BAB II KEDUDUKAN SAKSI PEREMPUAN DALAM
C. Relevansi Pendapat Imam Hanafi Terhadap Kedudukan
28
Sebagaimana pula dijelaskan di dalam al-qu‟an mengenai kedudukan perempuan dan laki-laki akan sama di hadapan Allah SWT seperti yang dijelaskan dalam ayat berikut ini:
َنى ل خ ۡدًَ َكِئ ل ْو ٓ َ أَف ًٞ ِم ۡؤ م َى هَو ى َثه أ ۡوَأ سَكَذ ًِم ِذ َح ِل َّصلٱ ًَِم ۡلَمۡعٌَ ًَمَو اٗري ِقَه َنى مَلۡظ ً َلَو َتَّىَج ۡلٱ ٤٣١
Artinya: “barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh.
Baik laki-laki dan perempuan sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun” (QS. An- Nisa: 124)49
Dalil diatas menunjukkan bahwaa dalam kewajiban beribadah serta balasannya akan sama di hadapan Allah SWT yakni laki-laki dan perempuan. Meskipun telah turun dalil yang menjelaskan mengenai kedudukan laki-laki dan perempuan permasalahan pun akan tetap muncul mengenai bolehnya perempuan berkarir ataupun mejabat sebagai kepala negara.
C. Relevansi Pendapat Imam Hanafi Terhadap Kedudukan
29
Malikiyah serta pendapat terkuat dalam mazhab Syafiiyyah. Ibnu Qudamah berkata di Mugni, 3/48: “Kalau yang memberitahukan itu wanita, analogi mazhab adalah diterima perkataannya. Dan ini pendapat Abu Hanifah, salah satu pendapat teman-temannya Syafii, karena itu adalah berita agama maka seperti periwayatan (hadits), pemberitahuan tentang kiblat, masuk waktu shalat. Ada kemungkinan tidak diterima karena persaksian melihat hilal, (sebagaimana) tidak diterima perkataan wanita seperti hilal Syawal.” Selesai51
Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: “Sebagian ulama mengatakan bahwa wanita tidak diterima persaksiannya baik dalam (memasuki) bulan Ramadan atau lainnya. Karena yang melihat hilal zaman Nabi sallallahu‟alaihi wa sallam adalah lakilaki. Karena Nabi sallallahu‟alaihi wa sallam bersabda: “Kalau ada dua orang laki-laki yang bersaksi, maka berpuasalah dan berbukalah.” Sementara wanita adalah saksi perempuan bukan laki-laki. Sementara dalil dari mazhab (Hanbali) bahwa ini adalah kabar agama, (kedudukannya) sama antara laki-laki dan perempuan dalam periwayatannya. Sementara periwayatan adalah kabar agama. Oleh karena itu mereka tidak mensyaratkan melihat hilal Ramadan penetapannya hal itu di hadapan Hakim. Tidak juga dengan mengucapkan persaksian. Bahkan mereka mengatakan, kalau seseorang mendengar orang terpercaya memberitahukan orang dalam majlisnya bahwa dia melihat hilal, maka diharuskan berpuasa dengan kabar tersebut.52
Dalam pelaksanaan rukyatul hilal Menurut madzhab Hanafi53 dalam penentuan awal bulan ramadhan dan hari-hari besar Islam seperti idul fitri menggunakan rukyat pabila dalam keadaan
51Silahkan melihat, „Tabyinul Haqoiq, 1/319. „At-Taj Wal Iklil, 3/278. „Al- Majmu‟, 6/286. „Kasyfu Al-Qanna‟, 2/304. Hanafiyah membedakan antara kondisi mendung dan terang. Dalam kondisi mendung, diterima persaksian dua lelaki atau seorang laki-laki dan dua wanita. (sementara) dalam kondisi terang, maka harus banyak orang. Silahkam melihat kitab „AL-Bahru Ar-Ro‟iq, 2/290.
