• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENUTUP

B. Saran

1. Kepada Santri: untuk para santri di pondok pesantren Nurul Madinah agar tetap semangat belajar dalam memperdalam ilmu agama dan ilmu umum lianya serta terus mampu mempertahnkan sikap toleransi antar umat beragama yang telah di ajrakan oleh TGH Muhammad Subki Sasaki selaku pimpinan pondok pesantren Nurul Madinah Desa Kuripan Utara.

2. Kepada Ustaz: kepada para guru mapun ustaz di pondok pesnatren Nurul Madinah agar tetap selalu pada cita-cita pendidikan untuk mrncerdaskan para santri sehingga mampu menjadi penerus bangsa dengan dimbangi pengetahuan Agama dan ilmu umum sebagai modal menmpuh perekembangan zaman.

3. Kepada Masyarakat: masyarakat di dekat pondok pesnatren Nurul Madinah diharapkan agar tetap selalu menjaga sikap terbuka dan mudah berbaur dengan masyarakat yang non muslim dengan mengedepankan sikap toleransi antar umat beragama sebagai modal merawat kerukunan umat beragama di tenngah masyarakat.

4. Kepada peneliti selanjutnya: Penelitian ini berfokus kepada studi tentang Moderasi Beragama Perspektif TGH Muhammad Subki Sasaki Di Pondok Pesantren Nurul Madinah Desa Kuripan Utara Kecamatan Kuripan. Dalam penelitian ini masih banyak lagi bentuk parkatik moderat dalam Bergama yang peneliti belum bahas dari seorang TGH Muhammad Subki Sasaki, peneliti berharap agar kajian tentang tokoh TGH Muhammad Subki Sasaki akan bisa dilanjutkan oleh peneliti lainya.

83

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahid, Pluralisme Agama: Paradigma Dialog Untuk Mediasi Konflik Dan Dakwah, Mataram: LPPIM IAIN Mataram, 2016.

Abdul Muis, Kerukunan Umat Beragama Dalam Bingkai NKRI, Jember:

UIJ Kyai Mojo, Jember, 2020.

Adeng Muchtar Ghazali, Toleransi Beragama dan Kerukunan Dalam Perspektif Islam, Jurnal Agama dan Lintas Budaya, Volume.1, Nomer. 1, September, 2016.

Anis Afidah, “Etika Dialog Dalam Al-Qur’an (Studi Analisis Term Al- Hiwar, Al-Jidal dan Al-Hijaj)”, Skripsi Universitas Islam Negri Walisongo Semarang, Semarang, 2016.

A Muri Yusuf, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif & Penelitian Gabungan Edisi Pertama, Jakarta: Kencana, Jakarta, 2014

Agoes Rudianto, “Islam Radikal dan Moderat di Indonesia Dalam Esai Esai Foto Jurnalistik Majalah Nasional Geograpic Indonesia”, Skripi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebalas Maret Surakarta, Surakarta, 2011.

Aceng Abdul Aziz, Implemntasi Moderasi Beragama Dalam Pendidikan Islam, Jakarta: Kelompok Kerja Impelemntasi Moderasi Beragama Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian RI, Jakarta, 2019.

Ahmad Yani, Tesis: “Pemikiran TGH Muhammad Subki Sasaki Tentang Pendidikan Liberal (Stud Tokoh Subki Sasaki Tentang Pendidikan Kebangsaan, Keagamaan Dan Kebudayaan)”, Malang: Universitas Negri Malang, Malang, 2017.

Bagong Sunyoto, Sutinah, Metode Penelitian Ilmu Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan Cetakan ke III, Jakarta: Pernada Media Group, Jakarta 2005.

Benny Susetyo, Politik Agama dan Kekuasaan, Malang: Averroes Press, Malang, 2007

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Putra Grafika, 2007.

Dwi Anita Devi, Toleransi Beragama, Semarang: Jawa Tengah Alprin, Semarang, 2006.

84

Enzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, Jakarta: Raja Garfindo Persada, Jakarta, 2010.

Fauziah Nuruddin, Moderasi Beragama Menurut Al-Qur’an dan Hadits, Volume. 18, Nomer. 1, Januari, 2021.

George Ritzer Douglas J. Godman, Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perekembangan Mukhtahir Teori Sosial Postmoderen, New York, 2004.

Gunawan, Sosiologi Agama: Memahami Teori dan Pendekatan, Banda Aceh: Ar-raniry Press, Bnada Aceh, 2019.

Hans Kung, Christiantity And The World Religions: Pahths Of Dialogue With Islam, Hinduism, Graman: Company Inc, 1985.

