• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Untuk Pesantren Sulaimaniyah Cipayung Jakarta, peneliti berharap segera mencetak buku yang membahas tentang metode Turki Utsmani yang telah di terapkan di seluruh asrama yang ada di dunia

Setelah terselesaikannya penelitian ini, Dengan rendah hati peneliti sangat menyadari akan berbagai kekurangan dalam penulisan skripsi ini, selanjutnya peneliti mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak, serta memohon maaf yang sebesar-besarnya dalam penulisan skripsi ini.

.

HARI/TANGGAL : Rabu/ 18 Juli 2018

NAMA : Lala Alawiyah

JABATAN : Guru Tahfidz

1. Ada berapa cabang asrama yang ada di Indonesia dan di dunia?

Jawaban : Cabang asrama yang ada di Indonesia kurang lebih ada 30 cabang. Sedangkan yang ada di dunia tidak terhitung, mungkin 1000 asrama atau lebih.

2. Bagaimana sejarah singkat tentang pendiri pesantren Sulaimaniyah?

Jawaban : Yang mendirikan asrama Sulaimaniyah adalah seorang ustad asal Turki yang bernama Sulaiman Hilmi Tunahan.

Tadinya beliau tidak memiliki murid sama sekali, tetapi beliau mencari satu murid, dua murid dan terus berkembang menjadi ribuan murid. Awalnya memang bersusah-susah dulu tapi beliau selalu memperjuangkan seluruh murid-muridnya yang ada di seluruh dunia.

3. Apa metode yang digunakan dalam menghafal Al-Qur’an di pesantren ini?

Jawaban : Metode Turki Utsmani, nama ini dibuat oleh pendirinya langsung yaitu Sulaiman Hilmi Tunahan

4. Sebelum menghafal dengan metode Turki Utsmani langkah apa saja yang harus dilakukan oleh santri?

Jawaban: Biasanya, sebelum menghafal Al-Qur’an di pondok ini tidak diperbolehkan untuk langsung menghafal. Tetapi ada Pra Tahfidz selama 6 bulan. selama 6 bulan itu mereka tidak langsung menghafal, namun belajar makharijul huruf dulu, tajwidnya, Fiqh, Bahasa Turki,

menghafal Al-Qur’an.

5. Bagaimana penerapan menghafal dengan Metode Turki Utsmani ? Jawaban: Istilah menghafalnya yaitu sistem putaran, yaitu

menghafalnya tidak sama dengan pesantren-pasantren lain, tapi di pesantren Sulaimaniyah menghafal dengan metode turki utsmani santri mulai menghafal dari halaman terakhir dari juz 1, kemudian halaman terakhir dari juz 2 dan seterusnya sampai juz 30.

Menghafal seperti ini jadi lebih cepat dibanding dengan metode lain. Menghafal dengan metode biasa dari awal juz 1,2,3 dan seterusnya, maka santri akan cepat jenuh.

Dengan menghafal dengan metode turki ustmani dapat menyemangati santri agar cepat menyelesaikan hafalannya.

6. Apa Kelebihan dan kekurangan mengahfal menggunakan metode Turki Utsmani?

Jawaban: Kelebihannya ada, santri bisa menghafal lebih cepat. Satu tahun sudah khatam, bahkan ada yang 3 bulan sudah khatam.

Kekurangannya, santri lebih sulit karena sistem putaran, jadi saat santri sudah khatam harus bisa menyambung dari awal juz sampai akhir. Namun, saat santri sudah bisa menyambungkan seluruhnya, maka santri akan lebih kuat hafalannya.

7. Kapan saja jadwal setoran santri?

Jawaban : Santri dalam sehari setoran 3 kali. Setor pertama itu waktu pagi hari, setoran pagi untuk menyetorkan seluruh

yang akan di hafalkan, sedangkan yang ketiga itu setor malam, waktu itu digunakan untuk setor halaman lama saja.

8. Penerapan tajwid yang digunakan saat menghafal Al-Qur’an berjalan sesuai dengan teori yang sudah diajarkan atau tidak?