52Selesai dari kitab „As-Syarkhu Al-Mumti‟, 6/326. Sementara hilal Syawal, maka tidak (bisa) ditetapkan kecuali dengan dua orang laki-laki sebagai saksi.
53Syekh, Muhammad Amin, Raddul Mukhtar Ala Ad-Durrul Mukhtar, jilid 2 (Lebanon: Daar Alam Al-Kutub, 2003), hlm. 123-130.
30
cerah langitnya. Untuk terlihat hilal oleh yang berada di keramaian yakni orang yang biasa memimpin dan mengarahkan dengan baik dan benra. Kepada pemimpin yang diserahkan berdasarkan jumlahnya menurut pendapat yang shohih, terlihatnya hilal untuk memenuhi syarat dalam melihat hilal harus sesuai dengan mathla‟
yang ada pada kawasan tersebut. dan unutk mendapat hilal yang baik maka tidak ada pengahalang seperti pada saat cuacanya sedang hujan ataupun mendung dan lain-lain. Perukyat harus memiliki mata yang sehat dan jelas dan tidak ada kekeliruan jiika berkeinginan untuk melihat kondisi hilal pada saat itu. Dan pada saat di keramaian masih ada satu orang yang melihat namun dengan kondisinya tidak memnuhi syarat maka kemungkinan terjadi kekeliruan dalam melihat hilal.
Pelaksanaan rukyatul hilal baik itu laki-laki maupun perempuan akan terjun langsung dalam pengamatan pada tanggal 29 sore harinya, maka keputusan akan langsung di istikmalkan.
Sebagai anjuran langsung menyeruh para ahli falak untuk turun langsung ke lapangan, sesuai dengan perintah nya sebagaimana dalam hadits disebutkan:
ا َذ ِأ : لْى قًَ ِه ّٰللا َلْى طَز ذْعِم َط : َلاَق اهنع هّٰللا ي ضزَسَم ع ًِْب ِهَّللا ِدْبَع ًَْع هجسخا( ه َ
ل ْو ز د ْقا َف ْم كْيَل َع َّم غ ْن ِأَف ا ْو س ِط ْفَأَو هْى م خًَْاَز اَذِأَو اْى مْى صَف هْى م خًَْاَز ظمو يزاخبلا
) مل
Abdullah bin Umar r.a. berkata, “Aku mendenganr Rasulullah SAW bersabda, jika kalian melihat hilal (awal Ramadhan) maka berpuasalah, jika kalian melihatnya (awal syawal) maka berbukalah. Jika ia tertutup awan maka hitunglah (menjadi 30 hari).” (HR. Bukhori dan Muslim).54
Dalam pelaksanaan rukyatul hilal harus mempertimbangkan banyak aspek antara lain, sara prasarana,
54Imam Abi Abdullah Muhammad bin Ismail Al-bukhori, Shoheh al-Bukhari Juz 1, hlm. 458. Lihat juga Syaikh Al-Hafizh Taqiyudin Abu Muhammad Abdulghani bin Abdulwahid bin Ali bin Surur Al-Maqdisi Al-Jumaili Al Hanbali, Umdatul Ahkam, (Sukoharjo: Al-Qowam, 2015), hlm. 199.
31
cuaca dan kondisi geografis dari tempat penyelenggaraan. Sering kali pelaksanaan rukyatul hilal yag terencana dengan baik mengarah pada hasil yang tidak terduga atau tidak sesuai dengan harapan. Hal ini didasarkan pada banyak faktor, terutama lokasi geografis dan kondisi lingkungan setempat. Oleh karena itu untuk menetapkan lokasi rukyatul hilal tidak bisa sembarangan, tetapi harus memperhatikan kriteria khusus. Karena pelaksanaan rukyatul hilal merupakan salah satu kegiatan yang berdampak besar karena bertujuan untuk menentukan awal bulan Hijriyah di Indonesia.
