• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang Dalam

Dalam dokumen Buku Seni Monumental - Spada UNS (Halaman 52-55)

B. Terjadinya Ruang

1. Ruang Dalam

Pada umumnya yang dinamakan ruang dalam (interior) dibatasi oleh tiga bidang, yakni bidang lantai, dinding, dan langit-langit. Ketiga bidang itu merupakan unsur-unsur di dalam arsitektur. Meskipun mungkin ruang dalam tidak mutlak dibatasi oleh tiga unsur tadi. Contohnya pada sebuah gua, maka sulit untuk membedakan tiga bidang tersebut. Sebab lantai, dinding, dan atap menjadi satu, yakni lantai menerus jadi dinding dan atap.

Ruang dalam selalu terbentuk oleh tiga elemen pembentuk ruang, yaitu:

1. Bidang alas atau lantai (the base plane).

2. Bidang pembatas atau dinding (the vertical space divider).

3. Bidang langit-langit atau atap (the overhead plane).

Lantai sebagai bidang alas, besar pengaruhnya terhadap pembentukan ruang, karena bidang itu erat hubungannya dengan fungsi ruangnya. Permukaan lantai pada ruang dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Bahan keras (batu, kerikil, pasir, beton, aspal, dan sebagainya).

2. Bahan lunak (karpet, rumput, tanah, dan sebagainya).

Bidang alas atau lantai (the base plane). Bidang lantai yang mempunyai sifat bahan yeng berbeda dari permukaan lantai lainnya, akan membentuk kesan ruang tersendiri. Pengaruh perbedaan bahan tersebut digunakan untuk membedakan fungsi- fungsi pada ruang luar yang berlainan. Selain perbedaan bahan lantai, perbedaan tinggi pada suatu bidang lantai akan membentuk kesan dan fungsi ruang yang baru tanpa

53 mengganggu hubungan visual antara ruang-ruang tersebut. Oleh karena lantai merupakan pendukung kegiatan manusia dalam suatu bangunan, sudah tentu secara struktural harus kuat dan awet. Lantai juga merupakan unsur yang penting di dalam sebuah ruang, bentuk, warna, pola dan teksturnya akan menentukan sejauh mana bidang tersebut akan menentukan batas-batas ruang dan berfungsi sebagai dasar di mana secara visual unsur-unsur lain di dalam ruang dapat dilihat. Tekstur dan kepadatan material di bawah kaki juga akan mempengaruhi cara berjalan di atas permukaannya (Surasetja, 2007: 8).

Bidang dinding atau pembatas (the vertical space devider). Sebagai unsur perancangan, bidang dinding dapat menyatu dengan bidang lantai atau dibuat sebagai bidang yang terpisah. Bidang tersebut bisa sebagai latar belakang yang netral untuk unsur-unsur lain di dalam ruang atau sebagai unsur visual yang aktif di dalamnya.

Bidang dinding ini dapat juga transparan seperti halnya sebuah sumber cahaya atau suatu pemandangan (Surasetja, 2007: 8). Dinding, sebagai pembatas ruang dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1. Dinding masif, dapat berupa permukaan tanah yang miring atau vertikal (alami), atau susunan batu bata, beton, dan sebagainya. Sifat dinding ini sangat kuat dalam pembentukan ruang.

2. Dinding transparan, terdiri dari bidang transparan seperti pagar bambu, logam, kayu, yang disusun tidak rapat; pohon dan semak yang renggang.

Sifat dinding ini kurang kuat dalam pembentukan ruang.

3. Dinding semu, merupakan dinding yang dibentuk oleh perasaan pengamat setelah mengamati suatu obyek atau keadaan. Dinding ini terbentuk oleh garis-garis, misalnya garis batas air sungai, laut, cakrawala.

