• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hasrat tercapainya masyarakat sejahtera dalam arti sebenarnya adalah tujuan mulia hendak dicapai bangsa Indonesia termasuk Kabupaten Maluku Tenggara sebagai sub sistem di dalam sistem Pemerintah Republik Indonesia (Maluku Tenggara Dalam Angka, 2007). Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 sebagai pedoman dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Maluku Tenggara tahun 2005-2009 telah menetapkan bahwa tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat dimungkinkan apabila pendapatan masyarakat mengalami kenaikan yang cukup hingga mampu memenuhi kebutuhan dasar untuk kehidupannya. Hal ini dapat diartikan bahwa kebutuhan-kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, keamanan dan sebagainya tersedia dan muda dijangkau setiap masyarakat sehingga pada gilirannya masyarakat dapat mencapai kesejahteraannya (Dinas Perikanan, 2010).

Potensi sumber daya alam pada sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu potensi yang diandalkan dalam menunjang penyelenggaraan pemerintahan pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan di Kabupaten Maluku Tenggara.

Besarnya potensi sumber daya perikanan yang dimiliki oleh Kabupaten Maluku Tenggara ini dapat dimaklumi, karena letak geografis cukup strategis. Disamping itu perairan laut Kabupaten Maluku Tenggara dipengaruhi langsung oleh laut Banda dan laut Arafura yang terkenal sangat kaya dengan potensi sumber daya lautnya. Untuk itu sangat diupayakan sektor kelautan dan perikanan ini mampu menjadi sentra ekonomi yang tangguh dan strategis karena dapat memicu terjadi pertumbuhan perekonomian di Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara (DKP Kabupaten Maluku Tenggara, 2011).

Kontribusi sub sektor perikanan terhadap PDRB di Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, tahun 2009 sebesar Rp.368.249.880, sedangkan tahun 2010 naik Rp.417.291.910, kemudian di tahun 2011 mengalami penurunan menjadi Rp.412.196.490. Namun dengan memperhatikan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara menunjukkan bahwa jumlah produksi

perikanan laut yang terus mengalami peningkatan yakni, pada tahun 2009 produksi perikanan tangkap sebesar 37.380 ton, kemudian pada tuhun 2010 produksi perikanan tangkap sebesar 38.350 ton mengalami peningkatan sebesar 2,57 persen dan pada tahun 2011 diperoleh produksi perikanan tangkap sebesar 40.750 ton. Kemudian untuk produksi perikanan budidaya khususnya produksi rumput laut meningkat sebesar 1.585,6 ton atau 48,26 persen yaitu dari 3.285 ton pada tahun 2009 menjadi 4.870,6 ton di tahun 2010 dan ini diharapkan terus meningkat. Secara total produksi perikanan tangkap di Kabupaten Maluku Tenggara masih dominan dibandingkan dengan produksi perikanan budidaya hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan tingkat produksi perikanan dan kelautan Kabupaten Maluku Tenggara

Sumber: DKP Kabupaten Maluku Tenggara (2011)

Peningkatan hasil produksi perikanan tersebut, sangat ditentukan oleh berbagai unsur seperti nelayan, armada dan alat penangkapan, sumberdaya ikan, sumberdaya manusia, modal, mutu produk, penentuan harga, unit-unit pemasaran, akses pemasaran dan sistem pemasaran, teknologi, instansi dan lembaga-lembaga lainnya (Sofyan, 2003).

Perkembangan produksi perikanan dan kelautan menjadi lebih baik dan terus meningkat ataupun sebaliknya sangat tergantung pada masyarakat nelayan itu sendiri. Masyarakat nelayan adalah masyarakat yang mempunyai mata pencarian dan berpenghasilan sebagai nelayan yang melakukan aktivitas usaha dengan mendapatkan penghasilan bersumber dari kegiatan nelayan itu sendiri. Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan. Banyaknya tangkapan tercermin pula pada besarnya pendapatan yang diterima dan selanjutnya pendapatan itu sebagian besar untuk keperluan konsumsi keluarga. Dengan demikian tingkat pemenuhan kebutuhan konsumsi keluarga sangat ditentukan oleh pendapatan yang diterimanya.

