• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, peneliti memiliki saran yang kiranya berguna sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan kebijakan Bansos agar berdampak lebih baik di Kelurahan Padduppa antara lain sebagai berikut:

1. Perlunya meningkatkan koordinasi dengan pemerintahan dari bidang-bidang terkait demi kelancaran pelaksanaan Bansos di Kelurahan Padduppa.

2. Perlunya meningkatkan kinerja terutama dalam pelayanan kepada masyarakat. Misalnya, menyalurkan Bansos secara tepat dan memanfaatkan dana yang ada seefektif dan seefisien mungkin untuk memberikan dampak yang baik terhadap kebijakan ini.

3. Keaktifan dan kesadaran juga perlu ditingkatkan dalam menjalin kerja sama dengan pihak kelurahan demi tercapainya dampak yang baik dalam pelaksanaan kebijakan Bansos.

Anderson, James E, 1969. Public Policy Making. New York: Holt, Rinehart and Winston, 2nd ed.

Dye, Thomas R, (1975). Understanding Public Policy. Englewood Cliff, N.J: Printice-Hall 2nd ed.

Kadji, Yulianto, 2003. Implementasi Kebijakan Publik (dalam perspektif realita). Cahaya Abadi, Tulungagung.

Lester, James P. and Joseph Stewart, 2000. Public Policy: An Evolutionary Approach. Australia: Wadsworth, Second Edition.

Nugroho, Riant, 2009. Public Policy: Teori Kebijakan – Analisis – Proses Kebijakan, Perumusan, Implementasi, Evaluasi, Revisi risk management dalam Kebijakan Publik, Kebijakan sebagai The Fifth Estate – Metode penelitian Kebijakan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

, 2003. Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi, Evaluasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Pasolong, Harbani, 2012. Metode Penelitian Administrasi Publik.

Bandung: Alfabeta.

Parsons, Wayne, 2008. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. Jakarta: Predana Media Group.

Subarsono, 2006. Analisis Kebijakan Publik: Konsep Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

, 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV.

Alfabeta.

Suharto, Edi, 2012. Analisis Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Tjokroamidjojo, Bintoro, 2002. Reformasi Nasional Penyelenggaraan Good Governance dan Perwujudan Masyarakat Madani. Jakarta:

Tanpa Penerbit.

74

Winarno, 2008. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Yogyakarta:

MedPress.

Sumber dari Internet:

Hendriawan. 2003. Definisi Kemiskinan. Online: http://hendriawan.wordpr ess.com. Diakses tanggal 6 Desember 2014 Pukul 14.00 Wita.

Dhudie Dhie. 2008. Bansos. Online: http://artikel-bansos.html. Diakses tanggal 12 Agustus 2014 Pukul 13.00 Wita.

Purnomo Dony. 2012. Sisi Negatif Bantuan Langsung Tunai. Online:

http://pinterdw.blogspot.com. Diakses tanggal 5 Mei 2015 Pukul 15.21 Wita.

Anggih. 2012. Gaya Hidup Masyarakat Indonesia yang Konsumtif.

Online: anggih91.wordpress.com. Diakses tanggal 6 Mei 2015 Pukul 13.00 Wita.

Perundang-Undangan:

Undang-Undang Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 tentang kesejahtraan sosial.

Undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana.

Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan konstitusi WHO.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Bupati Wajo Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Bantuan Sosial.

Peraturan Bupati Wajo Nomor 16 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi Dan Rincian Tugas Jabatan Struktural lingkup Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Wajo.

Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lingkup Kelurahan Pemerintah Kabupaten Wajo.

