i
MODERASI BERAGAMA PERSPEKTIF TGH MUHAMMAD SUBKI SASAKI STUDI DI PONDOK PESANTREN NURUL MADINAH DESA
KURIPAN UTARA KABUPATEN LOMBOK BARAT
Oleh:
Fikri Khairul Anam NIM. 180.602.046
JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2022
ii
MODERASI BERAGAMA PERSPEKTIF TGH MUHAMMAD SUBKI SASAKI STUDI DI PONDOK PESANTREN NURUL MADINAH DESA
KURIPAN UTARA KABUPATEN LOMBOK BARAT Skripsi
Diajukan kepada Universitas Islam Negri Mataram Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Fikri Khairul Anam NIM. 180.602.046
JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2022
iii
iv
vi
vii MOTTO
َّنِا ۚ اْو ُ
فَراَعَتِل َلِٕى اَب ۤ ق َّو اًب ْوُع ُش ْم ُكٰن َ لَع َج َو ىٰثْن ْ ُ
ا َّو ٍر َكَذ ْنِ م ْمُكٰنْقَلَخ اَّنِا ُساَّنلا اَهُّيَآٰٰي َدْنِع ْم ُكَمَرْكَا
ِ ٰللّا ٌرْيِب َخ ٌمْيِلَع َ ٰللّا َّنِاۗ ْمُكىٰقْتَا
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah
Maha Mengetahui, Mahateliti”
(QS. Al-Hujurat : Ayat 13)1
1 QS al-Hujurat [49] : 9.
viii
PERSEBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Ibu saya tercinta (Ibu Sumartini) yang selalu mendo’akan, memberikan support untuk terus berjuang menuntut ilmu dan mendidik putra dan putrinya dengan ikhlas.
2. Bapak saya tercinta (Bapak Aridi) yang sealalu mendo’akan, memberikan support untuk berjuang terus dalam menuntut ilmu dan mendidik anka- anaknya dengan rasa ikhlas.
3. Adik saya tersayang (Fathul Madani) yang selalau meberikan support selama proses penyelesaian skripsi.
4. Adik perempuan tersayang (Jannatin Azani) yang selalu memberikan semangat dengan menghadirkan senyum di setiap proses penyusunan skripsi ini.
5. Shabat-sahabat seperjuangan kelas B Sosiologi Agama, FUSA, UIN Mataram.
6. Almamater dan kampus UIN Mataram
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji beserta syukur atas kehadiran Allah SWT.
Tuhan Yang Maha Esa. Sholawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada jujungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Yang telah mebawah kita dari alam kegelapan sampai kepada alam yang terang benderang seprti skerang ini.
Penulis menyadari bahwa proses menyelsaikan skripsi tidak akan sukses tanpa adanya bimbingaan, bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimaksih yang sebsear-besarnya kepada semu pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Penulis juga mengucapkan terimaksih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Lukman Hakim, M.Pd, selaku pembimbing I dan ibu Zuhrufatul Jannah, M.Ag, selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan, bimbingan dan saran sealama penyusunan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik;
2. Ketua Jurusan Sosiologi Agama bapak Dr. Nuruddin, S.Ag, M.Si dan Sekertaris Jurusan Sosiologi Agama bapak Suparman Jayadi M.Sos
3. Bapak Dr. H. Lukman Hakim, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
4. Prof. Dr. H. Masnun Tahir, M.Ag selaku Rektor UIN Mataram yang telah banyak membina dan membimbing selama peneliti melaksanakan studi di UIN mataram.
x
Dalam penulisan skripsi ini disadari masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan, isi, Bahasa dan kalimat sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca, serta tercatat sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT.
Amiin Ya Robbal’alamin.
Mataram, 2022 Peneliti
Fikri Khairul Anam 180601046
xi DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL………i
HALAMAN JUDUL………..ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING………...………iii
NOTA DINAS PEMBIMBING………iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI………...…….…v
HALAMAN MOTTO……….…..vi
HALAMAN PERSEMBAHAN………...…….…. vii
KATA PENGANTAR………..……viii
DAFTAR ISI………..……...x
DAFTAR TABEL………xiii
ABSTRAK………..…….xiv
BAB I PENDAHULUAN……….………..1
A. Latar Belakang………....1
B. Rumusan Masalah………..………….5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….………..5
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian………....7
E. Telaah Pustaka………8
F. Kerangaka Teori………...….10
G. Metode Penelitian………....….20
xii
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian……….21
2. Jenis dan Sumber Penelitian………...…22
3. Teknik Pengumpulan Data……….…23
4. Teknik Analisis Data……….…….28
5. Pengecekan Keabsahan Data……….………….30
6. Sekema Alur Penelitian………..33
H. Sistematika Pembahasan………...…33
BAB II PAPARAN DAN TEMUAN DATA………35