Para nelayan dalam melakukan pekerjaannya dengan tujuan untuk memperolah pendapatan demi kebutuhan hidupnya. Untuk melaksanakannya diperlukan beberapa perlengkapan dan dipengaruhi pula oleh banyak faktor guna mendukung kegiatan

Produksi (Ton/Tahun)

No Sumber Pendapatan 2009 2010 2011

1 Perikanan Tangkap 37.380 38.350 40.750

2 Perikanan budidaya 3.285 4.870,6 7.155,7

Jumlah 40.665 43.22,6 47.905,7

usahanya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan tersebut meliputi faktor sosial dan ekonomi yang terdiri dari besarnya modal kerja, jumlah perahu, jumlah tenaga kerja, pengelaman dan jarak tempuh dalam melakukan penangkapan ikan serta yang terpenting adalah bagaimana mempersiapkan sistem pendistribusian dari hasil-hasil tangkapan tersebut (Kusnadi, 2003).

Dunia usaha dewasa ini ditandai dengan makin maraknya persaingan, oleh karena itu peranan pemasaran semakin penting dan merupakan ujung tombak setiap perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh keberhasilan pemasarannya artinya, setiap perusahaan sebelum melakukan kegiatan usahanya harus terlebih dahulu memikirkan tentang akses pemasaran, karena kalau tidak demikian maka tentu akan mendapat kesulitan ketika hasil tangkapan mau dijual atau dipasarkan (Sofyan, 2003).

Pasar yang sederhana dengan melakukan sistem pendistribusian hasil tangkapan ikan dengan hanya mengandalkan ikan segar tanpa pengolahan memberikan dampak di mana perolehan hasil perikanan sangat tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ikan hasil tangkapan nelayan di sejumlah desa di Kabupaten Maluku Tenggara, kerapkali terpaksa dibuang akibat terbatasnya pembeli. Kalaupun ikan bisa dijual, harganya sangat murah. Kondisi ini sering dialami nelayan saat musim panen ikan. Seringnya ikan dibuang akibat terbatasnya pembeli ini dikeluhkan nelayan Desa Sathean dan Dusun Selayar, Desa Namar, keduanya di Kecamatan Kei Kecil, Maluku Tenggara, terkait ikan dibuang ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Untuk itu penelitian ini diharapkan mampu mengkaji lebih jauh tentang pendapatan nelayan dan bagaimana menentukan sistem pemasaran hasil perikanan tangkap yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan nelayan (BPS Maluku Tenggara, 2011).

1.2. Rumusan Masalah

Kemampuan produksi hasil perikanan tangkap yang tinggi, tidak akan berarti apabila tidak didukung oleh sistem pemasaran yang tepat. Strategi pemasaran yang tepat akan membuat usaha perikanan tangkap berkembang dan menguntungkan (Sukirno, 2006).

Realitas yang terjadi, peningkatan hasil tangkapan ikan tidak secara signifikan meningkatkan pendapatan nelayan. Dalam hal ini posisi tawar nelayan sangat lemah karena tidak ada alternatif lain selain menjual hasil tangkapan kepada pedagang

pengumpul (unit-unit pemasaran) yang di sebabkan kurang berfungsinya tempat pelelangan ikan (TPI), sehingga harga ikan ditentukan sepihak oleh unit-unit pemasaran.

Selain itu, sifat dari ikan yang cepat rusak harus segera dijual sesampainya di darat, diperparah fasilitas penyimpanan ikan dan keterbatasan es. Kondisi ini dialami oleh masyarakat nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara dan berdampak pada rendahnya kesejahteraan nelayan. Terkait Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Strategi pemasaran yang dilakukan Kopdit Angkara untuk memasarkan produk ikan tangkap?

2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi hasil penangkapan ikan dalam meningkatkan pendapatan nelayan?

3. Strategi dan upaya apakah yang perlu dilakukan dalam proses pengembangan usaha produk ikan tangkap dengan melihat kompetisi dan peluang pasar di masa depan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi strategi pemasaran yang dilakukan nelayan untuk memasarkan produk ikan tangkap.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan.

