pemukiman, perkantoran, perkotaan dan pedesaan. Kolam konservasi ini perlu disosialisasikan kepada semua lapisan masyarakat dan peerintah, karena kolam konversi dapat mencegah terjadinya banjir di bagian hilir secara signifikan.

d. Pembentukan karakter sosio-hidraulik atau water culture. Sosio- Hidraulik adalah suatu pendekatan penyelesaian masalah keairan, lingkungan dan banjir dengan membangun kesadaran sosial masal, bagaimana masyarakat berprilaku terhadap air. (sumarwoto, Otto 1991:91-94).

N. Pemanfaatan Ruang Kawasan Rawan Bencana Banjir

Pola pemanfaatan ruang kawasan lindung sangat mendukung pemanfaatan ruang dikawasan banjir Bentuk pengendalian pemanfaatan ruang, baik pada bagian kawasan hulu maupun hilir, harus bersinergi satu sama lain, sebagai kesatuan paket kebijakan.

Tujuan kebijakan pemanfaatan ruang di kawasan rawan bencana banjir adalah :

1. Pengendalian ruang untuk pemanfaatan, yang sangat terkait dengan pola pengelolahan kawasan do sebelah hulu.

2. Meminimumkan korban jiwa dan harta benda, apabila terjadi bencana banjir.

Sedangkan sasaran yang diharapkan adalah tersedianya acuan bagi pemerintah daerahdalam pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan yang mempunyai potensi terhadap bahaya banjir.

(49)

O. Permasalahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Rawan Bencana Banjir

Permasalahan banjir yang terjadi selama ini, sangat terkait dengan adanya fenomena alam dan perilaku manusia dalam penyelenggaraan/pengelolaan alam. Konsep dasar yang harus di pahami dalam penyelenggaraan/pengelolaan banjir adalah :

1. Perlu adanya pemahaman dasar terkait dengan pengertian dan ruang lingkup keseimbangan ekosistem, yang mempunyai limtasi pemanfaatan;

2. Diperlukan pola pengelolahan ruang kawasan rawan bencana banjir, sebagai langkah nyata dalam mendukung upaya pengendalian;

3. Terjadinya penyimpangan terhadap konsintensi, terkait dengan kesesuaian dan keseleraan, antara rencana tata ruang dengan pemanfaatannya, baik pada kawasan hulu maupun hilir.

Permasalahan banjir hanya dapat di reduksi, sehingga dampak yang di timbulkan dapat di tekan seminimal mungkin. Dengan demikian, secara prinsip masalah banjir sudah dapat di hilangkan atau di tiadakan sama sekali, sehingga menjadi tanggung jawab kita bersama untuk melakukan pemantauan dan kemenangan melalui penyediaan sarana dan prasarana, sehingga dampak negatif dapat di reduksi semaksimal mungkin.

(50)

P. Kerangka Fikir

Mitigasi Bencana Banjir Di Daerah Permukiman Kelurahan Banjer Kecamatan Tikala Kota Manado

Kondisi Eksisting.

Ditinjau dari aspek fisik wilayah topografi, geologis, morfologi serta penggunaan Kelurahan Banjer merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana banjir.

Harapan.

Dapat mengetahui tingkat kerawanan bencana banjir dan untuk

menentukan strategi arahan pengendalian pemanfaatan ruang berbasis mitigasi bencana banjir di daerah permukiman Kelurahan Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat kerawanan bencana banjir di daerah permukiman Kelurahan Banjer Kecamatan Tikala Kota Manado?

2. Bagaimana arahan pengendalian pemanfaatan ruang berbasis mitigasi bencana banjir di daerah permukiman Kelurahan Banjer Kecamatan Tikala Kota Manado ?

Tujuan.

1. Untuk Menganalisis Tingkat Kerawanan Banjir di Daerah Permukiman Kelurahan Banjer Kecamatan Tikala Kota Manado.

2. Untuk Menerapkan Strategi Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Berbasis Mitigasi Bencana Banjir di Daerah Permukiman Kelurahan Banjer Kecamatan Tikala Kota Manado.

Manfaat.

1. Sebagai bahan pertimbangan Pemerintah Daerah Kota Manado Sulawesi Utaradalam meminimalisir terjadinya bencana banjir sera dalam mengambil kebijakan terkait dengan pengendalian pemanfaatan ruang di daerah bencana banjir Kelurahan Banjer Kecamatan Tikala Kota Manado.