DAMPAK KEBIJAKAN PEMBERIAN BANSOS TERHADAP MASYARAKAT MISKIN DI KELURAHAN PADDUPPA

KECAMATAN TEMPE KABUPATEN WAJO

AVRILIYANTI¹, PARAKKASI TJAIJA², MUHAMMAD TAHIR³

1)Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara Unismuh Makassar

2)Dosen Ilmu Administrasi Negara Unismuh Makassar

3)Dosen Ilmu Administrasi Negara Unismuh Makassar ABSTRACT

The purpose of this research is to find out the positive and the negative impact that caused by the extending of the spcial assist (bansos) toward the poor society in Padduppa district, subdistrict of Tempe, Wajo regency. The type of the research is qualitative descriptive by using the phenomenology type and the data collecting by using observation, interview and documentation. The result of the research shows that the positive impact from this social assist toward the poor society such as give social protection through the house operation, assist people in working to empower their life, give the free medication assist, and help the victim of the natural disaster. While the negative impact such as educate to live indolent, susceptible to get conflict and educate to live consumtively.

Keywords: policy impact, the social assist

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari kebijakan pemberian bantuan sosial (Bansos) terhadap masyarakat miskin di Kelurahan Padduppa Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan tipe fenomenologi dan teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak positif dari kebijakan pemberian bantuan sosial terhadap masyarakat miskin seperti dapat memberikan perlindungan sosial melalui bedah rumah, membantu masyarakat dalam bekerja untuk memberdayakan hidupnya, memberikan bantuan pengobatan secara gratis, dan membantu korban bencana alam.

Sedangkan dampak negatif seperti mendidik hidup malas, rentan konflik, dan mendidik hidup konsumtif.

Kata Kunci: dampak kebijakan, bantuan sosial

PENDAHULUAN

Pembangunan yang tidak merata di negara-negara berkembang saat ini, termasuk Indonesia meninggalkan permasalahan dengan tingginya angka kemiskinan.

Kemiskinan merupakan salah satu penyakit dalam ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang kompleks dan bersifat multidimensional. Masyarakat miskin lemah dalam kemampuan berusaha dan mempunyai akses yang terbatas kepada kegiatan sosial ekonomi.

Oleh karena itu, seringkali berbagai upaya pengentasan kemiskinan hanya berorientasi pada upaya peningkatan pendapatan kelompok masyarakat miskin.

Kemiskinan seringkali dipahami dalam pengertian yang sangat sederhana yaitu sebagai keadaan kekurangan uang, rendahnya tingkat pendapatan dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar hidup sehari-hari.

Hal ini harus mendapat perhatian khusus dari pemerintah untuk mencari solusi apa yang harus

dilakukan agar dapat menekan angka kemiskinan, dan dalam penanggulangan persoalan kemiskinan maka pemerintah memandang perlu untuk memberikan bantuan kepada masyarakat miskin.

Peningkatan perlindungan dan kesejahteraan sosial merupakan salah satu prioritas pembangunan bidang sosial terutama perlindungan terhadap mereka yang termasuk ke dalam kelompok penduduk miskin.

Perlindungan dan kesejahteraan sosial di Indonesia diwujudkan dalam bentuk bantuan sosial dan jaminan sosial.

Kegiatan pemberian bantuan sosial merupakan wujud dari kebijakan sosial, karena berupa pelayanan sosial yang dilaksanakan oleh pemerintah yang memberikan dampak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat. Kegiatan pemberian bantuan sosial tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk mengatasi sebagian masalah kemiskinan dengan mempertahankan taraf kesejahteraan sosial dan atau mengembangkan kemandirian serta untuk menjaga kinerja sosial yang

telah tercapai agar tidak menurun kembali.

Peraturan Bupati Wajo Nomor 32 Tahun 2011 tentang pedoman pemberian bantuan sosial yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah Kabupaten Wajo.

Pasal 24,25, dan 26 tentang tujuan pemberian bantuan sosial yang juga diharapkan mampu memberikan dampak dalam berbagai aspek.

Sejalan dengan hal tersebut, Tjokroamidjojo (2002: 129) berpendapat bahwa, dampak adalah akibat yang ditimbulkan dari suatu kegiatan baik direncanakan maupun tidak direncanakan. Dampak senantiasa timbul dari suatu kegiatan, apapun kegiatan yang dilaksanakan.

Sebuah kebijakan, mau tidak mau pastilah menimbulkan dampak, baik itu dampak positif maupun negatif.