Kriteria kelayakan tempat dibagi menjadi primer dan sekunder. Kriteria primer meliputi kondisi geografis, iklim atau cuaca dan posisi benda langit. Kondisi geografis adalah kondisi arah pandang Hilal ke arah barat terhadap ufuk dan ketinggian tempat. Kondisi ini biasa disebut sebagai kondisi rukyatul hilal yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan pengamatan rukyatul hilal. Kriteria sekunder meliputi aspek eksternal dari tempat tersebut seperti; sarana dan prasarana serta fasilitas, dan tim ahli perukyat.
Penjelasan tentang ketentuan pelaksanaan rukyat diatas menjelaskan bahwa pelaksanaannya perlu diperhatikan bila ingin mendapatkan hasil yang maksimal pada saat pengamatan. Adapun Ketentuan pelaksanaan rukyatul hilal juga bisa dilihat dari ketentuan-ketentuan yang berlaku yaitu:
Adapun syarat dalam kesaksian rukyat 1) Syarat Formil
a) Balig
b) Agama Islam
c) Laki-laki atau perempuan.
d) Berakal sehat
e) Mampu melaksanakan rukyat f) Jujur, Adil dan dipercaya.
g) Jumlah perukyat lebih dari satu orang.
h) Sumpah kesaksian rukyat hilal ketika sudah melihat.
i) Sumpah kesaksian rukyat hilal di depan sidang Pengadilan.
32
j) Agama/Mahkamah Syar‟iyah dan dihadiri 2 (dua) orang saksi.55
2) Syarat Materil
a. Perukyat menerangkan sendiri dan melihat sendiri dengan mata kepala maupun menggunakan alat, bahwa ia melihat hilal. Perukyat mengetahui benar-benar bagaimana proses melihat hilal, yakni kapan waktunya, dimana tempatnya, berapa lama melihatnya, dimana letak, arah posisi dan keadaan hilal yang dilihat, serta bagaimana kecerahan cuaca langit/horizon saat hilal dapat dilihat.
b. Keterangan hasil rukyat yang dilaporkan oleh perukyat tidak bertentangan dengan akal sehat, perhitungan ilmu hisab, kaidah ilmu pengetahuan dan kaidah syar‟i.56
Ketentuannya dan pelaksanaan dalam rukyatul hilal sangat perlu dicermati agar memahami apa saja kendala dan efek dalam pengamatan pada saat pelaksanaan rukyat di lapangan.
Keterlibatan perempuan yang terjadi di lapangan adalah hal yang patut di contoh. Bila mana terjadinya waktu pelaksanaan rukyatul hilal maka pada saat itu pula ahli falak perempuan juga ikut terlibat berperan sebagaimana peran laki-laki seperti biasanya dalam pelaksanaan rukyat.
Pelaksanaan, ketentuan, maupun syarat-syarat yang ada perempuan juga bisa ikut andil karena memiliki kemampuan yang bisa dibilang cukup bila dia ahli dalam ilmu falak. Dari itulah dilihat dari kaca perempuan yang bisa ahli dalam berbagai hal tidak hanya bisa gelututi di bidang dapur saja namun bisa dalam hal-hal yang berkaitan dengan ilmu dalam pendidikan bakalan ikut terlibat dengan kemampuan yang ia miliki.
Dari pelaksanaanya, ketentuannya, dan syarat yang telah terpenuhi maka diputuskanlah hal itu. Seperti keputusan sidang yang dilaksanakan lansung di Kemenenterian Agama dalam
55 Ibid
56 Ibid
33
penetapan awal bulan qamariyah seperti bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah yang bertujuan untuk menetapkan hari-hari besar umat Islam. Begitu pula ibadah puasa bulan ramadhan, idul fitri, dan idul adha yang merupakan ibadah muslim dan memiliki nilai- nilai kesolehan sosial yang tinggi karena keberadaannya menyangkut umat Islam di dunia. Istilah yang dipakai untuk keoentingan fiqh sebagai maslhat ak-„Ammamah yang perlu didukung dengan prinsipnya tentang persatuan dan kebrsamaan dalam pelaksanaannya demi kepentingan orang banyak.
34
35