Jawaban : Santri di pesantren Sulaimaniyah ini, saat menghafal memiliki jadwal setoran 3 kali dalam sehari. Saat setoran siang hari santri wajib menyetorkan bacaan (Halaman Baru) yang akan di hafal dengan cara melihat Qur’an dan mebaca sesuai tajwid, apabila ada yang salah maka guru wajib membenarkan tajwid atau makharijul hurufnya.

Jadi santri tidak lupa dan salah dengan tajwid dan makharijul hurufnya, nanti ketika setor hafalan, santri tetap menghafal dengan tajwid dan makharijul yang benar.

9. Evaluasi apa yang digunakan dalam penerapan metode turki utsmani?

Jawaban : Ada 2 pembagaian ujiannya, yang pertama ujian setelah melakukan pra tahfidz. Setelah itu ujian selanjutnya saat mereka sudah menghafal dan masuk putaran 15 atau 16.

Ujiannya berupa tes melanjutkan ayat, di Tanya putaran dan di Tanya juz berapa. Serta ditanya juga tentang tajwid dan makharijul hurufnya. Apabila lulus ujian maka santri boleh melanjutkan hafalamn ke putaran selanjutnya, tapi kalau tidak lulus maka tidak boleh lanjut dan menghafal kembali di putaran tersebut.

HARI/TANGGAL : Senin/ 9 Juli 2018

NAMA : Yayah Rabiah

JABATAN : Wakil Ketua Asrama Putri dan Guru Tahfidz 1. Siapa yang memberi nama pada metode Turki Usmani?

Jawaban: Metode ini sudah ada dari zaman kerajaan Utsmaniyah, pada zaman kerajaan Utsmaniyah orang-orang menghafal menggunakan metode turki utsmani, maka di namakan dengan metode turki Utsmani, dan di namakan oleh seorang ustad dari Turki bernama Sulaiman Hilmi Tunahan.

2. Dalam penerpan menghafal menggunakan metode Turki Utsmani, berapa waktu tercepat santri dapat menyelesaikan hafalannya?

Jawaban : Paling cepat santri mengahfal 6 bulan.

3. Dalam waktu 6 bulan itu santri sudah bisa di sima’ atau hanya sekedar selesai?

Jawaban : Ada yang setelah khatam langsung bisa di sima’, ada juga yang belum. Yang belum bisa disima’ maka santri harus menyetorkan hafalannya lagi secara bertahap. Pertama, sekali setor 2 juz sampai selesai, kemudian lanjut setor 4 juz, 8 juz, 10 juz sampai bisa setor 30 juz. InsyaAllah santri siap untuk di sima’.

4. berapakah waktu paling lama santri untuk menyelesaikan hafalannya?

Jawaban : Ada yang selesai 1 tahun setengah, ada juga yang 2 tahun khatam, namun semua kembali kepada kemampuan anak tersebut.

Jawaban : Tidak memandang usia, dari usia kecil sampai dewasa bisa menggunakan metode ini. Namun, semakin usia kecil (SD) semakin mudah untuk memahami dan menghafal dengan menggunakan metode ini, karena belum tercampur dengan fikiran lain.

6. Langkah apa saja yag harus dilakukan santri untuk bisa menghafal menggunakan metode Turki Utsmani?

Jawaban : Sebelum mneghafal ada program yang namanya Pra Tahifdz, santri diajarkan tajwid, Adab terhadap Al- Qur’an, cara membawa Al-Qur’an, Duduk dihadapan Al- Qur’an dan waktu nya 6 belum masa pra tahfidz ini.

setelah mengikuti program ini, baru santri bisa menghafal dengan metode ini.

7. Bagaimana penerapan menghafal menggunakan metode Turki Utsmani?

Jawaban : Cara menghafalnya dari akhir halaman setiap juz sampai juz 30, kemudian dilanjutkan halaman kedua terakhir dari setiap juz (halaman 19) sampai juz 30 dan begitu seterusnya sampai putaran 20. Karena secara keseluruhan ada 30 juz dan 20 putaran. apabila sudah menyelesaikan 20 putaran maka sudah selesai mengahfal 30 juz.