Dampak positif dimaksudkan sebagai dampak yang memang diharapkan akan terjadi akibat sebuah kebijakan dan memberikan manfaat yang berguna bagi lingkungan kebijakan sedangkan dampak negatif dimaksudkan sebagai dampak yang tidak memberikan manfaat bagi

lingkungan kebijakan dan tidak diharapkan terjadi.

Sebagaimana yang nampak pada hasil observasi awal bahwa di Kelurahan Padduppa memang memberikan bantuan sosial bagi masyarakat miskin. Selain menyalurkan bantuan langsung tunai dan raskin yang merupakan program nasional pemerintah, tetapi pihak Kelurahan Padduppa juga menyalurkan bantuan sosial seperti penyediaan pupuk dan bibit unggul, kartu sehat untuk pengobatan gratis, bantuan korban bencana alam, dan bantuan bedah rumah untuk rumah tak layak huni. Semua bantuan sosial tersebut diharapkan dapat membantu meringankan beban bagi masyarakat miskin khususnya yang berdomisili di Kelurahan Padduppa. Hal ini yang menarik untuk peneliti untuk mengkaji sejauh mana dampak dari kebijakan pemberian bantuan sosial tersebut.

James E. Anderson dalam Subarsono (2006: 2) mendefinisikan kebijakan publik “sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan pemerintah”. Sesuai pandangan Harold Laswell dalam Nugroho

(2003: 4) mendefinisikan “sebagai suatu program yang di proyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu, nilai- nilai tertentu dan praktek-praktek tertentu.

Carl L. Friedrick dalam Nugroho (2003: 4), kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, dengan ancaman dan peluang yang ada, dimana kebijakan yang diusulkan tersebut ditujukan untuk memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi hambatan yang ada dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Beberapa pengertian kebijakan publik di atas maka kita dapat menyimpulkan bahwa kebijakan publik merupakan suatu aturan atau program tertentu yang dibuat oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Menurut Subarsono (2006:

119) bahwa evaluasi adalah

“kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan. Evaluasi baru dapat dilakukan kalau kebijakan sudah berjalan cukup waktu. Dalam Thomas R. Dye dalam Parsons

(2008: 547) mengemukakan bahwa evaluasi kebijakan adalah

„pembelajaran tentang konsekuensi dari kebijakan publik‟. Evaluasi Kebijakan publik adalah pemeriksaan yang bersifat objektif, sistematis dan empiris terhadap efek dari kebijakan dan program publik terhadap targetnya dari segi tujuan yang ingin dicapai.

Menurut Nugroho (2009: 543) bahwa evaluasi kebijakan adalah

“biasanya bermakna sebagai evaluasi kebijakan dan atau evaluasi kinerja atau hasil kebijakan. Dalam evaluasi kebijakan publik terdapat empat komponen kebijakan yang merupakan dimensi kebijakan publik. Dimensi kebijakan publik sebagai fokus evaluasi kebijakan, yakni perumusan kebijakan, implementasi kebijakan, kinerja kebijakan, lingkungan kebijakan”.

Tujuan evaluasi dampak kebijakan adalah untuk mengukur dampak suatu kebijakan, baik dampak positif maupun dampak negatif (Subarsono, 2008: 121).

Lebih lanjut Parsons (2006: 604), secara khusus tujuan dasar evaluasi dampak kebijakan adalah untuk

memperkirakan efek bersih dari sebuah intervensi, yakni perkiraan dampak intervensi yang tidak dicampuri oleh pengaruh dari proses dan kejadian lain yang mungkin juga mempengaruhi perilaku atau kondisi yang menjadi sasaran suatu program yang dievaluasi itu.

Menurut Dye (1975) dalam Winarno (2008: 232-235) dampak dari suatu kebijakan mempunyai beberapa dimensi dan semuanya harus diperhitungkan dalam melakukan evaluasi, yaitu: (a) Dampak kebijakan pada masalah- masalah publik dan dampak kebijakan pada orang-orang yang terlibat. Dengan demikian, mereka atau individu-individu yang diharapkan untuk dipengaruhi oleh kebijakan harus dibatasi; (b) Dampak kebijakan kepada keadaan-keadaan atau kelompok-kelompok di luar sasaran atau tujuan kebijakan; (c) Dampak kebijakan pada keadaan sekarang dan keadaan di masa yang akan datang; (d) Dampak kebijakan terhadap biaya langsung yang dikeluarkan untuk membiayai program-program kebijakan publik;

(e) Dampak kebijakan terhadap

biaya-biaya yang tidak langsung ditanggung oleh masyarakat atau beberapa anggota masyarakat akibat adanya kebijakan publik.