2. Sebagai bahan referensi dan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya mengenai masalah bencana banjir di kota manado.

Pendekatan Analisis.

1. Kuantitatif : Analisis pembobotan dan Overlay

2. Kualitatif : Arahan Pemanfaatan ruang melalui mitigasi struktural dan non struktural

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini adalah secara umum kawasan rawan bencana banjir di Kelurahan Banjer Kecamatan Tikala Kota Manado. Adapun alasan dalam emilih lokasi penelitian, karena di dasarkan pada pertimbangan- pertimbangan, yaitu:

1. Kelurahan Banjer merupakan salah satu Kelurahan yang ada di kota Manado Sulawesi Utara yang merupakan langganan banjir tiap tahunnya.

2. Letak geografis Kelurahan Banjer merupakan wilayah yang rawan bencana, khususnya bencana banjir.

3. Pengembangan dan penanganan bencana banjir di Kelurahan Banjer belum sepenuhnya teratasi semaksimalmungkin

B. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis data

Untuk memperoleh hasil yang maksimal, dalam penelitian ini dibutuhkan data dan informasi yang relevan dengan penelitian. Adapun data yang digunakan terbagi 2 (dua) yaitu:

a. Data kualitatif

Merupakan data yang berbentuk kata-kata bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif diperoleh berbagai macam

(52)

teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisi dokumen atau observasi. Adapun jenis data kualitatif yang dibutuhkan yaitu peta tematik wilayah dan kawasan yang merupakan objek penelitian, data aspek fisik kawasan yakni diantaranya data administratif, topografi, jenis tanah,

kemiringan, jenis batuan, pola penggunaan lahan, dan kondisi hidrlogi.

b. Data Kuantitatif

Merupakan data yang diperolehkan berkaitan dengan satuan angka yang memberikan keterangan berkenan dengan jumlah seperti luasan wilayah, data curah hujan, jumlah

penduduk, kepadatan penduduk, luasan penggunaaan lahan serta data penunjang lainnya.

2. Sumber Data a. Data primer

Merupakan data-data yang diperoleh melalui

pengamatan langsung pada objek penelitian dilapangan atau yang akan diteliti. Adapun dalam penelitian ini, data-data primer yang dibutuhkan adalah antara lain: kondisi fisik lokasi

penelitian pada aspek penggunaan lahan, serta sarana dan prasarana di lokasi penelitia. Data primer bersumber dari hasil observasi dan interview di Kelurahan Banjer.

(53)

b. Data Sekunder

Merupakan data-data yang diperoleh secara tidak langsung, artinya ada perantara dan objek yang akan diteliti.

Data sekunder bersumber dari instansi pemerintah (BPBD, BAPPEDA, BPS), artikel (yang menyangkut pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana banjir), dan kerterangan dari masyarakat di Kelurahan Banjer.

C. Teknik Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi yang ada pada lokasi penelitian. Adapun

pengumpulan data dilakukan dengan cara yakni:

1. Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data melalui pengamatan

langsung pada objek penelitian di lapanganguna memperoleh data dan informasi mengenai penelitian yang dilakukan didukung

dengan intervew terhadap masyarakat atau pemerintah setempat, secara deskriptif.

2. Survey Instansi

Teknik ini dilakukan untuk menemukan data instansi kondisi fisik wilayah yang meliputi letak geografis, topografi, kemiringan lereng, kondisi iklim, geologi, jenis tanah dan lain-lain.

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk deskriptif, tabulasi dan gambar.

(54)

3. Telaah Kepustakaan

Yaitu pengumpulan data dan informasi melalui literatur yang berkaitan dengan tujuan penelitian.

D. Metode Analisis Data

Adapun guna memperoleh hasil yang maksimal, perlu adanya pendekatan analisis dan metode analisis yang menjadi tolak ukur keberhasilan dari penelitian. Adapun pendekatan dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pendekatan Kuanlitatif dengan Analisis Pembobotan (harkat) dan tumpang tindih (Overlay) untuk mengetahui tingkat kerawanan bencana banjir di Kelurahan Banjer Kecamatan Tikala Kota Manado Sulawesi Utara.

