BAB IV PEMBAHASAN
C. Relevansi Penafsiran QS. Yusuf Ayat 43-49 dengan Solusi atas Krisis Pangan
C. Relevansi Penafsiran QS. Yusuf Ayat 43-49 dengan Solusi atas Krisis
merupakan keturunan Sem bin Nuh,88 Kemudian raja memanggil semua utusan ahli nujum untuk mena’wilkan mimpinya. Namun, tidak ada yang dapat mena’wilkan mimpi raja yang luar biasa tersebut.
Penguasa Mesir saat itu sangat bertoleransi dan tidak sewenang- wenang. Raja mendengarkan rekomendasi pemuda tersebut akan kehebatan Nabi Yusuf dalam mena’wilkan mimpi dan mengutus pemuda itu untuk menanyakan arti mimpi yang aneh ini kepada Nabi Yusuf. Dengan lancarnya Yusuf mena’wilkan mimpi itu seakan-akan ia sudah paham keseluruhan seperti berdialog langsung dengan raja.
Mendengar ta’wilan Nabi Yusuf atas mimpi raja yang luar biasa raja tertarik akan pena’wilannya. Mengingat para petinggi kepercayaan raja tidak dapat mena’wilkan mimpi tersebut, pada saat itu mereka menilai penakwilan mimpi sebagai satu ilmu yang mempunyai kaidah-kaidah tertentu.
Atas dasar itu pula, dapat dikatakan bahwa mukjizat Nabi Yusuf adalah kemampuan beliau menakwilkan mimpi sejalan dengan perhatian pemuka masyarakat dan masyarakat umum masa itu.
Dalam tafsiran di atas kita bisa melihat bahwa masyarakat Mesir kuno sangat dekat dengan pertanian. Karena pada saat itu masyarakat memilih untuk bertempat tinggal di daerah pinggiran Sungai Nil yang dapat memperoleh cukup air untuk kehidupan dan merupakan lahan yang bagus
88 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, hlm. 137.
untuk bercocok tanam.89 Sebagai masyarakat yang bertani mereka mengenal 3 macam musim dalam setaun yang setiap musim nya terdiri dari 4 bulan,90
1. Musim hujan, permulaan hari dalam tiap tahun, pada musim ini pinggiran Sungai Nil akan didatangi oleh banjir hingga mencapai puncak delta.
2. Musim tumbuhnya tanaman setelah musim hujan, pada musim ini lah tanah Mesir menjadi gembur dan subur. Sehingga cocok untuk ditanami oleh tanaman.
3. Musim langka air atau kemarau kering, musim kemarau ini merupakan masa yang paling membahagiakan untuk masyarakat Mesir. Karena pada musim ini adalah masa untuk memanen hasil tanaman mereka.
Hal ini membuktikan bahwa ta’wilan Yusuf benar adanya tentang tujuh bulir gandum merupakan cerminan dari lamanya kejadian ini akan berlangsung karena, dalam satu tahun dalam kalender syamsiah yang di gunakan masyarakat mesir terdapat 12 bulan yang terdiri dari 365 hari.91
Jika kita menganalisa surah Yusuf ayat 47-49 yang merupakan ta’wilan Nabi Yusuf atas mimpi raja. Di dalamnya mengandung nasihat yang diberikan Nabi Yusuf kepada masyarakat Mesir dan pendapat yang ia anggap sesuai untuk mereka, saat ia memerintahkan untuk melumbungkan hasil panen saaat musim subur dan berhemat dalam hal makanan agar ketika masa paceklik agar kebutuhan mereka tetap terpenuhi.92
89 RetnoKurniangsih, Piramida Peninggalan Budaya dari Peradaban Mesir kuno, hlm.
26.
90 Ridho Kimura, Al-Marshad: Jurnal Astronomi Islam dan Ilmu-Ilmu yang Berkaitan.
Jurnal UIN Walisongo (Desember 2018), hlm. 250.
91 Ridho Kimura, Al-Marshad: Jurnal Astronomi Islam, hlm. 245.
92 Hamka, Buya. Tafsir Al-Azhar, hlm. 3659.
Dalam undang-undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan, Ketahanan Pangan didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
Tiga pilar dalam ketahanan pangan yang terdapat dalam definisi tersebut adalah ketersediaan (availability), keterjangkauan (accessibility) baik secara fisik maupun ekonomi, dan stabilitas (stability) yang harus tersedia dan terjangkau setiap saat dan setiap tempat. Apabila ketiga pilar ketahanan pangan terpenuhi, maka masyarakat atau rumah tangga tersebut mampu memenuhi ketahanan pangannya masing-masing.93
Jika ditelaah kembali rangkaian ta’wilan dari Nabi Yusuf tersebut mengandung unsur-unsur ketahanan pangan yang sama menurut BULOG indonesia, Yaitu:
a. Ketersediaan pangan
Unsur ketersediaan pangan terdapat pada al-Qur’an Surah Yusuf ayat 47, tetapi Yusuf mengatakan : Tazra‘ûna sab’a sinîna da-abân “hendaknya kalian bercocok tanam selama tujuh tahun sebagaimana biasa”, maksudnya akan tiba pada kalian kesuburan serta hujan selama tujuh tahun berturut-turut.