Hernawati dkk, “Toleransi Antar Umat Beragama di Kota Bandung”, Jurnal Universitas Padjajaran, Volume. 1, Nomer. 2, Desember, 2016.

I.B Wirewan. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma, Jakrta: Kencana, Jakarta, 2012.

Irvan Kurniawan, “Perilaku Keagamaan Mayarakat Di Desa Sukoraharjo Kecamatan Buay Madang Timur Kabuapaten Oku Timur”, Lampung: Skripsi FUSA UIN Raden Intan Lampung, Lampung, 2019.

Khaerun Nisa, “Perspektif Tokoh Masyarakat Tentang Pendidikan Moderasi Beragama Di Kota Parepare Sulawesi Selatan”, Google Scholar: Jurnal Educandum, Volume. 7, Nomer. 1, Agustus, 2021.

Khaled Abou El Fadl, Selamatkan Islam Dari Muslim Puritan, Jakarta:

Serambi, Jakarta, 2006.

M.Quraish Sihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan dan Kesan Keseharian Al- Qur’an, Tangerang: Lentera Hati, Tangerang, 2005.

M. Quraish Sihab, Wasathiyyah Wawasan Islam Tentang Moderasi Beragama, Tangerang Selatan: Lentera Hati, Tangerang Selatan, 2020.

Mutawali, “Modrate Islam In Lombok The Dialectic Between Islam and Local Culture”, Google Scholar: Journal Of Indonesian Islam, Volume. 10, Nomer. 2, Desember, 2016.

85

Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, Yogyakarta: Erlangga, Yogyakarta, 2009.

Mamluatun Nafisah, “Moderasi Beragama Perspektif Hasbi As-Siddieqy, Hamka, dan Quraish Sihab: Kajian Atas Tafsir An-Nur, Al-Azhar, dan Al-Mishbah”, Google Scholar: Jurnal Suhuf, Volume. 13, Nomer. 1, Juni, 2020

Oman Fathurrahman dkk, Moderasi Beragama, Jakarta Pusat: Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI Gedung Kementrian Agama, Jakarta, 2019.

Sindung Hariyanto, Sosiologi Agama Dari Klasik Hingga Postmodern, Yogyakarta: Arruzz Media, Yogyakarta, 2015.

Rosady Ruslan, Metode Penelitian: Public Ralation dan Komunikasi, Jakarta: Raja Garfrindo Persada, Jakarta, 2003

Solehuddin, Damai Beragama Damai Bernegara, Jakarta: CV. Mutiara Barokah Multigrafika, Jakarta, 2018.

Soekanto, Teori Peranan, Jakarta: Bumi Aksara, 2002.

Sumarto dan Emmi Kholilah Harahap, “Membangung Moderasi Pendidikan Islam Melalui Peran Pengelolaan Pondok Pesantren, RI, AYAH”, Volume. 4, Nomer. 1, Januari-Juni, 2019.

Sri Wahyu Ningsih, Metode Penelitian Studi Kasus (Konsep, Teori Pendekatan Pisikologi Komunikasi, dan Contoh Penelitianya), Universitas Turnojoyo Madura: UTM Press, Madura, 2013.

Sunyoto Usman, Sosiologi Sejarah, Teori Parson Tentang Pentingya Pendidikan Kultural, Jurnal Ijtimaiyah Adab dan Ilmu Budaya IAIN Raden Fatah, Volume. 7, Nomer. 1, Februari, 2014.

Syarif Ahmad, Menguatkan Toleransi Antar Agama di Pedesaan, Temanggug Jawa Tengah: Desa Pustaka Indonesia, Jawa Tengah, 2019.

Umar Hasyim, Mencari Ulama Pewaris Nabi, Surabya: Bina Ilmu, Surabaya, 1988.

Taqrib A-Madhaib-Qaradawi’s Declaration Of Principles Regarding SunniShi’IEcumenismPublishedonline,https://www.qaradawi.net/site/to pics/static.asp?cuno=2&ing=0&templateid=11&temp type=42. Diakses Pada Tanggal 2 Januari 2022, Pukul 19.19.

86

Wirawan, Teori-Teori Sosial Dalam Paradigma Fakta Sosial, Definisi Sosial dan Perilaku Sosial, Jakarta: Pernada Media Group, Jakarta, 2012.