8. Ada berapa cabang asrama yang ada di Indonesia dan di dunia?

Jawaban : Hampir di setiap negara semua ada asrama Sulaimaniyah dan di setiap negara, di pelosok-pelosok kampungnya juga ada. Jepang, Korea, Amerika, Afrika dan banyak lagi.

Sedangkan yang ada di Indonesia ada 30 lebih. Dan InsyaAllah akan buka cabang baru.

Jawaban : Santri tidak cepat bosan karena metodenya dengan sistem putaran, terus dengan metode ini santri lebih bersemangat dalam menghafal. Sedangkan kekurangannya tidak ada.

HARI/TANGGAL : Rabu/ 18 Juli 2018

NAMA : Ahla Mawaddah Lana

JABATAN : Santri Putri Asrama Cipayung 1. Sudah berapa lama mondok di asrama Sulaimaniyah?

Jawaban : 1 tahun lebih.

2. Apa nama metode yang digunakan dalam menghafal di pesantren ini?

Jawaban : Metode Turki Utsmani

3. Bagaimana penerapan metode Turki Ustmani yang anda ketahui?

Jawaban : Menghafal menggunakan metode ini beda dengan metode ini, yakni bukan dari halaman perama dari setiap juz tapi menghafal dari halaman terakhir dari setiap juznya. Istilah yang digunakannya yaitu putaran. dari keseluruhan putaran ada 20, apabila santri sudah selesai setor putaran satu (halaman 20 dari setiap juz) kemudian lanjut ke putaran kedua dan seterusnya sampai putaran 20. Caranya sebelum menyetorkan itu santri harus membaca 1 halaman sebanyak 5 sampai 10 kali kemudian di hafalkan nya dibagi menajdi 3 bagian dalam satu halaman. itu lebih memudahkan untuk menghafal. di hafal berkali-kali sampai lancar.

4. Metode apa saja yang anda ketahui selain metode Turki Utsmani?

Jawaban : Kurang tau nama-nama metode lain, tapi cara penerapannya ada yang tau, seperti mengahfal dari juz terakhir, ada juga yang menghafal dari awal juz dan awal halaman, ini metode umum yang biasa digunakan pesantren lain.

kepada guru masing-masing, misalkan satu halaman ada 15 baris di bagi menjadi 3 bagian. yang baris pertama dibaca dengan bacaan tartil, baris kedua dibaca dengan bacaan tadwir dan baris ketiga dibaca dengan bacaan hadr.

6. Menurut anda, apakah metode ini efektif untuk digunakan menghafal Al-Qur’an?

Jawaban : Efektif, karena metode dengan sistem putaran ini membuat santri lebih cepat, namun bukan hanya cepat tapi hafalan santri lebih kuat. Karena proses menghafal dalam 1 halamn yang terdiri dari 15 baris, kan di bagi tiga, dari setiap bagiannya itu dihafalkan dengan benar-benar sampai hafal sampai 5 baris ketiga. dengan cara ini samtri akan dengan cepat dan kuat hafalannya. Karena ada istilah halaman lama, dimana halaman lama ini yaitu halaman yang sudah di setorkan oleh gurunya namun disetorkan kembali dengan halaman baru. Jadi digabungkan. agar halaman yang sudah di setorkan tidak cepet lupa.

7. Adakah hambatan selama menghafal?

Jawaban: Tergantung individu masing-masing, karena disini menghafal dan menyetorkan halaman baru dan halaman lama maka itu agak berat, tapi kalau saat setoran halaman lama lancar, nanti untuk mengulangnya mudah.

8. Apa evaluasi yang digunakan pada metode ini?

Jawaban : pada putaran 5 dan putaran 10, santri di wajibkan mengulang kembali hafalannya, itu disebut dengan tekrar.

dan pada putaran 15/16 saat diujikan hafalannya.