Yusuf menafsirkan tujuh ekor sapi itu menggunakan tujuh tahun sebab sapi itulah yang dipergunakan untuk mengolah tanah supaya bisa mengeluarkan
93 Bulog, Pilar Ketahanan Pangan 2014. Diakses pada 19 Februari, 2023.
http://180.250.19.213/ketahananpangan_pilar.php
hasil tanaman yang berapa bulir-bulir gandum yang hijau.94 Yang menjelaskan bahwa dengan cara bercocok tanam merupakan salah satu cara untuk mempersiapkan ketersediaan pangan untuk masyarakat Mesir.
b. Akses terhadap pangan yang tersedia
Dalam surah Yusuf akses pangan yang terjangkau ini dapat kita lihat pada al-Qur’an surah Yusuf ayat 48 pada kata Ya’kulna mâ qaddamtum lahunna ilâ qalîlam mimmâ tuhṣinûn “yang menghabiskan apa yang kalian simpan untuk menghadapinya kecuali sedikit yang kalian makan”.95
Pada saat itulah masyarakat mesir mulai melumbungkan pada saat masa subur untuk menghadapi masa paceklik. Untuk mengakses pangan yang tersedia Nabi Yusuf membuat kebijakan akses pangan dengan membangun gudang-gudang di desa-desa sehingga, memudahkan mereka untuk mengakses makanan. Selain itu juga Nabi Yusuf membuat kebijakan tentang pembagian bahan makanan, bahwa tidak boleh ada seorang pun yang memiliki banyak uang untuk membeli bahan makanan semaunya dan mematikan orang lain.96Dalam ayat ini juga menunjukkan bahwa dalam masa paceklik masyarakat Mesir masih mendapatkan haknya secara merata dan terjangkau.
c. Stabilitas
Stabilitas pangan mengacu pada kemampuan suatu individu dalam mendapatkan bahan pangan sepanjang waktu tertentu. Kerawanan pangan
94 Dr. Abdullah bin Muhammad, Lubabaabut Tafsir Min Ibni katsiir, hlm. 429.
95 Dr. Abdullah bin Muhammad, Lubabaabut Tafsir Min Ibni katsiir, hlm. 429.
96 Ahmad Bahjad, Nabi-Nabi Allah (Jakarta: Qisthi Press, 2007), hlm. 193.
dapat berlangsung secara transisi, musiman, ataupun kronis (permanen).97 Untuk menciptakan suatu ketahanan pangan yang stabil dapat dilihat dari 3 indikator. Yaitu ketersediaan pangan, akses dan pemanfaatan pangan.
Secara tidak langsung Nabi Yusuf sudah memenuhi 3 indikator tersebut untuk menciptakan stabilitas pangan yaitu, dengan cara menanam selama tujuh tahun bahan makanan dan biji-bijian sebagai upaya memenuhi ketersediaan pangan masyarakat, membangun lumbung-lumbung di tengah desa untuk mempermudah akses masyarakat dalam membeli pangan, dan pemanfaatan pangan yang mereka punya yaitu gandum dan biji-bijian lainya dengan melakukan hal tersebut membuat ketahanan pangan di Mesir menjadi stabil, disaat negeri sekitarnya sedang mengalami kekeringan.
Krisis pangan menjadi isu yang sangat penting bagi suatu negara karena ini menyangkut hajat serta kelangsungan hidup bagi seluruh rakyat. Setiap negara harus memiliki sistem ketahanan pangan yang kuat untuk menghadapi krisis pangan serta menjamin hidup dan kesejahteraan bagi setiap warganya.98
Krisis pangan dunia tidak hanya sekedar isu belaka, saat ini dunia diterpa tiga fenomena beruntun yang terjadi pada kurun waktu dua tahun terakhir yaitu climate change atau perubahan iklim yang signifikan, pandemi Covid-19 serta konflik perang. Ketiga dampak tersebut tentu sangat berdampak pada kestabilan pangan sehingga memunculkan krisis pangan secara global
97 Andi Samsir, Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Desa Laikang Kecamatan Mangrabombang Kabupaten Talakar. Jurnal Ekonomi Pembangunan UNM Makasar, vol.2, no.1 (Tahun 2015), hlm. 82.
98 Emir Yanwardhana, Resesi Krisis Pangan 2023 Ngeri, 07 Desember 2022. Diakses pada 19 Februari 2023, nbcindonesia.com/resesi-krisis-pangan-2023
yang dihadapi oleh negara-negara di dunia. Sebelum terjadi konflik antara Ukraina dan Rusia harga pangan yang sempat melambung tinggi sebenarnya telah disebabkan juga oleh berbagai faktor terutama kekeringan sebagai akibat dari climate change yang mempengaruhi proses tanam negara-negara Produsen bahan-bahan pokok primer dan kacaunya pasokan makanan diakibatkan oleh pandemi Covid-19.99
Undang-undang No. 18 Tahun 2012, yakni ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.100
Dari ulasan ketahanan pangan di atas dapat disimpulkan bahwa ketahanan pangan adalah suatu kondisi yang menjamin ketersediaan produksi pangan, lancarnya distribusi pangan, dan mampunya masyarakat memperoleh dan memilih pangan yang sehat untuk kehidupanya.