A. Pofil TGH Muhammad Subki Sasaki Pendiri Pondok Pesantren Nurul Madinah………..……….…35
B. Moderasi Beragama Perspektif TGH Muhammad Subki Sasaki………...44
C. Kontribusi TGH Muhammad Subki Sasaki Dalam Moderasi Beragama Sebagai Relevansi Keragaman Agama di Kabupaten Lombok Barat…....51
BAB III PEMBAHASAN………60
A. Analisi Moderasi Beragama Perspektif TGH Muhammad Subki Sasaki………....60
B. Aanalisis Kontribusi TGH Muhammad Subki Sasaki Dalam Moderasi Beragama Sebagi Relevansi Keragaman Agama di Kabupaten Lombok Barat………....67
BAB IV PENUTUP……….……….81
A. Kesimpulan………...………81
B. Saran………..82
xiii
DAFTAR PUSTAKA………..…………..83
LAMPIRAN………..87
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Tabel penelitian terdahulu Tabel 1.2. Unsur Informan Penelitian
Tabel 1.3. Karya Buku TGH Muhammad Subki Sasaki Tabel 1.4. Daftar Temuan Lapangan
Tabel 1.5. Biodata Informan
Tabel 1.6. Paparan Hasil Wawancara
xv
MODERASI BERAGAMA PERSPEKTIF TGH MUAHAMMAD SUBKI SASAKI STUDI DI PONDOK PESANTREN NURUL MADINAH DESA
KURIPAN UTARA KABUPATEN LOMBOK BARAT
Oleh:
FIKRI KHAIRUL ANAM NIM: 180.602.046
ABSTRAK
Penelitian ini di latar belakangi pada ketertarikan peneliti dalam melihat konsep moderat dalam praktek toleransi antar umat Bergama yang di lakukan oleh TGH Muhammad Subki Sasaki sebagai wujud dalam konsep Moderasi Beragama yang beliau lakukan dengan berdasar pada pemahaman Agama, pemahaman kebangsaan dan pemahaman kebudayaan sebagai pilar penopang untuk mewujudkan sikap moderat dalam parketk Bergama yang dilakukan oleh TGH Muhammad Subki Sasaki dalam kehidupan sosial keagamaan yang belaiu jalani.
Sikap toleransi antar umat beragama juga beliau tanamkan pada santri dan guru di pondok psesantren Nurul Madinah yang beliau dirikan sebgai tempat para santri untuk menimba ilmu Agama dan ilmu-ilmu umum lianya. Adapaun rumusan masalah pada penelitian ini berusaha untuk menggali perspektif TGH Muhammad Subki Ssaki tentang Moderasi Beragama dan bagaiman kontribusi beliau dalam Moderasi Beragama sebagai relevansi pada kontek keragaman Agama yang ada di Kabupaten Lombok Barat. Penelitian ini merupakan penelitian kulitatif dengan pendekatan studi kasus yang dilakukan oleh peneliti.
Berdasarkan pada hasil temuan peneliti yang sesuai deangan rumusan masalah yang peneliti buat, terakit perspektif TGH Muhammad Subki Sasaki tentang moderasi beragama dan kontribusi beliau pada moderasi beragama itu sendiri, peneliti temukan bahwa dalam pandangan TGH Muhammad Subki Sasaki ditopang pada tiga pilar yakni pemahaman keagamaan, pemahaman kebangsaan dan pemahaman kebudayaan sebagai modal sosial di masyarakat. Adapun kontribusi beliau dalam moderasi beragama tercermin pada sikap terbuka dan toleran antar saudara-saudara yang non muslim di dekat pondok pesantren, sikap toleran juga TGH Muhammad Subki Sasaki tanamkan pada santrinya di pondok pesantren Nurul Madinah Desa Kuripan Utara Kabupaten Lombok Barat.
Kata Kuci: Moderasi, Beragama, Perspektif.
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Moderasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia edisi 2008, di artikan selaku pengurangan kekerasan dan penghindaran ekstrimisme. Di cetakan awal (1988) di jelaskan tentang makna kata/perilaku moderat: (1) senantiasa menjauh dari sikap ataupun pengungkapan yang ekstrem: (2) berkecendrungan kearah ukuran ataupun jalur tengah. Sebaliknya kata “moderator” merupakan (1) orang yang berperan selaku penengah (hakim, wasit dsb.): (pemimpin) sidang (rapat ataupun dialog) yang jadi pengarah pada acara pembicaraan ataupun dialog.2 Perilaku moderat dalam beragama hendaknya di miliki oleh masing-masing orang ataupun kelompok yang ada di dalam masyarakat sebagai modal agar bisa menjaga kerukuan antar masing-masing penganut Agama.
Moderasi beragama menjadi muatan nilai dan praktik yang paling sesuai untuk mewujudkan kemaslahatan di tengah keragaman agama, budaya serta etnis yang ada di Indonesia. Sikap mental moderat, adil dan berimbang menjadi kunci untuk mengelola keragaman. Indonesia merupakan bangsa yang sangat majemuk terdiri dari komposisi etnis yang sangat beragam.
Begitu pula halnya deangan Agama, Suku, Bahasa, Aliran Kepercayaan, dan Adat-istiadat serta orientasi cultural daerah yang beragam. Jika dilihat secara
2 M. Quraish Sihab, Wasathiyyah Wawasan Isalam Tentang Moderasi Beragama, (Tangerang Selatan: Lentera Hati, 2020), Hlm.254.