9. Apabila santri sudah selesai 30 juz apakah santri wajib di sima’

dihaapan seluruh santri atau tidak?

Jawaban : Iya, namun jika selesai hatamnya awal tahun itu wajib di sima’, tapi kalau selesainya pertengahan tahun itu ada kemungkinan tidak di sima’ karena harus sudah mengikuti kelas Turki untuk program selanjutnya.

HARI/TANGGAL : Rabu/ 18 Juli 2018

NAMA : Tazkia Nizar Syafiq

JABATAN : Santri Putri Asrama Cipayung 1. Sudah berapa lama mondok asrama Sulaimaniyah?

Jawaban : sudah satu tahun lebih

2. Apa yang membedakan metode Turki Utsmani dengan metode yang lainnya?

Jawaban : Biasanya menghafal di pondok lain itu dari awal juz dan dari halaman pertama, tapi disini kita menghafal dari halaman terakhir dari setiap juz. Setiap juz terdiri dari 20 halaman, berarti halaman terakhirnya halaman ke-20 dari juz satu, terus lanjut halaman ke-20 dari juz 2, terus lanjut begitu sampe juz 30.

3. Bagaimana cara menghafal dengan metode ini?

Jawaban : Untuk halaman baru satu menghafal satu halaman, daari satu halaman itu ada 15 baris, itu di bagi 3 bagian, pertama mengahfal 5 baris pertama, berkali-kali di baca, biasanya di baca sampai 5 kali. Kalau sudah hafal 5 baris pertama, lanjut ke 5 baris kedua, dihafal lagi sampai lancar, kemudian lanjut ke baris ketiga dihafal lagi sampai lancar. Jika sudah dapat 15 baris, maka sudah dapat 1 halaman baru. Ini disebut putaran 1 juz 1. Selanjutnya ke putaran kedua yaitu halaman kedua dari belakang yaitu halaman ke-19 dan begitu seterusnya.

metode, jadi seperti biasa saja menghafal dari halaman awal juz 1 dan seterusnya. Jadi tidak tau nama-nama metode lain.

5. Apa kelebihan menghafal dengan menggunakan metode ini?

Jawaban : Karena sebelumnya saya pernah menghafal, jadi menurut saya menghafal dengan metode ini pasti hafalan yang sudah dihafal akan terus ke murajaah karena masuk dalam program, beda di pondok dulu muraja’ah tegantung kemauan santrinya saja,, tidak ada waktu khusus.

6. Evaluasi apa yang digunakan dalam menghafal dengan metode ini?

Jawaban : Di putaran 5 dan 10 itu santri wajib mengulang hafalannya sebelum lanjut keputaran selanjunya. itu dinamakan tekrar.

dan di putaran 16 itu di tes dengan menyambung ayat, Tanya tajwid dan putaran.

7. Berapa lama waktu yang paling cepat mengahfal dengan menggunakan metode ini?

Jawaban : Paling cepat itu 100 hari, dan itu santrinya sebelumnya belum pernah menghafal di pondok lain. Jadi dari awal menghafal dengan menggunakan metode ini dan selesai dalam waktu yang cepat.

HARI/TANGGAL : Rabu/ 18 Juli 2018

NAMA : Risyda Risma Zahratun Nisa

JABATAN : Santri Putri Asrama Cipayung 1. Sudah berapa lama mondok di asrama Sulaimaniyah?

Jawaban : 2 tahun

2. Apa nama metode yang digunakan di pesantren Sulaimaniyah?

Jawaban : Metode Turki Utsmani

3. Langkah apa saja yang dilakukan sebelum menghafal menggunakan metode Turki Utsmani?

Jawaban : Biasanya, harus belajar tajwid, makharijul hurufnya dibenarkan semuanya, setelah pemantapan Pra tahfidz 6 bulan baru bisa menghafal menggunakan metode tersebut.