2. Metode yang digunakan adalah secara deskriptif dengan melihat pengaruh masing-masing variabel penyebab banjir. Variabel yang digunakan dalam menentukan daerah rawan banjir berbasis GIS adalah curah hujan, jenis tanah, keterangan lahan, dan penggunaan lahan. Semua variabel tersebut sangat berpengaruh dalam peristiwa terjadinya banjir. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah teknik pembobotan (Harkat) dengan menggunakan metode tumpang tindih (Overlay).

3. Pendekatan Kualitatif dengan menerapkan Arahan pengendalian Pemanfaatan Ruang berbasisi mitigasi bencana banjir pada wilayah rawan bencana banjir.

(55)

E. Defenisi Operasional Variabel

Defenisi Operasional adalah pengertian menurut peneliti terhadap suku kata yang menjadi kata kunci dalam penelitian ini, sehingga memperoleh pemahaman yang sama mengenai topik penelitian yang dilakukan. Adapun beberapa defenisioperasional yang penting untuk dikemukakan adalah antara lain:

1. Arahan pemanfaatan lahan: kajian potensi lahan yang digunakan untuk suatu kegiatan dalam suatu kawasan tertentu berdasarkan fungsi utamanya.

2. Kawasan rawan bencana: kawasan yang sering atau berpotensial tinggi mengalami bencana alam.

3. Tingkat kerawanan bencana rendah : apabila topografi wilayah berupa daratan tinggi seperti lereng pegunungan dengan kemiringan lereng lebih dari 40% dari permukaan laut, dengan kondisi penggunaan yang berupa hutan lindung dengan kondisi jenis tanah dan struktur geologi yang tahan terhadap erosi.

4. Tingkat kerawanan bencana sedang: apabila topografi wilayah memiliki kemiringan lereng berkisar antara 21%-40% dari permukaan laut dengan jenis tanah serta struktur batuan yang kurang peka terhadap erosi.

5. Tingkat kerawanan tinggiapabila topografi wilayah berupa daratan rendah berkisar antara 0%-20% dari permukaan laut dengan pola penggunaan lahan berupa kawasan budidaya terutama

(56)

permukiman dengan kondisi jenis tanah, struktur geologi dan struktur batuan yang peka terhadap erosi.

1. Bencana: kejadian yang terjadi karena peristiwa alam atau karena perubahan manusia yang menimbulkan kerusakan secara fisik dan atau hayati, yang mengakibatkan korban jiwa, harta dan lingkungan.

2. Mitigasi: upaya meminimalisir dampak terjadinya bencana alam, baik secara struktural maupun non struktural.

3. SIG : sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpandan memanipulasi informasi-informasi geografi sehingga mengefisiensikan waktu, menghemat dana dan memudahkan pekerjaan.

4. Penggabungan (overlay) : merupakan salah satu teknik analisis guna mengetahui tingkat kerawanan bencana banjir pada suatu wilayah dengan menumpangtindih beberapa variabel yang berkaitan dengan penyebab pokok terjadinya bencana banjir.

5. Banjir yaitu meluapnya air baik itu yang disebabkan oleh luapan sungai maupun genangan akibat sistem drainase yang buruk.

6. Penanganan banjir adalah upaya fisik dan non fisik untuk menangani dampak bencana banjir yang meliputi kesiap-siagaan, tanggap darurat dan pemulihan darurat.

7. Penanggulangan banjir adalah segala upaya yang dilakukan agar banjir tidak menimbulkan gangguan dan kerugian bagi masyarakat, atau untuk mengurangi dan menekan besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh banjir.

(57)

BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kota Manado 1. Letak Geografis

Kota Manado terletak di ujung jazirah utara pulau Sulawesi, pada posisi geografis 124º40’-124º50’ BT dari 1º30’-1º40’ LU. Iklim di kota ini adalah iklim tropis dengan suhu rata- rata 24º-27º C.

Curah hujan rata- rata 3.187 mm/tahun dengan iklim terkering di sekitar bulan Agustus dan terbasah pada bulan Januari. Intensitas penyinaran matahari rata- rata 53% dan kelembaban nisbi ±84%.

Wilayah perairan Kota Manado meliputi pulau Bunaken, pulau Siladen dan Pulau Manado Tua. Pulau Bunaken dan Siladen memiliki topografi yang bergelombang dengan puncak setinggi 200 meter. Sedangkan pulau Manado Tua adalah pulau gunung ketinggian ± 750 meter. Sementara itu perairan teluk Manado memiliki kedalaman 2- 5 meter di pesisir pantai sampai 2.000 meter pada garis batas pertemuan pesisir dasar lereng benua.