3. Merumuskan alternatif strategi pemasaran dalam proses pengembangan

usaha produk ikan tangkap agar berperan lebih besar di masa depan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi yang bermanfaat bagi perusahaan dan Pemerintah Daerah. Selain itu, penelitian ini dapat memberi gambaran srategi pemasaran dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Nelayan

Strategi pemasaran untuk meningkatkan pendapatan nelayan harus dimulai dengan mengenali setiap pengertian, teori dan informasi tentang hal tersebut. Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencarian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang bermata pencarian laut dan tinggal di desa-desa pantai atau pesisir (Sastrawijaya dkk, 2002). Di sisi lain menurut Sukirno (2006) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerja selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan, maupun tahunan. Dalam pemasaran, Kotler dan Amstrong (2007) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu rangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang menjadi arah kepada usaha-usaha pemasaran perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan pesaing yang selalu berbeda.

Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencarian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang bermata pencarian laut dan tinggal didesa-desa pantai atau pesisir (Sastrawijaya dkk, 2002). Ciri komunitas nelayan dapat dilihat dari berbagai segi, sebagai berikut :

1. Dari segi mata pencaharian, nelayan adalah mereka yang sengaja aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan laut dan pesisir, atau mereka yang menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian mereka.

2. Dari segi cara hidup, komunitas nelayan adalah komunitas gotong royong dan saling tolong menolong terasa penting pada saat mengatasi keadaan yang membutuhkan pengeluaran biaya besar dan pengerahan tenaga yang banyak, seperti saat berlayar, membangun rumah dan lain-lain.

3. Dari segi ketrampilan, meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat namun pada umumnya mereka hanya memiliki ketrampilan sederhana. Kebanyakan mereka bekerja sebagai nelayan adalah profesi yuang turun temurun oleh orang tua bukan dipelajari secara profesional.

Komunitas nelayan terdiri atas komunitas yang heterogen dan homogen.

Masyarakat yang heterogen adalah mereka yang bermukin di desa-desa yang mudah dijangkau secara transportasi darat, sedangkan komunitas yang homogen terdapat di desa-desa nelayan terpencil yang biasanya menggunakan alat-alat tangkap ikan yang sederhana, sehingga pendapatan kecil. Sementara itu kesulitan transportasi angkutan hasil ke pasar juga akan menjadi penyebab rendahnya harga hasil laut di daerah mereka (Sastrawidjaya dkk, 2002).

2.1.2 Alat Penangkapan Ikan

Menurut Sastrawidjaya dkk (2002) komunitas nelayan ini terbagi menjadi 2 yakni nelayan tangkap dan nelayan budidaya. Nelayan tangkap adalah sekelompok orang melakukan operasi penangkapan di daerah fishing ground menggunakan armada penangkapan seperti perahu tanpa motor, kapal motor tempel, dan kapal motor, dan nelayan budidaya adalah orang yang melakukan usaha hasil perikanan di area laut yang ditentukan dan dengan batas waktu yang ditentukan, seperti budidaya rumput laut, kerang mutiara dan lain-lain.

Beragam alat penangkapan ikan yang digunakan oleh para nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara ini sangat berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan, selain itu penggunaan alat penangkapan tersebut senantiasa memperhatikan kondisi lingkungan laut saat menggunakan alat penangkapan ikan, seperti memperhatikan lingkungan dari pencemaran, rusaknya terumbu karang dan habitat ikan dan lain-lain (Sukirno, 2006). Dikabupaten Maluku Tenggara, juga terdapat beragam alat tangkap ikan yang digunakan oleh para nelayan dalam melakukan usaha penangkapan ikan, beragam alat penangkapan yang digunakan oleh para nelayan tersebut, berdasarkan data yang diperoleh bahwa jenis-jenis alat tangkap yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara cukup beragam, yang terdiri dari Sero, bagan/ Jaring Angkat, pancing/ handline, fish Net, Shrimp Net, alat pengumpul kerang, bubu, alat pengumpul rumput laut dan lain-lain. Berdasarkan data yang terlihat bahwa terjadi peningkatan berturut-turut dari sarana penangkapan ikan dari tahun ke tahun pada sarana alat penangkapan ikan yakni pada sero, fish net dan shrimp net. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah alat penangkapan ikan menurut jenisnya di Kabupaten Maluku Tenggara pada Tahun 2009-2011

Sumber: Laporan tahunan DKP Kabupaten Maluku Tenggara (2011).

Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa pada tahun 2009-2011 terjadi peningkatan berturut-turut pada sarana alat penangkapan ikan yakni pada sero, fish net dan shrimp net, sedangkan pada alat penangkapan yang lainya mengalami naik turun secara stabil yakni pada bagan, pancing (handline), bubu, alat pengumpul kerang dan pada alat pengumpul rumput laut. Di area wilayah Kabupaten Maluku Tenggara terdapat Jenis Ikan yang dominan tertangkap dengan Alat Tangkap Pukat Ikan (Fish Net) dan Pukat Udang (Shrimp Net) dapat dilihat pada Lampiran 2.

2.1.3 Rumah Tangga Perikanan, Kelompok Nelayan dan Nelayan

Perkembangan sektor perikanan berdampak pada terciptanya lapangan kerja bagi masyarakat, yang berimbas pada peningkatan jumlah tenaga kerja yang berkerja pada sektor tersebut. Derdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa jumlah Rumah Tangga Perikanan, Kelompok Nelayan dan Nelayan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara terus mengalami perkembangan sampai tahun 2011. dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perkembangan rumah tangga perikanan, kelompok nelayan dan jumlah nelayan Tahun 2009-2011, Kabupaten Maluku Tenggara

Tahun Rumah Tangga Perikanan (KK)

Kelompok Nelayan (Kelompok)

Nelayan (Orang)

2009 6.327 866 19.023

2010 6.310 870 19.234

2011 6.461 910 20.113

Sumber: Laporan tahunan DKP Kabupaten Maluku Tenggara (2011)

No Jenis Alat Tangkap Jumlah Alat Tangkap (Unit)

2009 2010 2011

1 Sero 60 62 72

2 Bagan/ Jaring Angkat 265 263 264

3 Pancing/ Handline 2.115 2.126 2.015

4 Fish Net (Pukat Ikan) 57 66 156

5 Shrimp Net (Pukat Udang) 305 316 326

6 Bubu 836 832 817

7 Alat Pengumpul Kerang 276 282 297

8 Alat Pengumpul Rumput

Laut 756 752 750

Jumlah 4.670 4.699 4.762

Perkembangan rumah tangga perikanan, kelompok nelayan dan nelayan, seperti pada Tabel 3 tersebut di atas mengalami peningkatan secara berturut-turut mulai dari tahun 2009-2011. Berdasarkan data diperoleh baik perkembangan rumah tangga, kelompok nelayan dan nelayan mengalami penurunan hanya terjadi di antara tahun 2008-2009 dimana pada tahun 2009 terjadi penurunan hal tersebut di sebabkan pada saat itu adanya kondisi alam yakni (ombak dan angin) cukup kencang sampai menelan korban. Peningkatan perkembangan rumah tangga tersebut menunjukkan bahwa sektor perikanan masih terus memberi peluang untuk menyerap tenaga kerja, dan berpeluang juga untuk masyarakat semakin tertarik pada sektor tersebut, dan terus berupaya untuk meningkatkan pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

2.2 Pendapatan

2.2.1 Pengertian pendapatan

Rahardja dan Manurung (2004) mengemukakan, pendapatan merupakan total penerimaan (uang dan bukan uang) seseorang atau suatu rumah tangga selama periode tertentu. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran yang diterima dari suatu kegiatan usaha, sehingga formulasinya dapat di sebut

I =TR - TC, (selisih antara total penerimaan dan total pengeluaran). Biaya nelayan diklasifikasi menjadi dua, yakni biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Sehingga diperoleh TC = FC + VC.

Menurut Sukirno (2006) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerja selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan, maupun tahunan. Beberapa klasifikasi pendapatan antara lain:

1. Pendapatan pribadi, yakni jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu negara.

2. Pendapatan disposable, yakni pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus dibayar oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap dibelanjakan.