2
lebih rinci varian keberagaman bangsa Indonesia sangatlah berbeda dan memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri. Tingginya tingakat pluralisme bangsa Indonesia menjadi salah satu sumber dan potensi konflik yang tinggi hingga mampu merusak kerukunan yang sudah ada dan terjalin erat didalam masyarakat. Baik itu konflik yang bersekala kecil maupun konflik bersekala besar. Namun kenyataanya, kehidupan masyarakat Indonesia dapat berjalan dengan apa adanya selama bartahun-tahun. Perbedaan tidaklah dijadikan sebagai penghalang untuk dapat hidup rukun, toleran dan berdampingan dengan agama, suku, adat istiadat dan keyakinan yang berbeda.3
Untuk mengelola situasi keragaman yang ada di Indonesia seperti digambarkan di atas tentunya kita membutuhkan visi serta solusi yang dapat menciptakan kerukunan dan kedamian dalam menjalankan kehidupan keagamaan, yakni dengan mengedepankan moderasi beragama di tengah masyarakat, menghargai keragaman tafsir, serta tidak terjebak pada sikap ekstrimisme, intoleransi, dan tindakan kekerasan.4
Tokoh agama dalam Islam memiliki beberapa peran dan fungsi di masyarakat, Umar Hasyim mengemukakan ada enam fungsi, peran dan tanggung jawab tokoh agama sebagai da’i penyiar agama Islam di antaranya adalah sebagai pemimpin rohani, pengemban amanah Allah SWT. Pembina umat, penuntun umat, dan penegak kebenaran.5Dengan demikian tokoh agama menepat posisi sangat penting di masyarakat, terutama sebagai jembatan dari
3 Abdul Wahid, Pluralisme Agama, (Mataram: LEPPIM IAIN MATARAM 2016), Hlm.
63.
4 Oman Fathurrahmandkk, Moderasi Beragama, (Jakarta Pusat: Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI Gedung Kementrian Agama, 2019) Hlm.5-7.
5Umar Hasyim, Mencari Ulama Pewaris Nabi, (Surabaya: Bina Ilmu, 1988), Hlm.135.
3
proses transmisi nilai-nilai/aturan-aturan keagamaan. Tokoh agama dipandang sebagai sosok yang mengerti tentang berbagi persoalan hukum agama, baik yang berkenaan dengan ibadah maupun muamalat.
Tuan Guru Muhammad Subki Sasaki meruapakan salah satu tokoh agama di Lombok yang mempunyai peran penting di dalam masyarakat guna memeberikan landasan-landasan kegamaan terhadap berbagai macam masalah yang dihadapi masyarakat sehingga corak situasi dan kondisi masyarakat akan terlihat dari peran penting seorang tuan guru. Posisi tuan guru dalam tatanan masyarakat suku sasak yang ada di Lombok sebagai orang yang terhormat karena dipandang sebagai sumber pengetahuan yang akan membawa mereka kepada kebaikan dunia dan akhirat.
TGH Muhammad Subki Sasaki terkenal dengan sikap beliau yang moderat dalam praktik beragama dengan mengedepnakan rasa toleransi antar umat beragama dan rasa kemanusiaan dan persaudaraan sebangsa dan setanah air yang menjadikan dasar untuk saling menghargai satu sama lain. Sikap toleran yang mencerminkan parktek moderat dalam beragama beliau telah tertanam sejak beliau beranjak dewasa dan telah banyak mendapatkan ilmu dari bangku pendidikan dan juga dari hasil membaca dan berdiskusi dengan sahabt-sahabatnya6
Sikap toleransi beragama meruapakan “bentuk pengakuan akan adanya agama-agama lain selain agama kita dengan segala bentuk sistem, data tata cara peribadatan serta kebebasan dalam menjalankan keyakinan agama
6 Observasi, Pondok Psesantren Nurul Madinah: 26 April 2022
4
masing-masing”.7 Dengan kata lain, perilaku toleran dalam beragama memilki makna sebagai sebuah tindakan untuk tidak saling melangar batasan, terutama yang berkaitan dengan Batasan keimanan (aqidah).
Adapun yang mendasari toleransi sebagai sebuah pijakan dalam kehidupan beragama yang mencerminkan sikap moderat TGH Muhammad Subki Saski merupakan cara beilau dalam menata kehiduapan yang rukun antar umat beragama. Kehidupan antar umat beragama adalah setiap agama mempunyai bentuk ritual dengan sistem dan tata cara pelaksanaan sesuai dengan tuntuanan tiap-tiap agama yang dibebankan serta menjadi tanggung jawab pemeluk agama itu sendiri, oleh sebab itu toleransi dalam pergaulan hidup umat beragama bukanlah toleransi dalam masalah-masalah kegamaan atau teologis semata akan tetapi meruapakan sikap keberagamaan pemeluk setiap agama dalam pergaulan hidup antara orang yang tidak seagama, dalam masalah-maasalah kemasyaraktaan.
Kualitas beragama dapat diukur bila kesalehan tidak sekedar bermakna individual, melainkan sosial.8 Kesalehan sosial mampu melahirkan sikap-sikap kemanusiaan yang berorinetasi pada keutamaan nilai-nilai solidaritas, kebersamaan, dan kesetiakawanan. Merupakan suatu kenyataan sosiologis yang tidak bisa dinafikan bahwa manusia beragama secara sosial yang mengharuskan mereka bergaul, berhubungan dan melakukan interaksi bukan hanya dengan kelompoknuya sendiri, melainkan juga dengan kelompok agama yang berbeda.