87 LAMPIRAN

Lampiran 1.1. Biodata Informan

Informan Utama

Nama Usia Jabatan Aalamat TGH Muhammad Subki

Sasaki

46

Pimpina Pondok Pesantren Nurul Madinah dan Ketua FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama)

Dusun Pelulan

Informan Pendukung Muhammad Laduni

34 Kepala Sekolah SMK Nurul Madinah

Kediri Lombok Barat

Goida Hurun’in 16 Santri Plulan

Senah

25

Ustazah di Pondok Pesantren Nurul

Madinah Plulan

Nur Tia Sumia Ningsih 16 Santri Ketare

Lampiran 1.2. Paparan Hasil Wawancara

Informan Utama Hsil Wawancara Coording

Nama: TGH Muhammad Subki Sasaki (Informan Utama)

Umur: 46

Alamat: Dusun Pelulan

P: Mohon maaf sebelumnya buya saya ingin bertanya terkait bagiamana pandangan buya tentang moderasi beragama itu sendiri?

J: Jadi pada dasarnya moderasi beragama yang ideal dalam perspektif saya tidak lepas dari tiga pilar penopang terwujudnya moderasi yang disebut dengan rukun moderasi. Rukun

TGH Muhammad Subki Sasaki memilki tiga pilar moderasi beragama dalam pandanganya yakni

pemahaman agama,

kebangsaan dan

88

moderasi beragama harus diimabangi dengan pemhaman agama, pemahaman kebangsaan, dan pemahaman kebudayaan.

Jadi moderasi bergama harus di topang dengan pemahaman ketiga rukun moderasi tersebut, bukan hanya moderasi beragama saja.

P: Bagiamna cara buya dalam merawat hubungan baik dengan pemeluk agama lain?

J: saya melakukan dialog antar agama dalam rangka untuk bisa saling memahami dengan agama lain, dialog agama saya lakukan bukan hanya dengan satu agama, akan tetapi dengan agama- agama lain di Kabupaten Lombok Barat.

P: Siapa saja yang di libatkan dalam rangka untuk

meyelesaikan konflik agama dengan cara dialog antar agama?

J: dalam upaya penyelesaian konflik antar agama saya melibatkan para pihak terkait mulai dari camat, kepala desa, tokoh agama, dan kedua belah pihak yang berkonflik. Para pihak yang terakait saya datangi untuk berdialog dalam rangka mempertemukan persepsi- persepsi dengan pendekatan emosional, pndekatan personal, pendekatan perantara,

pendekatan budaya, pendekatan politik, pendekatan ekonomi dan pendekatan budaya.

P: Bagaiamna cara buya

mengajrakan nilai-nilai toleransi antar agama itu kepada santri di pondok?

kebudayaan.

89

J: Saya sesekali mengajak para santri di untuk mengunjungi umat agama lain, saya pernah juga mengajak santri untuk menjenguk umat Hindu yang sakit, kebetuluan dia juga sering membantu dalam kegitan proses pembanguan pondok

Mooming: Moderasi beragama perspektif TGH Muhammad Subki Sasaki di topang oleh tiga pilar yakni, pemhaman Agama, pemhaman kebangsaan dan pemahaman kebudayaan. Tiga pilar tersebut merupakan kunci dari sikap moderat yang dilakukan oleh TGH Muhammad Subki Sasaki yang mencerminkan sikap moderat dalam beragama yang beliau lakukan di tengah masyarakat yang beragam suku, budaya, etnis maupun agamanya. TGH Muhammad Subki Sasaki melihat keragaman yang ada merupakan sebuah realita yang dikehndaki Tuhan (Sunnatullah).

Informan Pendukung

Nama: Muhammad Laduni

Umur: 34

Alamat: Kediri Lombok Barat

P: Asalamualikum wr wb Pak.

Pak tinag dari kampus Universitas Islam Negri Mataram, mau mengadakan penelitian tentang moderasi beragama perspektif TGH Muhammad Subki Sasaki. Boleh tiang wawancara bapak

sebentar?

J: Waalaikumusalam wr wb.

Ooo, adek dari UIN. Silahkan dek boleh menayakan terakit judul skripsinya.

P: bagaiman TGH Muhammad Subki Sasaki menanamkan nilai- niali moderasi beragama di pondok Pesantren Nurul Madinah?

J: Jadi buya TGH Muhammad Subki Sasaki itu, Karena saya banyak di sekolah makanya saya akan berkomenatar tentang visi misi beliu terkait tentang

Berdirinya pondok berdasar pada tiga pilar seperti

pemahaman agama, pemahaman kebngsaan dan pemahaman kebudayaan dan tiga pilar itu ke guru dengan bentuk tindakan seperti kunjugan ketempat ibadah dan lebih

mengenal lebih dekat orang yang memilki latar belakang yang beragam.