3. Pendapatan nasional, yakni nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam satu tahun.

Menurut Sobri (1999) pendapatan disposible adalah suatu jenis penghasilan yang diperoleh seseorang yang siap untuk dibelanjakan atau dikonsumsikan. Besarnya pendapatan diposible yakni pendapatan yang diterima dikurangi dengan pajak langsung

(pajak perseorangan) seperti pajak penghasilan. Menurut Soekartawi (2000) bahwa pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi dua, yakni pendapatan sementara (transitory income) dan pendapatan permanen (permanent income). pendapatan sementara adalah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya berapa besar yang akan diterima sebulan, kemudiaan Pendapatan permanen dapat diartikan:

1. Pendapatan yang selalu diterima pada periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, sebagai contoh adalah pendapatan dari upah gaji.

2. Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang.

2.2.2 Nelayan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan

Masyarakat nelayan sampai saat ini masih merupakan tema yang sangat menarik untuk didiskusikan. Membicarakan nelayan hampir pasti isu yang muncul adalah masyarakat nelayan identik dengan miskin, marjinal dan menjadi sasaran eksploitasi penguasa baik secara ekonomi maupun politik (Sukirno, 2006).

Menurut Tarigan (2000) bahwa nelayan adalah orang yang melakukan penangkapan yang masih dipengaruhi oleh pasang naik-surut. Jadi bila ada yang melakukan penangkapan ikan di tempat budidaya ikan seperti tambak, kolam ikan, danau, sungai dan lain-lain, itu tidak termasuk nelayan. Selanjutnya menurut Tarigan (2000), berdasarkan pendapatannya nelayan dapat dibagi menjadi empat kelompok:

1. Nelayan tetap atau nelayan penuh, yakni nelayan yang pendapatan seluruhnya berasal dari perikanan.

2. Nelayan sambil utama, yakni nelayan yang sebagian besar pendapatannya berasal dari perikanan.

3. Nelayan sambilan tambahan, yakni nelayan yang sebagian kecil pendapatannya berasal dari perikanan.

4. Nelayan musiman, yakni orang yang dalam musim-musim tertentu saja aktif sebagai nelayan.

Rendahnya kualitas sumber daya manusia masyarakat nelayan terefleksi dalam bentuk kemiskinan sangat erat kaitannya dengan faktor internal dan eksternal masyarakat. Faktor internal misalnya pertumbuhan penduduk yang cepat, kurang berani mengambil resiko, cepat puas dan kebiasaan lain yang kurang modernisasi. Selain itu kelemahan modal usaha dari nelayan merupakan faktor yang sangat dipengaruhi oleh

pola pikir nelayan itu sendiri. Faktor eksternal yang mengakibatkan kemiskinan rumah tangga nelayan lapisan bawah antara lain pendapatan mereka didomonasi oleh pemilik perahu, pemilik modal dan sifat pemasaran hanya dikuasai oleh kelompok orang. Selain itu terdapat 4 (empat) faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan nelayan (Kusnadi, 2003) antara lain:

1. Faktor Modal kerja.

Modal dapat dibagi menjadi dua bagian yakni modal tetap dan modal bergerak.

Modal tetap adalah biaya melalui deprecition cost dan bunga modal. Modal bergerak langsung menjadi biaya dengan besarnya biaya itu sama dengan nilai modal yang bergerak. Setiap usaha penangkapan dipengaruhi modal kerja, makin tinggi modal kerja perunit usaha yang digunakan diharapkan makin baik perolehannya. Modal kerja terkadang nelayan peroleh dari (toke) pemilik modal sistem pengembalian melalui perolehan ikan hasil tangkapan nelayan sehingga tingkat harga ikan biasanya ditentukan oleh pemilik modal.

2. Faktor Tenaga Kerja.

Setiap usaha kegiatan penangkapan ikan pasti memerlukan tenaga kerja profesional yang diharapkan pendapatan lebih meningkat, banyaknya tenaga kerja disesuaikan dengan kapasitas kapal, selain menjaga kesetabilan kapal juga mengurangi biaya melaut (Masyhuri, 1999).

3. Faktor Pengalaman Melaut.

Faktor pengalaman melaut, secara teoritis tidak terbahas dalam buku, bahwa pengalaman merupakan fungsi dari pendapatan atau keuntungan namun dalam aktivitas nelayan sehari-hari dalam penangkapan ikan faktor pengelaman turut menentukan, sebab semakin berpengalaman perolehan hasil tangkapan ikan semakin banyak.