Bantuan sosial (Bansos) adalah pemberian bantuan berupa uang atau barang dari pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan bersifat selektif, yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.

Hal tersebut di atas yang menjadi faktor penulis untuk mengetahui dampak kebijakan pemberian bantuan sosial terhadap masyarakat miskin.

METODE PENELITIAN Waktu yang digunakan dalam penelitian ini, yakni kurang lebih dua bulan sejak tanggal 4 April sampai 1 Juni 2015 setelah seminar proposal. Penelitian ini yaitu penelitian kualitatif dengan tipe penelitian yang bersifat fenomenologi hal ini dimaksudkan agar penelitian ini dapat menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid mengenai dampak kebijakan pemberian

bantuan sosial terhadap masyarakat miskin.

Adapun informan penelitian terdiri dari 14 orang dan teknik analisis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dengan menggunakan pengumpulan data melalui observasi, wawancara, serta dokumentasi sebagai pendukung dari penelitian.

Data yang diperoleh dari lokasi penelitian adalah data primer dimaksudkan adalah data empiris yang diperoleh tentang pemberian bantuan sosial terhadap masyarakat miskin yang berada di lapangan dan merupakan segala informasi yang diperoleh dari informan observasi yang dicatat oleh peneliti secara langsung dari obyek penelitian. Data tersebut merupakan hasil yang perlu diolah kembali dengan hasilnya diuraikan secara deskriptif dengan memberikan gambaran mengenai Dampak Kebijakan Pemberian Bantuan Sosial Terhadap Masyarakat Miskin Di Keluarahan Padduppa Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo.

Dari data tersebut, dilakukan analisis deskriptif dengan menggunakan observasi dan wawancara.

HASIL DAN PEMBAHASAN Rujukan teori yang digunakan penelitian untuk menganalisis hasil penelitian tentang dampak kebijakan sesuai dengan dimensi-dimensi dari evaluasi dampak kebijakan menurut Dye dalam Winarno (2008: 232-235) yaitu, Dampak kebijakan kepada keadaan-keadaan atau kelompok- kelompok di luar sasaran atau tujuan kebijakan. Kebijakan ini dinamakan eksternalitas atau dampak yang melimpah seperti dampak positif dan dampak negatif.

Dampak positif adalah pengaruh dari suatu kegiatan yang dijalankan sehingga menimbulkan unsur kebaikan terhadap masyarakat.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis di lapangan, dengan adanya Pemberian Bantuan Sosial Terhadap Masyarakat Miskin di Kelurahan Padduppa Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo telah berdampak terhadap lingkungan ataupun kepada masyarakat setempat. Salah satu dampak positif yang dapat dilihat dari berbagai tujuan yang sejalan dengan Peraturan Bupati Wajo tentang Pemberian Bantuan Sosial.

Memberikan perlindungan sosial melalui bedah rumah, kondisi rumah tidak layak huni adalah salah satu indikator kemiskinan. Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia, yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Pada hakikatnya setiap warga masyarakat membutuhkan perumahan yang layak huni, namun dalam kenyataannya pemenuhan kebutuhan rumah layak huni tersebut menjadi masalah bagi sebagian masyarakat khususnya di Kelurahan Padduppa Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo.

Atas dasar pemikiran tersebut diatas, penyediaan rumah layak huni atau pemugaran rumah tidak layak huni dapat memberikan kontribusi terhadap upaya penurunan angka kemiskinan. Bedah rumah mampu memberikan dampak yang baik terhadap kondisi psikologis seseorang yang secara tidak langsung akan mendapatkan perlindungan sosial yang dapat memberikan rasa aman, nyaman, betah, tentram, serta bermartabat.