7 Dwi Ananta Devi, Toleransi Beragama, (Semarang: Jawa Tengah Alprin, 2006), Hlm. 2
8 Benny Susetyo, Politik Agama dan Kekuasaan, (Malang: Averroes Press, 2007), Hlm.
22
5
TGH Muhammad Subki sebgai seorang tokoh agama dalam kehidupan sosialnya memilki dua modal kesalehan di atas yakni kesalehan secara individual dan kesalehan secara sosial. Kesalehan secara sosial ini meruapakan modal belaiu dalam berinterksi deangan orang non muslim sehingga beliau bisa menjaga hubungan baik dengan kelompok yang berbeda Agama denganya.
Dalam hal ini peneliti tertarik meneliti tentang Moderasi Beragama Perspektif TGH. Muhammad Subki Sasaki Studi Kasus Ponpes Nurul Madinah Desa Kuripan Utara Kabupaten Lombok Barat untuk melihat lebih jauh tentang sikap moderat dalam beragama dengan mengedepankan rasa toleransi dan kemanusiaan yang dilakukan TGH Muhammad Subki Saski.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan TGH Muhammad Subki Sasaki tentang moderasi beragama.?
2. Bgaiamana kontribusi TGH Muhammad Subki Sasaki dalam moderasi beragama seabagai relevansi dalam konteks kragaman Agama di Kabupaten Lombok Barat.?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang akan diteliti adalah
1. Untuk mengetahui perspektif TGH Muhammad Subki Sasaki tentang moderasi beragama.
6
2. Untuk mengetahui kontribusi TGH Muhammad Subki Sasaki dalam moderasi beragama sebagi relevansi dalam konteks keragaman Agama di Kabupaten Lombok Barat.
Manfaat dari penelitian yang akan diteliti adalah
1. Secara Teoritis
Manfaat dari segi toritis pada penelitian yang berjudul moderasi beragama perspektif TGH Muhammad Subki Sasaki Studi Di Desa Kuripan Utara Kabupaten Lombok Barat antara lain:
a. Memberikan sumbangan pengetahuan ilmiah pada program studi Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin Dan Studi Agama UIN Mataram
b. Sebagai rujukan literatur pada penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan moderasi beragama.
2. Secara paraktis
Manfaat dari segi paraktis dalam penelitain ini adalah:
a. Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan informasi yang penting bagi pembaca serta dapat menambah pengetahuan tentang moderasi beragma perspektif TGH Muhammad Subki Sasaki Studi Di Desa Kuripan Utara Kecamatan Kuripan Kabupaten Lombok Barat.
b. Memberikan wawasan berfikir yang luas terhadap kajian penelitian yang membahas tentang moderasi beragama khususnya yang ada di Sosiologi Agama.
7 D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
1. Ruang Lingkup
Kecamatan Kuripan Kabupaten Lombok Barat memiliki masyarakat yang mayoritas beragama islam, akan tetapi hal ini tidak menghalangi kerukunan antar umat beragama yang akhir-akhir ini menjadi sorotan di tengah-tengah masyarakat. Di tengah kerukunan antar umat beragama yang sudah terbangun bukan tidak mungkin suatu hari akan terjadi konflik agama yang dapat menganggu kenyamanan masyarakat yang ada di Kecamatan Kuripan, sehingga perlunya pemahaman tentang moderasi beragama yang harus di miliki oleh tokoh Agama sebagai modal untuk menglola keragaman Agama yang beragam.
Adapun dalam penelitian ini agar konsen penelitian bisa terarah dan tidak keluar dari permasalahan yang akan peneliti bahas maka peneliti memberi batasan terhadap permasalahan yang akan diteliti. Adapun batasan ruang lingkup penelitian akan mefokuskan pada pembahasan moderasi beragama perspektif TGH Muhammad Subki Sasaki sebagai seorang tokoh Agama yang terkemuka di Kecamatan Kuripan Kabupaten Lombok Barat.
2. Setting Penelitian
Setting penelitian merupakan lokasi peneliti akan melakukan penelitian. Dalam hal ini yang akan menjadi fokus tempat penelitian adalah di Pondok Nurul Madinah Desa Kuripan Utara Kecamatan Kuripan Kabupaten Lombok Barat. Peneliti memilih lokasi tersebut
8
karena merupakan tempat tinggal dan lokasi TGH Muhammad Subki Sasaki mendirikan Pondok yang bernama Nurul Madinah, di mana pada pondok inilah TGH Muhammad Subki Ssaki mengemban Amanah untuk mendidik para santri untuk belajar dan memahami ilmu Agama Islam secara lebih mendalam.
E. Telaah Pustaka
Dalam telaah Pustaka ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu sebagi acuan kajian dalam menentukan posisi peneliti, persamaan dan perbedaan dalam melakukan penelitian ini. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mempermudah dalam memberikan informasi terkait persamaan, perbedaan dan posisi peneliti dalam melakuakan penelitian. Berdasarkan penelusuran peneliti, peneliti menemukan penelitian terdahulu sebagai acuan telaah pustaka antara lain:
Tabel penelitian terdahulu 1.1.
No
Nama penelitian.
Judul penelitian.
Tahun penelitian.
Tujuan penlitian.
Hasil penelitan.
Persamaan penelitian.
Perbedaan penelitian.
Posisi peneliti 1. Penelitian Mutawali,
dengan judul
“Moderate Islam In Lombok The Dialectic between Islam and Culture” penelitian ini dimuat dalam jurnal pada tahun 2016.