4. Fakor Jarak Tempuh Melaut

Fakor jarak tempu melaut terbagi dalam tiga pola penangkapan ikan. Pertama, yakni pola penangkapan lebih dari satu hari, penangkapan seperti ini merupakan penangkapan ikan lepas pantai. Jauh dekatnya daerah penangkapan dan besar kecilnya kapal yang digunakan sangat menentukan lamanya melaut.

Kedua, pola penangkapan ikan satu hari, biasanya nelayan ini berangkatnya kurang lebih sekitar jam 14.00 dan kembali ke fishing base 09.00 hari berikutnya, penangkapan ikan seperti ini juga disebut penangkapan ikan lepas pantai. Ketiga, pola

penangkapan ikan tengah hari, penangkapan ikan seperti ini adalah penangkapan ikan dekat pantai, umumnya nelayan ini berangkat sekitar jam 03.00 sore hari dan kembali sekitar jam 09.00 pagi hari. Penangkapan ikan lepas pantai biasanya memperoleh hasil tangkapan lebih banyak dibandingkan dengan dekat pantai (Masyhuri, 1999).

Untuk mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan dapat digunakan rumus dalam fungsi;

INC = f (MODAL, LAB, EXPE, DST)

Dimana : INC = Pendapatan Nelayan MODAL = Modal Kerja

LAB = Jumlah anak buah kapal (ABK)

EXPE = Pengalaman melaut

DST = Jarak tempuh melaut ke fishing ground.

Selanjutnya fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam bentuk persamaan regresi berganda sebagai berikut :

Y = α + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + ε; atau bisa juga dituliskan INC = α+ b1 MODAL + b2 LAB + b3EXPE + b4

Dimana : INC = Pendapatan nelayan perbulan DST + ε

MODAL = Modal kerja perbulan

LAB = Jumlah anak buah kapal (ABK) EXPE = Pengalaman melaut

DST = Jarak tempuh melaut ke fishing ground α = Intercept

bi = Koefisien regresi I = 1,2,3 dan 4 ε = Error term (kesalahan pengganggu).

2.3 Pemasaran

2.3.1 Konsep Pemasaran

Kotler dan Amstrong (2007) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu rangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang menjadi arah kepada usaha- usaha pemasaran perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan pesaing yang selalu berbeda. Pemasaran merupakan suatu proses sosial manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Konsep ini yang mendasari definisi pemasaran diantaranya: kebutuhan (needs), keinginan (want) dan permintaan (demands)

Pemasaran adalah proses sosial di mana individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan, menyalurkan dan dengan bebas mempertukarkan nilai produk dan jasa dengan pihak lain (Kotler, 2008).

Tujuan pemasaran adalah bagaimana mengetahui dan memahami pengguna dengan sebaik-baiknya, agar produk atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhannya. Konsep pemasaran mempunyai perspektif dari luar ke dalam, yang artinya konsep ini dimulai dari pasar yang didefinisikan dengan baik, berfokus pada kebutuhan pelanggan, dan menghasilkan laba dengan memuaskan pelanggan (Kotler dan Amstrong, 2007). Konsep pemasaran dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut.

Sumber: Kotler (2008)

Gambar 1. Konsep pemasaran

Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup suatu produk baik jasa maupun barang (Swastha dkk, 1990).

Dalam filsafah bisnis, konsep pemasaran disusun dengan memasukkan elemen-elemen sebagai berikut:

1. Orintasi konsumen / pasar / pembeli.

2. Volume penjualan yang menguntungkan

3. Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran.

2.3.2 Konsep Lembaga dan Saluran Pemasaran

Walters yang dikutip oleh Swastha dan Irawan (1990) mendefinisikan saluran pemasaran sebagai sekelompok perusahan dan agen produsen yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan dari pasar tertentu. Dari definisi tersebut di atas dapat diketahui unsur-unsur penting dalam saluran pemasaran sebagai berikut :

Pasar Kebutuhan Pemasaran Laba melalui

Sasaran Pelanggan Terintegrasi Kepuasan Pelanggan