4. Setelah pra tahfidz, penerapan yang dilakukan untuk menghafal seperti apa?

Jawaban : metode yan digunakan beda dengan metode yang dilakukan pesantren di Indonesia. Dalam Al-Qur’an ada 20 putaran, disini menggunakan istilah putaran, dalam satu putaran kita menghafal halaman terakhir dari setiap juz, misal dari juz satu di halaman terakhir yaitu halaman ke-20, lalu juz 2 halaman terakhir, juz 3 halaman terakhir, dan seterusnya. ini disebut putaran pertama.

Kemudian kembali juz 1 halaman ke-19, juz 2 halaman ke-19 dan seterusnya, ini disebut putaran kedua.

5. Evaluasi apa yang dilakukan dalam metode ini?

santri tidak boleh lanjut kehalaman selanjutnya tapi mengulang kembali putaran yang sudah di hafal.

6. Sebelum menghafal di asrama Sulaimaniyah, pernah atau tidak menghafal di pesantren lain?

Jawaban : Pernah

7. Apa perbedaan menghafal di pesantren lain dengan menghafal di asrama Sulaimaniyah?

Jawaban : Perbedaannya itu kalau memakai sistem Turki Utsmani itu lebih baik, karena disitu kita menghafal sekaligus mengulang juga. Sedangkan di tempat yang dulu menghafal, mengulang hafalan itu nanti saat sudah selesai 30 juz, jadi hanya nambah-nambah hafalan saja dan kurang mementingkan pengulangan dan lebih efektif menghafal menggunakan sistem Turki Utsmani.

8. Apa kekurangan dan kelebihan dari metode ini?

Jawaban : Metode ini kelebihannya lebih cepat dan insya Allah lebih lancar. Sedangkan kekurangannya itu tergantung diri sendiri. tapi dari diri pribadi belum menemukan kekurangannya.

HARI/TANGGAL : Jum’at/ 20 Juli 2018

NAMA : Safa Nada Nafisah

JABATAN : Santri Putri Asrama Cipayung 1. Sudah berapa lama mondok di asrama Sulaimaniyah?

Jawaban : 1 tahun

2. Bagaimana cara menghafal dengan metode ini?

Jawaban : Untuk halaman baru satu menghafal satu halaman, daari satu halaman itu ada 15 baris, itu di bagi 3 bagian, pertama mengahfal 5 baris pertama, berkali-kali di baca, biasanya di baca sampai 5 kali. Kalau sudah hafal 5 baris pertama, lanjut ke 5 baris kedua, dihafal lagi sampai lancar, kemudian lanjut ke baris ketiga dihafal lagi sampai lancar. Jika sudah dapat 15 baris, maka sudah dapat 1 halaman baru. Ini disebut putaran 1 juz 1. Selanjutnya ke putaran kedua yaitu halaman kedua dari belakang yaitu halaman ke-19 dan begitu seterusnya.

3. Kelebihan dan kekurangan menghafal dengan menggunakan metode Turki ustmani?

Jawaban : Santri tidak cepat bosan karena metodenya dengan sistem putaran, terus dengan metode ini santri lebih bersemangat dalam menghafal. Sedangkan kekurangannya tidak ada.

4. Apa perbedaan menghafal dengan metode turki ustmani dan metode yang lainnya?

Jawaban : Kalau dipondok dulu menghafal itu tidak digabungkan antara halaman baru dan halaman yang untk muraja’ah.

Sedangkan disini menghafalnya di gabung antara

fokus yang tinggi karena setiap hari bertemu dengan juz beda, jadi otomatis pembahasan dalam ayat beda, itu agak sulit menurut saya.

5. Apa kelebihan dan kekurangan dalam menghafal menggunakan metode ini?

Jawaban : Kelebihannya yaitu jadi lebih cepat dan hafalannya lebih kepegang. sedangkan kekurangannya butuh pemahaman yang lebih tinggi untuk bisa menyusun setiap juznya.

apalagi akalu sudah selesai 20 putaran.

6. Evaluasi apa yang digunakan dalam menghafal dengan metode ini?

Jawaban : Di putaran 5 dan 10 itu santri wajib mengulang hafalannya sebelum lanjut keputaran selanjunya. itu dinamakan tekrar.

dan di putaran 16 itu di tes dengan menyambung ayat, Tanya tajwid dan putaran.