Dalam penelitian ini menggali sebuah konsep moderat Islam dimana fenomena dialektika antara budaya dan agama dalam komunitas muslim pulau Lombok.9
Persamaan dalam penelitian ini terletak pada metode penelitian yang digunakan, yakni dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yang melibatkan obeservasi, paertisipatif, wawancara,
9 Mutawali, “Moderate Islam In Lombok The Dialectic Between Islam and Local Culture”, Google Scholar: Journal Of Indonesian Islam, Vol 10, Nomer 2, Desember 2016, Hlm 309.
9
dan dokumentasi.
2. Kaherun Nisa, dengan judul “Perspektif Tokoh Masyarakat Tentang Pendidikan Moderasi Beragama di Kota Parepare Sulawesi Selatan” penelitianini di muat di jurnal pada tahun 2021.
Pada penelitian kali ini di jelaskan secara umum tentang bagiamana perspektif tokoh masyarakat terhadap Pendidikan moderasi beragama, yang merujuk pada empat indikator yang di gagas oleh Kemnetrian Agama, yaitu komitmen kebangsaan,
toleransi, anti kekerasan dan akomodatif terhadap budaya lokal.10
Perbedaan dalam penelitian kali ini adalah memiliki letak lokasi penelitian yang berbeda dimana setting untuk penelitin yang berjudul perspektif tokoh masyarakat tentang Pendidikan moderasi beragama ini berada di wialyah kota Parepare Sulawesi Selatan dan cenderung dalam penelitian tersebut lebih menggali pada perspektif tokoh masyarakat tentang pandangan moderasi beragama 3. Mamluatun Nafisah,
“Moderasi Beragama Perspektif Hasbi Ash- Shiddieqey, Hamka dan Quarish Shihab: Kajian Atas Tafsir An-Nur Al- Azhar, dan Al- Mishbah”
Penelitian ini membahas tentang pandangan Hasbi Ash-Shiddieqy, Hamka, dan Quraish Shihab mengenai konsepsi moderasi beragama dalam karya tafsirnya. Pada tulisan ini berangkat dari adanya problem mis-interpretasi atas teks-teks keagamaan yang perlu dilacak secara sosio-historis kedalam litelatur- litelatur keilmuan islam di Indonesia,
Perbedaan dalam penelitian kali ini adalah peneliti ingi nmengkaji lebih mendalam bagimana pandangan TGH Muhammad Subki Sasaki tentang moderasi beragama dengan mengambil lokasi penelitian di Desa
Kuripan Utara
Kecamatan Kuriapan Kabupaten Lombok Barat, sedangkan dalam penelitian Mamluatun
Nafisah lebih
mefokuskan penelitianya kepada perspketif tiga
10 Khaerun Nisa “Perspektif Tokoh Masyarakat Tentang Pendidikan Moderasi Beragama Di Kota Parepare Sulawesi Selatan”, Google Scholar: Jurnal Educandum, Vol 7, Nomer 1, Agustus 2021, Hlm.19
10
khususnya litelatur
tafsir.11 tokoh agama yang ada di Indonesia yakni Hasbi Ash-shiddieqy, Hamka dan Quraish Shihab tentang sebuah kajian tafsir An-Nur Al-Azhar dan Al-Mishbah
4. Agoes Rudianto, dengan judul “Islam Radikal dan Moderat di Indonesia”
Penelitian ini menyimpulkan
pemeluk Islam di Indonesia terdiri dari berbagai kelompok gerakan keagamaan yang terdiri dari berbagai kelompok gerakaan keagamaan yang berbeda dalam pelaksanaanS
yari’at.12
Perbedaan yang penlititulis pada penlitian kali ini adalah menggali lebih dalam tentang pandangan TGH Muhammmad Subki Sasaki khususnya di Desa Kuripan Utara Kecamatan Kuripan Kabuapaten Lombok Barat tentang moderasi beragma sebagai jalan
untuk merawat
kerukunan umat beragama.
F. Kerangka Teori 1. Moderasi Beragama
Moderasi beragama dikenal dalam Bahasa Arab dengan istilah Islam wasathiyyah. Secara bahasa, telah dijelaskan bahwa pengertian wasathiyyah mengarah pada makna adil, utama, pilihan atau terbaik, dan seimbang antara dua posisi yang bersebrangan. Kata wusuth memiliki makna al-mutawassith dan al-mu’tadil. Kata al-wasath juga memiliki
11Mamluatun Nafisah “Moderasi Beragama Perspektif Hasbi As-Siddieqy, Hamka, dan Quraish Sihab: Kajian Atas Tafsir An-Nur, Al-azhar, dan Al-Mishbah”, Google Scholar: Jurnal Suhuf Vol 13, Nomer 1, Juni 2020, Hlm. 57-75
12Agoes Rudianto, “Isalm Radikal dan Moderat di Indonesia dalam Esai Foto Juranalistik Majalah National Geograpic Indonesia” (Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011), Hlm.xii.
11
pengertian al-mutawassith bainaal-mutakhasimain (penengah di antara dua orang yang sedang berselisih).