90

pembangunan pondok itu mau di bawa kemana kedepanya, salah satu juga yang perlu di garis bawahi, pondok pesantren hampir rata-rata pondok

pesantren kalok hari libur islam baru libur, tapi kalok di luar perayaan hari besar islam pondok pesantren itu tidak meliburkan kegitan KBM (kegiatan belajar mengajar), akan tetapi kita di pondok walaupun bukan hari raya atau hari besar islam, tapi hari besar perayaan agama lain juga kita ikut libur di sekolah, dan juga di pondok kada SMK Nurul

Madinah melalui beliau sebagai pimpian, bahawa disini tidak hanya yang islam saja yang boleh masuk untuk sekolah di pondok itu, kalok ada oarang budha yang ingin masuk

silahkan, kegiatan-kegiatan kita di sekolah juga itu di ramu sedemikan ruapa supaya mencerminkan tigal pilar yang mendasri pondok yakin pilar keagamaan, pilar kebangsaan dan pilar kebudayaan.

P: Berarti buya berusaha untuk mengimplemntasikan nilai-nilai moderasi beragama itu melalui tiga pilar yang melandasi berdirinya pondok pesantren Nurul Madinah ya pak?

J: iya, jadi kegiatan-kegiatan kita di sekolah juga itu di ramu sedemikan ruapa supaya mencerminkan tigal pilar yang mendasri pondok yakin pilar keagamaan, pilar kebangsaan dan pilar kebudayaan nah itulah pilar yang beliu gariskan oleh beliu, dan temen-temen guru

91

harus menrejemahkan tindakan seperti kunjugan ketempat ibadah dan lebih mengenal lebih dekat orang karena banyak sekarang orang yang belajar agama orang tidak dari

oarangnya langsung minsalkan kita yang muslim mau belajar tentang Kristen tetapi belajar dari orang yang muslim dan itu jadinya salah faham jadi kita harus belajar dari sumbernya atau orang Kristen itu sendiri.

Mooming: Para guru juga harus menrejemahkan tiga pilar modersai beragama dalam tindakan seperti kunjugan ketempat ibadah dan lebih mengenal lebih dekat orang karena banyak sekarang orang yang belajar agama orang tidak dari oarangnya langsung minsalkan kita yang muslim mau belajar tentang Kristen tetapi belajar dari orang yang muslim dan itu jadinya salah faham jadi kita harus belajar dari sumbernya atau orang kristen itu sendiri.

Nama: Goida Hurun’in Umur: 16

Alamat: Plulan

P: Siapa namanya dek?

J: Goida Hurun’in kak P: Apa saja kegiatan adek di pondok?

J: jadi kegiatan kami di pondok di isi dengan kegiatan ngaji dan kegiatan belajar mengajar di kelas.

P: Bagaiamana adek melihat toleransi yang buya lakukan di lingkungan pondok?

J: Jadi beliu itu kan ketua di FKUB (forum kerukuan umat beragama) jadi toleransi beliau itu tinggi dan juga beliu sering mengunjugi temapat ibadah yang non muslim, pernah juga santri di ajak ke tempat ibadah yang non muslim, sering juga orang non muslim di ajak kepondok untuk diskusi bagaiman cara merawat

Sikap terbuka buya terhadap orang yang berbeda agama dengan

melakukan dialog antar agama.

92

kerukunan antar umat beragama.

Mooming: Buya TGH Muhammad Subki Sasaki berinetraksi dan saling berdiskusi dengan tujuan untuk saling mengenal lebih dekat agar mudah untuk saling memahami antara para guru Pondok Pesantren Nurul madinah dengan masyarakat yang non muslim.

Nama: Senah Umur: 25 Alamat: Plulan

P: Siapa namanya mbak?

J: Seanah

P: Side udah lama ngabdi di pondok?

J: Belum terlalu lama, sya sebelumnya merupakan alumni di pondok pesantren Nurul Madinah ini

P: Berarti mbak lumayan banyak tau tentang bagaimana proses perekembangan pondok dari dulu samapai sekarang?

J: Jadi dari dulu kita di pondok sudah bisa berdampingan dan menjalin hubungan yang baik dengan pemeluk agama hindu di dekat pondok

P: Apa saja bentuk adapatasi yang TGH Muhammad Subki Sasaki lakukan untuk menjaga hubungan baik deangan pemeluk agama hindu yang berdeakatan di wilayah pondok?

J: Dari yang saya tau disini dulu, kebetulan saya juga alumni di sini, ketika ada acara adat dan ketika ada umat Agama Hindu yang meninggal, buya TGH Muhammad Subki Sasaki pergi, kalok ada acara kawinan juga beliau hadir, kaarena ketika ada di berikan hindangan makanan ada khusus untuk yang islam, dan ketika acara juga bealiu memberikan nasihat-nasihat dan juga buya sangat terbuka di

Buya senantisa menghargai saudar-saudar yang berbeda agama dan tetap menjalin

hubungan baik.