Solusi yang diberikan Nabi Yusuf agar masyarakat terhindar dari sifat berfoya-foya atau hedonis, moment krisis dijadikan sebagai momentum untuk belajar menahan diri dan berhemat dalam pangan. Dalam mencapai ketahanan pangan yang kuat, Nabi Yusuf juga menerapkan tiga strategi pertama, produksi masal pangan kedua, penyimpanan sebagian besar hasil produksi pertanian, dan ketiga kebijakan hidup hemat. Nabi Yusuf
99Ancaman Krisis Pangan global what should be done dalam konteks Indonesia (2022, November 18.) Diakses pada 19 Februari 2023.https://uir.ac.id/ancaman-krisis-pangan-global.html
100 Undang-undang No.18 Tahun 2012, Tentang Pangan.
menerapkan untuk menghadapi krisis tersebut, Tiga strategi tersebut telah berhasil membawa Mesir menjadi negara yang memiliki ketahanan pangan yang kuat, bahkan menjadi negara yang mengekspor bahan pangan kepada negara-negara perserikatannya di saat mengalami masa paceklik yang sama.
Dari kedua penafsiran yakni Hamka dan Ibn Kathîr pada al-Qur’an surah Yusuf ayat 43-49 mengenai kisah nabi yusuf menghadapi masa paceklik yang terjadi di mesir pada saat itu. Penulis ingin menjadikan kisah tersebut pelajaran untuk digunakan mengatisipasi krisis pangan yang terjadi di 2023 seperti yang dilakukan oleh nabi Yusuf. Resesi ekonomi, kenaikan harga pokok, Melonjaknya harga pangan, beberapa contoh yang mungkin menjadi awal dari krisis pada tahun ini. Untuk menghadapi krisis tersebut tidak ada salahnya jika kita belajar dari al-Qur’an yang telah mengkisahkan lewat Nabi Yusuf dengan demikian antisipasi krisis pangan akibat adanya resesi ekonomi tersebut dapat dilewati dengan mudah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan hasil penelitian pada QS. Yusuf ayat 43-49 rumusan masalah dapat dijawab dan dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1. Pada al-Qur’an Surah Yusuf ayat 43-45 dalam Tafsir Ibn Kathîr dan Tafsir al- Azhar menafsirkan bagaimana raja bermimpi mengenai tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau serta tujuh lainya kering. Kemudian pada al-Qur’an surah Yusuf ayat 46-49 ada perbedaan mengenai penafsiran dalam dua kitab Tafsir Ibn Kathîr dan Tafsir al-Azhar, pada al-Qur’an surah Yusuf ayat 47 pada pemaknaan kalimat da-abân, Ibn Kathîr memaknainya dengan sebagaimana biasa, sedangkan Hamka memaknainya dengan kerja keras. Pada al-Qur’an surah Yusuf ayat 48 pada penafsiran mengenai tujuh tahun kekeringan, Ibn Kathîr menafsirkan pada saat itu bumi tidak membutuhkan tanaman, Sedangkan Hamka menafsirkan bahwa tumbuhan yang hidup pada saat itu akan hangus sebelum berbuah. Pada al-Qur’an surah Yusuf ayat 49 pada pemaknaan kaliamat ya’ṣirȗna, Ibn Kathîr hanya memaknai dengan memeras susu ternak, Sedangkan Hamka memaknainya dengan memeras gandum untuk dijadikan makanan dan minuman.
2. Relevansi dari penafsiran al-Qur’an surah Yusuf 43-49, pertama; relevansi ayat tersebut terhadap ketersediaan pangan yaitu dengan cara bercocok tanam
65
merupakan salah satu cara untuk mempersiapkan ketersediaan pangan untuk masyarakat. Kedua; untuk mengakses pangan yang tersedia Nabi Yusuf membuat kebijakan akses pangan dengan membangun gudang-gudang di desa- desa sehingga, memudahkan mereka untuk mengakses makanan. Ketiga; Nabi Yusuf memenuhi 3 indikator untuk menciptakan stabilitas pangan yaitu, dengan cara menanam selama tujuh tahun bahan makanan dan biji-bijian sebagai upaya memenuhi ketersediaan pangan masyarakat, membangun lumbung-lumbung di tengah desa untuk mempermudah akses masyarakat dalam membeli pangan, dan pemanfaatan pangan yang mereka punya yaitu gandum dan biji-bijian lainya dengan melakukan hal tersebut membuat ketahanan pangan di Mesir menjadi stabil, disaat negeri sekitarnya sedang mengalami kekeringan.