Pemberian bantuan sosial benar-benar telah memberikan

perlindungan sosial terhadap kelangsungan hidup masyarakat dan ditujukan untuk meringankan beban bagi masyarakat miskin. Selain itu, di Kelurahan Padduppa, bantuan sosial berupa perbaikan rumah yang tidak layak huni (bedah rumah) bagi masyarakat miskin. Dengan ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan dan rasa aman bagi masyarakat.

Membantu masyarakat dalam bekerja untuk memberdayakan hidupnya, pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya. Pemberdayaan sosial, bertujuan untuk menjadikan seseorang atau kelompok masyarakat yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.

Pemberian Bansos di Kelurahan Padduppa juga berdampak pada pemberdayaan sosial masyarakat.

Seperti halnya pemberian bantuan berupa traktor atau varietas bibit unggul yang disediakan oleh pihak

kelurahan yang bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kebupaten Wajo.

Pemerintah membagikan bibit unggul kepada kelompok tani yang membutuhkan.

Tentu saja berdampak positif kepada masyarakat karena membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dalam bekerja. Tidak hanya bagi petani, dampak bantuan sosial khususnya dalam pemberdayaan sosial juga dirasakan oleh para nelayan yang berdomisili di Kelurahan Padduppa, karena selain memperoleh bantuan berupa bibit, mereka juga memperoleh pengetahuan melalui sosialisasi yang dilaksanakan oleh aparat kelurahan.

Demikian pula, memberikan dampak atau pengaruh yang cukup baik kepada masyarakat.

Pemberian bantuan sosial berupa bibit pertanian dan perikanan serta alat- alat yang menunjang mata pencarian masyarakat dapat memberdayakan masyarakat. Dampak tersebut dirasakan langsung oleh warga penerima bantuan ini. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dampak

Bantuan Sosial dapat

memberdayakan masyarakat miskin sehingga mampu memperoleh penghidupan yang layak. Sesuai

dengan salah satu tujuan dalam pemberian Bantuan Sosial bagi masyarakat yang tertuang dalam Peraturan Bupati Wajo Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Sosial Nomor 32 Tahun 2011, dalam pasal 24 yaitu pemberdayaan sosial dengan jalan memberikan bantuan berupa sarana yang dapat meningkatkan keterampilan masyarakat dalam bekerja.

Memberikan bantuan pengobatan secara gratis, keterbatasan akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan disebabkan oleh kesulitan mendapatkan layanan kesehatan dasar, rendahnya mutu layanan kesehatan dasar, kurangnya pemahaman terhadap perilaku hidup sehat, dan kurangnya layanan kesehatan reproduksi, jarak fasilitas layanan kesehatan yang jauh, biaya perawatan dan pengobatan yang mahal. Pemberian bantuan sosial dalam bentuk pemberian Jaminan Kesehatan bagi masyarakat khususnya masyarakat miskin yang berdomisili di Kelurahan Padduppa diharapkan memberikan dampak positif dalam hal jaminan sosial kepada masyarakat.

Dengan adanya dampak yang dihasilkan pada pemberian bantuan

sosial dalam bentuk Kartu Sehat, yakni adanya jaminan kesehatan

bagi masyarakat yang

membutuhkan, yang tidak lain tentu saja warga yang memenuhi persyaratan sebagai penerima Kartu Sehat dari Kelurahan Padduppa.

Mereka yang merasakan dampak langsungnya beranggapan bahwa bantuan ini membantu mereka dalam mendapatkan pelayanan yang murah bahkan gratis.

Mengenai dampak Bansos khususnya dalam bentuk Kartu Sehat yakni memberikan jaminan sosial dalam hal pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Hal ini berarti bahwa, dengan adanya Bansos, masyarakat miskin dapat memperoleh jaminan pelayanan kesehatan yang layak tanpa menambah beban hidup mereka.

Seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, Pasal 28H (1) menyebutkan setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

Demikian pula dalam Undang-

undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan konstitusi WHO, yang menetapkan bahwa kesehatan adalah hak fundamental setiap individu.