Kedalaman ini menjadi semacam penghalang sehingga sampai saat ini intensitas kerusakan Taman Nasional Bunaken relatif rendah.

(58)

Batas wilayah Kota Manado adalah sebagai berikut:

a. Utara : Kabupaten Minahasa Utara dan Selat Mantehage b. Selatan : Kabupaten Minahasa

c. Barat : Teluk Manado

d. Timur : Kabupaten Minahasa

Berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) nomor 4 tanggal 27 September 2000 tentang perubahan status desa menjadi kelurahan di kota manado dan PERDA nomor 5 tanggal 27 September 2000 tentang pemekaran kecematan dan kelurahan, wilayah kota manado yang semula terdiri atas 5 kecematan kembali menjadi 11 kecamatan dengan 87 kelurahan

Tabel 4.1 Daftar Kecematan Beserta Luas dan Jumlah Kelurahannya No Kecamatan Luas Wilayah (Km²) Jumlah Kelurahan

1. Bunaken 36,19 5

2. Bunaken Kepulauan 16,85 4

3. Malalayang 17,12 9

4. Paal Dua 8,02 7

5. Mapanget 49,75 10

6. Sario 1,75 7

7. Singkil 4,68 9

8. Tikala 7,10 5

9. Tumintinting 4,31 10

10. Wanea 7,85 9

11. Wenang 3,64 12

2. Topografi

Kondisi topografi sangat berpengaruh dalam pengembangan suatu wilayah. Kondisi topografi di kota manado

(59)

topografi atau kemiringan yang bervariasi mulai dari 0% sampai dengan >40%, bahwa kondisi topografi Kota Manado ini dominan lereng yang berombak hingga bergunung (16-40% ), kalaupun beberapa daerah aliran sungai yang relatif datar hingga bergelombang (0-8% ) luasannya lebih sedikit dibandingkan dengan lereng lainnya.

3. Kondisi Iklim

Sesuai dengan letak topografi dan geografis kota manado tersebut berdampak pada klimatologi yaitu mengalami musim, sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Keadaan iklim dalam suatu wilayah dapat dihentikan dengan mengenali kondisi curah hujan, penguapan, suhu atau temperature, serta arah dan kecepatan angin. Dalam menentukan tipe iklim dikenai beberapa metode yang masing-masing mempunyai maksud dan tujuan tertentu.

Iklim di wilayah ini digambarkan dengan iklim tropis dengan suhu rata- rata 24º - 27º C..Curah hujan rata- rata 3.187 mm/tahun dengan iklim terkering di sekitar bulan Agustus dan terbasah pada bulan Januari. Intensitas penyinaran matahari rata- rata 53% dan kelembaban nisbi ±84%.

4. Jenis tanah

Setiap jenis tanah mempunyai sifat yang berbeda, yaitu sifat fisika maupun sifat kimianya. Perbedaan sifat itu diaklibatkan

Referensi

Dokumen terkait

Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada , dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan

Setelah campuran coba yang dikoreksi menghasilkan Setelah campuran coba yang dikoreksi menghasilkan kelecakan dan mutu yang diinginkan, benda-benda uji harus

Untuk mengurangi resiko overheating dari UPS, JANGAN menutup ventilasi UPS dan menempatkan pada daerah yang terkena sinar matahari langsung atau menempatkan dekat dengan

Hasil penelitian yang dilakukan mengenai kesulitan mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP UMS angkatan 2014 yang menyatakan sulit dan mendapatkan persentase tertinggi pada

Sistem pendukung keputusan yang dibuat ini digunakan pengguna / pencari hotel dalam membandingkan harga kamar hotel dari beberapa website pencarian sesuai dengan

Rendahnya ketrampilan geometri yang merupakan inti dari soal matematika PISA konten space and shape mungkin menjadi salah satu penyebab siswa mengalami kesulitan atau bahkan

Dengan terbentuknya Kota Gunungsitoli sebagai daerah otonom, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara berkewajiban membantu dan memfasilitasi terbentuknya Kelembagaan

saham adalah positif, artinya jika suku bunga naik maka return saham juga akan meningkat dan demk ian pula sebaliknya. Apabila tingkat suku bunga deposito mengalami kenaikan