Dalam kajian islam secara akademik Islam wasthiyyah juga disebut justly-balanced Islam, the middle path atau the middle wayislam, dan islam sebagai mediating and balncing power untuk memainkan mediasi dan pengimbang. Pemaknaan ini menunjukan bahwa islam wasathiyyah mengedepan kanpentingan keadilan dan keseimbangan serta jalan tengah agar tidak terjebak pada sikap keagamaan eksterem. Selama ini, konsepis lam wasathiyyah di pahami untuk merefleksikan prinsip tawassuh (tengah), tasamuh (toleran), tawazun (seimbang), I’tdal (adil), dan iqtishad (sederhana).13
2. Moderasi Menurut Para Tokoh Agama Islam
Menurut Yusuf Al-Qaradhawi moderat adalah sikap yang mengandung adil, perwujudan dari rasa aman, persatuan, dan kekuatan.
Agar dapat tercapai sikap tersebut perlulah memiliki pemahaman yang komperhensif terhadap keyakinan agamanya masing-masing. Yusuf Al- Qaradhawi moderat mengangkat nilai-nilai sosial seperti musyawarah, keadilan, kebebasan, hak-hak manusia dan hakminoris.14
Moderat menurut pandangan Khaled Abu El Fadl senada dengan istilah modernis, progresif, dan reformis. Namun istilah moderat ia pilih
13Aceng Abdul Aziz, Implementasi Moderasi Beragama Dalam Pendidikan Islam, (Jakarta: Kelompok Kerja Implementasi Moderasi Beragama Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama Republik Indonesia, 2019), Hlm. 6-7.
14“Taqrib Al-Madhahib-Qaradawi’s Declaration of Principles Regarding Sunni- Shi’IEcumenism”Publishedonline,http://www.qaradawi.net/site/topics/static.asp?cu_no=2&lng=0
&templateid=11&temp_type=42. Diakses pada tanggal 2 Januari 2022, Pukul 19.19.
12
karena lebih tepat untuk memberi gambaran kepada kelompok yang di hadapkan dengan kelompok puritan. Menurutnya modernis mengisyaratkan suatu kelompok yang berusaha mengatasi tantangan modernitas yang problem kekinian. Bukan hanya itu saja, ia juga mengklaim bahwa sikap moderasi menggambarkan pendirian keagamaan mayoritas umat Islam saat ini.
Selian itu Khaled menjelaskan lebih jauh tentang moderat merupakan sikap yang yakin bahwah Tuhan menganugrahi manusia kemampuan untuk membedakan perkara yang benar dan salah. Sehingga memiliki kebebasan ruang dalam menentukan pilihan terbaik, dalam arti masih tetap dalam koridor moral yang diterapkan di masyarakat umum.15
Nurcholis Madjid terkait dengan moderisasi merupakan sebuah proses perubahan, baik sikap dan mentalitas untuk menyesuaikan tuntunan hidup dengan tuntunan hidup sekarang bisa tercipta kebahagian hidup bagi masyarakat. Moderasi juga dapat diartikan sebagai suatu gerakan atau upaya yang mempunyai tujuan dalam menafsirkan kembali doktrin-doktrin tradisional serta menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan ilmu pengethuan.
Moderasi beragama sangat penting dalam sebuah Negara yang homogen, seperti Indonesia yang kaya akan keberagaman sehingga sangat mudah sekali munculnya gesekan antar kelompok terlebih terhadap antar agama, sehingga perlunya memberikan pemahaman bahwa nilai-nilai
15Khaled Abou El Fadl, Selamatkan Islam dari Muslim Puritan, (Jakarta: Serambi, 2006), Hlm.117-122.
13
bersikap dalam konteks keberagaman menjadikan kita tidak egois, intoleransi, diskriminatif dan sebagainya.16
3. Moderasi Dalam Perspektif Islam
a. Moderasi Beragama dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an dan Hadits telah disepakati oleh para pemuka agama islam bahwa keduanya merupakan sumber dan refrensi utama dalam merujuk semua masalah yang di hadapi dalam semua kehidupan. Hal ini dilakukan mulai semenjak generasi Rasulullah hingga smpai kapan saja selama umat Islam masih hidup di atas permukaan bumi ini. Begitu pula halnya dengan masalah moderasi beragama yang baru-baru ini cukup berdengung dan istilah moderasi beragama bukanlah berasal dari bahasa Arab yang merupakan bahasa Al-Qur’an dan Hadits yang keduanya merupakan sumber pegangan utama ummat islam di dunia.
Padanan kata yang bermakna moderasi beragma dalam Al- Qur’an dan Hadits telah disejajarakan oleh pakar islam deangan kata wasatahan. Kata ini kemudian di perluas dengan berbagai makna, term dan istilah yang dibawah ini diketengahkan sebagai berikut:17
Dalam Al-Qur’an moderasi (wasathiyyah) para pakar sering kali merujuk pada ayat Al-Qur’an surah Al-Baqarah: 143 yang berbunyi:
16Sumarto dan Emmi Kholilah Harahap, “Mengembangkan Moderasi Pendidikan Islam Melalui Peran Pengelolaan Pondok Pesantren, RI, AYAH”, Vol. 4, Nomer 1, Januari-Juni 2019, Hlm. 21.