Oleh karena itu negara bertanggung jawab untuk mengatur agar hak hidup sehat bagi penduduknya terpenuhi.

Membantu korban bencana alam, penanggulangan bencana, merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk tanggap darurat, dan rehabilitasi. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah langsor.

Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.

Diketahui bahwa di Kelurahan Padduppa ada bantuan sosial yang berupa santunan kepada masyarakat yang terkena bencana alam dan kebakaran. Bantuan sosial tidak hanya menanggulangi kemiskinan tapi juga mampu menanggulangi bencana yang bisa saja terjadi secara tiba-tiba.

Dan ini pula dapat memberikan dampak positif terhadap masyarakat, terlebih untuk meringankan beban mereka. Walaupun kemungkinan besarnya nominal santunan belum cukup untuk mengganti kerugian yang diperoleh, namun sangat membantu meringankan penderitaan korban bencana. Dampak Bansos bagi korban bencana alam, baik Bansos yang diberikan berupa sembako dan sarana pengungsian setidaknya mampu memberikan rasa aman kepada masyarakat dan mengurangi penderitaan yang dirasakan masyarakat karena bencana alam tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan Bantuan Sosial bagi masyarakat miskin dapat membantu dalam penanggulangan bencana. Salah satu tujuan dalam

pemberian bantuan sosial bagi masyarakat yang tertuang dalam Peraturan Bupati Wajo Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Sosial Nomor 32 Tahun 2011, yakni, penanggulangan bencana.

Dampak negatif merupakan keinginan untuk membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain, dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung keinginannya yang buruk dan menimbulkan akibat tertentu.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis di lapangan, dengan adanya Pemberian Bantuan Sosial Terhadap Masyarakat Miskin di Kelurahan Padduppa Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo telah berdampak terhadap lingkungan ataupun kepada masyarakat setempat. Salah satu dampak negatifnya dapat dilihat.

Mendidik hidup malas merupakan pemberian bantuan sosial akan membuat malas penerimanya.

Biasanya bantuan sosial akan memicu rasa malas bagi sebagian penerimanya. Beberapa orang hanya tinggal menunggu tanpa bekerja.

Pola pikir sebagian kecil masyarakat penerima bansos adalah pola yang tidak menunjukkan pola pikir masyarakat mandiri, bahkan terkesan mendidik masyarakat menjadi malas bekerja dan berusaha.

Pola hidup malas seperti ini dapat dihindari dengan menanamkan pola hidup mandiri dan pekerja keras di benak masyarakat. Demikian perlu menjadi perhatian bagi pemerintah untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat dengan menumbuhkan kesadaran nasyarakat dalam bekerja dan meningkatkan kehidupannya secara mandiri.

Terjadinya rentan konflik, penyaluran bantuan sosial yang tidak tepat sasaran akan memicu konflik pada masyarakat. Masyarakat yang sebenarnya mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, justru terdaftar sebagai penerima bantuan, sementara itu, masyarakat miskin yang berhak menerima bantuan justru tidak terdaftar sebagai penerima bantuan sosial.

Tentu berdampak pada adanya kesenjangan atau kecemburuan sosial yang akan memicuh konflik terutama pada masyarakt miskin

yang tidak menerima bantuan. Oleh sebab itu, untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya mendata kembali (memperbaharui data) masyarakat yang berhak menerima Bansos supaya tidak terjadi penyaluran yang tidak tepat sasaran, sehingga dampak negatif seperti rentannya konflik bisa dihindari.

Mendidik hidup konsumtif, konsumtif lebih khusus menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal. Sesungguhnya perilaku hidup konsumsi memiliki banyak dampak negatifnya dari pada dampak positifnya. Dampak negatif dari perilaku pola hidup konsumtif terjadinya pada seseorang yang tidak memiliki keseimbangan antara pendapatan dengan pengeluarannya (boros).

Masyarakat yang menerima Bansos cenderung menunjukkan prilaku pola hidup komsumtif.

Merupakan salah satu dampak dari kebijakan bantuan sosial yang diberikan kepada masyarakat.

Masyarakat yang tidak mampu

Dokumen terkait