93

pondok untuk kunjugan temen- temen yang non muslim dalam rangka berdiskusi terkait permasalahan keagamaan P: Bagaiamna bentuk sikap terbuka buya terhadap non muslim yang side tau?

J: Jadi buya di pondok juga sering menerima kunjugan dari teman-temanya yang non muslim untuk sekedar

bersilaturahmi dan berdiskusi dengan buya.

Mooming: Keterbukaan TGH Muahmmad Subki Sasaki dalam melakukan interaksi antar pemluk agama yang non muslim samgat terbuka. Keterbukaan TGH Muhammad Subki Sasaki dalam berinteraksi merupakan wujud sikap moderat dalam beragama yang berusaha beliu tunjukan dalam kehidupan sehari-harinya di pondok maupun di masyarakat luas.

Nama: Nur Tia Sumia Ningsih

Umur: 16 Alamat: Ketare

P: Siapa namanya dek?

J: Nur Tia Sumia Ningsih P: Side dari mana?

J: Ketare kak

P: Apa saja kegiatanya di pondok dek?

J: Ngaji, menghafal Al-Qur’an sama ada kegiatan belajar mengajar di ruang kelas kak P: Bagaiamna adek melihat sebagai santri yang tetap berinteraksi di pondok sikap toleransi buya dengan pemeluk agama lain selama ini?

J: Toleransi buya itu tinggi sekali, pada suatu ketika saat umat Hindu sedang mealakukan perayaan hari raya nyepi, kebetulan pondok kita dekat dengan pemukiman umat agama Hindu sehingga pada saat perayaan nyepi di pondok buya

Toleransi buya bukan hanya sekedar pada ucapan, melainkan dibarengi

dengan tindakan nyata di tengah masyarakat.

94

menyarankan untuk tidak menggunakn speker luar ketika pengajian, azan, baca Al-Qur’an dan lain sebagainya, terus juga waktu itu di pondok juga belum terpasang listrik sehingga ada orang yang agama Hindu datang untuk pasang listrik ke pondok, terus orang Hindu ini pernah sakit stroke dan kita semua santri di pondok di ajak oleh buya untuk menjenguk orang Hindu yang sakit itu dan juga banyak temen-temen buya yang beda Agama berkunjung ke pondok

P: Apa juga kegiatan yang buya lakukan untuk bisa menjaga keharmonisan antar umat agama yang adek tau?

J: Jadi dulu kita para santri pernah di ajak kerumah orang yang beragama Hindu oleh buya untuk menjeguknya karena oarang Hindu itu sedang sakit, orang Hindu itu sudah banyak membantu di pondok.

Mooming: Sikap toleran yang di tunjukan pada santri yang di lakukan oleh TGH Muhammad Subki Ssaki kepada suadara-saudara yang non muslim, merupakan sebuah upaya penanaman rasa toleransi pada santri terhadap masayarakat non muslim di dekat lingkunagan pondok merupakan bukti nyata kontribusi TGH Muhammad subki dalam menerapkan sikap moderat dalam beragama dengan mengedepankn toleransi kepada masyarakat yang non musslim.

95

Lampiran 1.3 Dokumentasi Penelitian

Gambar 1.1 (Kegiatan Tadarus Moderasi Untuk Penyuluh Agama Hindu Oleh TGH Muhammad Subki Sasaki)

Gambar 1.2 (Wawacara Peneliti Bersama Pemateri Tadarus Moderasi Untuk Penyuluh Agama Hindu)

96

Gambar 1.3 (Kegiatan Dialog Antar Agama Yang Dilakukan TGH Muhammad Subki Sasaki di Pura Suranadi 26 April 2022)

Gambar 1. 4 (Wawncara Peneliti Tentang Moderasi Beragama bersama TGH Muhammad Subki Sasaki)

Gambar 1.5 (Wawncara Peneliti Deangan Santri Atas Nama Goida Hurun’in Usia 16 Tahun)

97

Gambar 1.6 (Wawwancara Peneliti Dengan Guru Bernama Senah Usia 25 Tahun)

Gambar 1.7 (Wawancara Peneliti Deangan Kepala Sekolah SMK Nurul Madinah Dengan Usia 34 Tahun)

Gambar 1.8 (Tadarus Moderasi Untuk Penyuluh Agama Hindu Yang Di Hadiri Oleh Kepala Kantor Kmentrian Agama Provinsi NTB)

100

101

102

Dokumen terkait