Selain itu terdapat juga pembatas yang secara khusus memberi peran terhadap ruang. Pembatas ini dapat diaplikasikan pada ruang dalam maupun ruang luar. Peran pembatas ada beberapa macam, yaitu:

54 1. Sebagai pemberi arah atau suasana, deretan pohon yang direncanakan dan diatur dapat menerangkan pada pengamat apa yang akan dimasuki seperti markas tentara, sekolah, dan sebagainya.

2. Sebagai penerang, pagar dapat memperkuat, mengubah, dan membentuk pola lalu lintas dalam satu ruang. Sebagaimana dapat dirasakan gerbang suatu gedung pada kompleks sering mengesankan adanya “undangan”, sedangkan dinding penghalang seakan-akan berkata “ikuti jalan ini”.

3. Sebagai pengontrol, elemen vertikal penting sebagai unsur yang mengawasi atau mengontrol angin, cahaya, temperatur, dan suara. Unsur dapat digunakan untuk mengubah dan membelokkan angin, mengatur banyaknya, bahkan untuk menolaknya.

4. Sebagai penutupan efektif, dalam usaha mencapai ruang yang memiliki privacy, atau untuk keamanan, dan sebagainnya. Kurang atau tidaknya adanya unsur penutup yang efektif dari suatu ruang, merupakan kunci pembentukan ruang tersebut.

Pagar atau pembatas, sebagai unsur ruang memiliki bentuk dan penutupan sebagai berikut:

1. Dinding (walls), termasuk dinding penyekat (screen walls), dinding penahan, dan sebagainya.

2. Pagar (frences), termasuk pagar kawat (woven wire frences), pagar kayu, pagar besi, dan sebagainya.

3. Bentukan tanah, termasuk tebing, celah bumi, beda ketinggian tanah (contour), dan sebagainya.

4. Pembatas lain, termasuk pohon (trees), pagar tanaman (hedges), air (water), kolam (ponds), jalur tepi (paving), dan sebagainya.

Pemagaran dan pembatasan dalam ruang dapat dibuat menurut fungsi ruangnya, misalnya:

55 1. Sebagai pembatas fisik atau pembatas pemandangan: pembatasan fisik dan pemandangan digunakan untuk tujuan keamanan dan privacy. Dalam pembatasan fisik tidak dituntut adanya “block the view” penggunaan pembatas fisik perlu kecermatan, untuk apa saja, dan pada siapa ditujukan.

Sebagai contoh pembatasan untuk menjaga keluar atau masuknya orang.

2. Penghalang suara: jalan kendaraan bermotor di wilayah perkotaan memiliki dampak yang tidak menyenangkan akibat kebisingan yang melampaui batas bagi manusia untuk hidup, bekerja, bermain, belajar, sehingga dibutuhkan pembatas atau peredam suara untuk mengurangi kebisingan. Pembatas kebisingan ini dapat berupa hard material maupun soft material.

3. Sebagai pematah angin: jika tapak memerlukan pematah angin sebaiknya dirancangkan bentuk-bentuk pembatas yang tegar, kuat, dengan memperhatikan faktor keamanan. Jika gunanya hanya untuk pematah angin maka bentuk-bentuk pohon pelindung sangat sesuai untuk ditanam.

4. Pembatas ruang: pembatas ruang dimaksudkan untuk membedakan atau mengatur arus lalu lintas. Pemilihan bentuk material pembatas sebaiknya disesuaikan dengan fungsi ruang yang hendak dihasilkan.

Bidang langit-langit atau atap (the overhead plane). Bidang atap adalah unsur pelindung utama dari suatu bangunan dan berfungsi untuk melindungi bagian dalam dari pengaruh iklim dan keamanan. Bentuknya ditentukan oleh geometris dan jenis material yang digunakan pada strukturnya serta cara meletakannya dan cara melintasi ruang di atas penyangganya. Secara visual bidang atap merupakan “topi” dari suatu bangunan dan memiliki pengaruh yang kuat terhadap bentuk bangunan dan pembayangan (Surasetja, 2007: 9).

Dalam dokumen Buku Seni Monumental - Spada UNS (Halaman 52-55)

Dokumen terkait