17 Fauziah Nurudin, Moderasi Beragama Menurut Al-Qu’an dan Hdist, Vol. 18 No. 01, Januari 2021, Hlm. 62.
14
َنو ُكَي َو ِسا َّنلٱ ىَلَع َءٰٓا َدَه ُش ْاوُنوُكَتِ ل اٗط َسَو ٗةَّمُأ ۡمُكَٰنۡلَعَج َكِلَٰذَكَو َهۡي َ
لَع َتن ُك ي ِت َّلٱ َةَلۡبِقۡلٱاَنۡلَعَج اَمَو ۗاٗديِه َش ۡمُكۡيَلَع ُلو ُسَّرلٱ َّلَّ ِإ ٰٓ
ا
ۡتَناَك نِإَو ِۚهۡيَبِقَع ٰى َ
ل َع ُب ِل َقنَي نَّمِم َلو ُسَّرلٱ ُعِبَّتَي نَم َمَلۡعَنِل ًةَريِب َكَل
َ َّللّٱ َّنِإ ۚۡمُكَنَٰميِإ َعي ِضُيِل ُ َّللّٱ َناَك اَمَو ُۗ َّللّٱ ىَدَه َنيِذَّلٱ ىَلَع َّلَِّإ ٞمي ِحَّر ٞ
فو ُء َر َ
ل ِسا َّنلٱِب
Artinya: Dan demikian pula kami telahmenjadikankamu (umat Islam) “umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kibalat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya, melainkan agar kami mengetahui siapa yang berbalik kebelakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecualibagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.
Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.(QS Al-Baqrah:143) 18
Jadi, kalimat wakazaalika ja’alnaakum ummatan wasathol dijadikan titik tolak ukuran tentang “moderasi beragama” dalam pandangan Islam sehingga moderasi mereka namai dengan sebutan wasathiyyah, walau sebenarnya istilah-istilah lain yang juga dari Al-Qur’an yang mknanya dinilai oleh para pakar sejalan dengan wasathiyyah dan yang itu tidak jarang mereka kemukakan antara lain karena pengertian kebahsaan tentang wasathiyyah belum mencakup sebagian makna yang dikandung hakikat moderasi yang dikehnedaki Islam.
18 QS Al-Baqarah [2]:143.
15 b. Moderasi beragama dalam Hadits
Sekian banyak juga Hadits Nabi yang melarang melebih- lebihkan segala hal walau berupa aneka kegiatan positif. Beliau mengancam mereka yang meberatakan diri. Karena itu, siapa yang mengalamikesulitan dan rasa berat dalam melaksanakan sesuatu yang di syariatakan Allah makasyariat Islam memberi jalan keluar dengan meringankanya, yakni menggantikan dengan yang lain, bahkan dapat mencapai gugurnya tuntunan itu bagi yang bersangkutan.
Ketika ada seorang sahabat Nabi yang berencana berpuasa sepanjang tahun, atau bangun semalam suntuk, dan ada juga yang enggan menikah, beliau menegur mereka semua sambil bersabda yang artinya:
Sungguh, demi Allah, aku adalah yang paling takut di antara kamu kepada Allah dan paling bertakwa, tetapi aku berpuasa pada suatuhari dan tidak berpuasa di hari yang lain, aku shalat malam tetapi juga tidur, dan aku kawin.
Siapa yang tidak suka mengikuti jalan hidupku, maka dia bukan golonganku. (HR. Bukhari)19.
4. Teori Peran Soerjono Soekanto
Peran menurut Soerjono Soekanto, yaitu peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan, maka ia menjalankan suatu peranan. Dalam sebuah organisasi setiap orang memiliki berbagai macam karakteristik
19 Ibid, Hlm.57
16
dalam melaksanakan tugas, kewajiban atau tanggung jawab yang telah diberikan oleh masing-masing organisasi atau lembaga.20
Adapun pembagian peran menurut Soekanto, peran dibagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut:21
a. Peran Aktif Peran aktif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok karena kedudukannya di dalam kelompok sebagai aktifitas kelompok, seperti pengurus, pejabat, dan lainnya sebagainya.
b. Peran Partisipatif Peran partisipatif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok kepada kelompoknya yang memberikan sumbangan yang sangat berguna bagi kelompok itu sendiri.
c. Peran Pasif, peran pasif adalah sumbangan anggota kelompok yang bersifat pasif, dimana anggota kelompok menahan dari agar memberikan kesempatan kepada fungsi-fungsi lain dalam kelompok sehingga berjalan dengan baik. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian peran merupakan suatu tindakan yang membatasi seseorang maupun suatu organisasi untuk melakukan suatu kegiatan berdasarkan tujuan dan ketentuan yang telah disepakati bersama agar dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.
5. Teori Fungsionalisme Struktural Talcot Parson
Talcot Parson menerangkan tentang Fungsionalisme Struktural ialah jalinan dari sistem yang didalamnya ada berbagai fungsi yang berbeda-beda, setiap fungsi bersifat saling sinergis. Dalam perspektif
20Soekanto. Teori Peranan. (Jakarta: Bumi Aksara 2002). Hlm. 243
21Ibid, Hlm. 246
17
teori Fungsionalisme Struktural Talcot Parson terdapat 4 fungsi penting yang wajib ada supaya eksistensi sistem sosial didalam masyarakat dapat berfungsi dengan baik. Keempat ciri sistem tersebut dikenal istilah AGIL. Agil merupakan singkatan dari Adaptions (menyesuakian diri), Goal Attaintment (pencapaian tujuan), Integrations (integrasi), serta Latency (pemeliharaan pola). Masyarakat yang sesuai dengan teori ini harus menjalankan keempat fungsi tersebut demi keberlangsungan hidup masyarakat, fungsi-fungsi tersebut, yaitu:22
a. Menyesuaikan diri/Adaptasi (Addaptations)
Menyesuaikan diri ialah metode penyesuaian diri terhadap lingkungan, guna penyesuaian lingkungan terhadap kebutuhannya.