Nadiatul ‘Ula Rantau adalah nama penulis skripsi ini. Penulis lahir di Jakarta 07 Maret 1994. Penulis merupakan anak dari Bapak A. Musthalih Badawi dan Ibu Azizah Jailani. Ia anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis menempuh jenjang pendidikan mulai dari MI. Al-Falah (2000-2006), MTs.

Negeri 21 Jakarta ( 2006-2008), Ponpes SMA-T Al-Ma’shum Mardiyah (2009-2011). Setelah lulus SMA penulis tidak langsung berkuliah di IIQ namun melanjutkan pendidikan di Pesantren khusus Tahfidz di Pondok Pesantren Sulaimaniyah (UICCI) Jakarta.

Kemudian penulis melanjutkan masa perkuliahan di Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta (2014-2018).

Saat sekolah di Tsanawiah penulis aktif mengukuti kegiatan Palang Merah Remaja (PMR) dan saat di SMA aktif mengikuti lomba MHQ tingkat pesantren dan lomba pidato Bahasa Arab.

Pengalaman keorganisasian penulis dimulai dari masa Kepengurusan OSIS/OSIMA SMA-T Al-Ma’shum Mardiyah , penulis terpilih sebagai koordinator bagian Bahasa dan kandidat ketua OSIS. Penulis pernah mengajar di Yayasan Bekas Beramal. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.

xii

Lampiran 1: Lembar Wawancara dan Jawaban Wawancara Lampiran 2: Dokumentasi Asrama

Lampiran 3: Biografi Penulis

89

Abdulwaly, Cece, Mitos-mitos Metode Menghafal Al-Qur’an, Yogyakarta:

Laksana, 2017

Abdulwaly, Cece, Sabar dan Istiqamah Bekal Para Penghafal Al-Qur’an, Yogyakarta: Laksana, 2017

Ahmad Abdullah Muhammad, Metode Cepat dan Efektif Menghafal Al- Qur’an, Jogjakarta: Garilmu, 2009

Abu „Abdillah Muhammad Ibn Isma‟il Al-Bukhari, Matn Al-Bukhari, Jilid VI, Dar Al-Thuq Al-Najah, Bab Istidzkar Al-Qur‟an wa Ta‟ahuduhi Abu Al-Fadh „Abdurrahman bin Ahmad Al-Razi, Fadhail Al-Qur’an wa

Tilawatihi, Jilid I tt.p.: t.p, Bab Fii Annahu Sabab thariqah baidillah Azza Wajalla

Abu Al-Fida Isma‟il Ibn „Umar Ibn Katsir, Fadhail Al-Qur’an, Jilid I Maktabah Ibn Taimiyah, Bab Al-Jaami‟ Al-Ahadits Syatta Tata‟allaq bi Tilawah

Abu Al-Hasan Muslim Ibn Al-Hajjaj Al-Naisaburi, Matn Shahih Muslim, Jilid I, Beirut: Dar Ihya Al-Turats Al-„Arabi, Bab Fadhlu Man Yaquumu bi Al-Qur‟an wa bi „ilmihi.

Al-Qattan, Manna‟ Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Jakarta, PT. Litera AntarNusa, 2006

Anshori, Ulumul Qur’an, Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2013

Basri, Hasan, Penuntun Penyusuan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi Bidang Ilmu Agama Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1990 Dwilestari, Ninin, Penelitian Kualitatif: Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta:

PT. Rajagrafindo Persada, 2012

Fithriani Gade, “Implementasi Metode Takrar Dalam Pembelajaran Menghafal Al-Qur‟an”, dalam Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, VOL. XIV NO. 2 Februari 2014, h. 421-422

Herwibowo, Bobby, Teknik Quantum Rasulullah, Jakarta: PT. Mizan Publika, 2014

Husain, Hayat Ali, Ilmu Tajwid, tt.p.: t.p. 1997

Ibnu Hizam dan Baihaqi dkk, Evaluasi Pembelajaran, Jakarta: PT. Grafindo, 2008

Idrus, Muhammad, Metode Penelitian Ilmu Sosial, Jakarta: Erlangga, 2009 Lincoln, Suratno Arsyad, Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis,

Yogyakarta: UPP AMPYKPN, 1995

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 1990 Makhyaruddin, Deden M, Rahasia Nikmat Menghafal Al-Qur’an, Jakarta:

PT. Mizan Republika, 2013

Muhammad, Ahsin Sakho, Kiat-kiat Menghafal Al-Qur’an, Jawa Barat:

Badan Koordinasi TKQ-TPQ-TQA

Muhammad, Ahsin Sakho, Menghafal Al-Qur’an, Jakarta: PT. Qaf Media Kreativa, 2017

Muhammad, Ahsin Sakho, Oase Al-Qur’an, Jakarta: Qaf Media Kreativa, 2017

Muhammad Ibn „Isa Al-Tirmidzi, Sunan Al-Tirmidzi, Jilid III, (Mesir:

Syirkah Maktabah wa Mathba‟ah Musthafa), Bab Maa Ja‟a Fi Al- Tabkir Al-Tijarah, h..509

Muslim Ibn Al-Hajjaj Abu Al-Hasan Al-Qasyiri An-Naisaburi, Musnad Al- Shahih Al-Mukhtashar bi Naql „An Adl, Jilid I Beirut: Ihya Al-Turats Al-„Arabi, Bab Fadl Mahir Fii Qur‟an

Nashr, Muhammad Musa, Wasiat Rasul kepada Pembaca dan Penghafal Al- Qur’an, Sukoharjo, Al-Qowam, 2014

Abu Daud Sulaiman ibn „Asyats Ibn Ishak Ibn Basyir, Sunan Abu Dawud, Jilid 2 Beirut: Maktabah Al -„ishriyyah, Bab Fii Tsawab Qira‟atul Qur‟an

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2015

Rauf, Abdul. dan Abdul Aziz, Kiat Sukses menjadi Hafidz Qur’an Da’iyah, Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2004

Rosihan, Anwar, Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 2004

Sa‟dulloh, 9 Cara Praktis Menghafal AlQur’an, Sumedang: Gema Insani, 2005

Sugiarto, Eko, Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif Skripsi dan Tesis, Yogyakarta: Suaka Media, 2015

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung:

Alfabeta, 2010

Sujarweni, Wiratna, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: PT. Pustaka Baru, 2014

Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2007

Thonthowi, Ahmad, Psikologi Pendidikan, Bandung: ANGKASA, 1993 Ubaid, Majdi, 9 langkah Mudah Menghafal Al-Qur’an, Solo: AQWAM,

2015

Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 1999, cet-Kedua

W. Al-Hafidz Ahsin, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Jakarta: PT.

Bumi Aksara, 2005

Wawancara dengan Santri Putri Asrama Sulaimaniyah Putri Cipayung Jakarta, Ahla, Jakarta, 18 Juli 2018

Wawancara dengan Guru Tahfidz Asrama Sulaimaniyah Putri Cipayung Jakarta, Lala Alawiyah, Jakarta, 18 Juli 2018

Wawancara dengan Ketua Bag. Putri Asrama Sulaimaniyah Putri Cipayung Jakarta, Lilik Malika Rahma, Jakarta, 31 Juli 2018

Wawancara dengan Santri Putri Asrama Sulaimaniyah Putri Cipayung Jakarta, Mardiah, Jakarta, 20 Juli 2018

Wawancara dengan Santri Putri Asrama Sulaimaniyah Putri Cipayung Jakarta, Rabiah, Jakarta, 20 Juli 2018

Wawancara dengan Santri Putri Asrama Sulaimaniyah Putri Cipayung Jakarta, Risyda, Jakarta, 20 Juli 2018

Wawancara dengan Santri Putri Asrama Sulaimaniyah Putri Cipayung Jakarta, Safa, Jakarta, 20 Juli 2018

Dokumen terkait