Sebagai fungsi dalam mengatasi keadaan ataupun kondisi yang tidak sesuai dengan keadaan yang diinginkan.
b. Pencapaian Tujuan (Goal Attaintment)
Pecapaian tujuan ialah suatu sistem yang berfungsi untuk merumuskan cara-cara guna mencapai tujuan yang sesuai dengan target dari sistem tersebut.
c. Integrasi
Integrasi sebagai sebuah sistem yang berfungsi sebagai pengatur antara bagian yang menjadi komponennya serta pengelola hubungan antar ketiga fungsi di atas.
22George Ritzer, Deoglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Kencana, 2010), Hlm.118.
18 d. Pemeliharaan Pola (Latency)
Pemeliharaan Pola sebagai fungsi dari sistem guna memelihara dan memperbaiki jalinan antara sistem-sistem yang sudah terhubung.
Fungsi dan sistem dalam pandangan Talcott Parson merupakan tindakan yang bekerja seperti oraganisme perilaku: pada sistem tindakan yang melakukan fungsi adaptasi dengan cara menyesuaikan diri dan mengubah lingungan eskstrenalnya. Sistem keperibadian melakasanakan fungsi pencapaian tujuan dengan menetapkan tujuan sistem dan mobilisasai sumber daya yang ada dalam mencapianya. Sistem sosial menanggualngi fungsi integrasi dengan cara mengendalikan bagian-bagian yang menjadi komponen. Sistem kultural melaksankan fungsi pemeliharaan pola dengan menyediakan actor seperangkat norma dan nilai yang memotivasi mereka agar bertindak.23
Asumsi yang mendasari teori Fungsionalisme Struktural menekankan pada 4 hal:24
1. Masyarakat tidak bisa hidup kecuali anggota-anggotanya membagi persamaan persepsi, sikap, dan nilai.
2. Setiap bagian memilki kontribusi pada keseluruhan
3. Masing-masing bagian terintegrasi satu dengan yang lain dan saling memberikan dukungan.
23 Sunyoto Usman, Sosiologi Sejarah, Teori Parsons Tentang Pentingya Pendidikan Kultur, Jurnal Ijtimaiyah Adab dan Ilmu Budaya IAIN Raden Fatah, Vol. 7, Nomer. 1, Februari 2014, Hlm 159.
24 Ibid, Hlm.54
19
4. Masing-masing bagian memberi kekuatan sehingga keseluruhan masyarakat menjadi stabil.
Adapun dapat disimpulkan, bahwa perhatian utama pada teori Parson lebih tertuju pada sistem sebagai suatu kesatuan ketimbang pada aktor di dalam sistem bagaimana cara sistem mengontrol aktor, bukan mempelajari bagaimana aktor menciptakan dan memelihara sistem.
Semntara itu para fungsionalis memandang masyarakat dan lembaga-lembaga sosial merupakan sebuah sistem yang seluruh elemennya saling tergantung antara satu dengan yang lain untuk menciptakan keseimbangan.25 Mereka memang tidak dapat menafikan adanya konflik pada masyarakat, tetapi mereka percaya bahwa masyarakat mampu mengembangkan suatu cara agar mampu mngontrol dan mencegah terjadinya konflik yang muncul.
Dalam teori Fungsionalisme Struktural sistem sosial tidak hanya di pandang sebagai sebuah keadaan yang ditandai oleh keseimbangan (a state of eulilibrum or balance) dan bagian dari sistem tersebut saling bergantung satu dengan yang linya, akan tetapi juga pada sistem sosial dianggap terdiri dari individu-individu yang saling berhubungan (membentuk relasi sosial). Agar dapat terintegrasi dan stabil, individu- individu yang menjadi bagian dari sistem harus mendukung keberadaan nilai-nilai umum yang berlaku di dalamnya. Dengan kata lain, teori
25 I.B Wirewan. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma, (Jakarta: Kencana, 2012), Hlm. 42
20
Fungsionalisme Struktural berpendapat bahwa masyarakat mempunyai sistem nilai yang dimiliki oleh setiap anggota.26
G. Metodologi Penelitian
Dalam bahsa Yunani metode penelitian berasal dari kata methodos yang memiliki arti cara atau suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan sebuah cara kerja yang sistematis. Menurut soerjono seokanto penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan konstruksi yang di lakuakan secara konsiten dan tersistematis.
Metode juga merupakan sistem untuk mencapai pengetahuan yang valid, maka di perlukan pula metode yang bisa mengantarkan peneliti mendapatkan data yang di dalamnya terdapat subjek penelitian, alat dan Teknik analisis data.27
1. Pendekatan Penelitian Dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian yang akan peneliti lakukan ini, peneliti akan menggunakan jenis penelitian kualitatif guna untuk mengetahui dan memahami kondisi dan gejala alamiah yang sedang terjadi di tengah mayarakat. Penelitian kualitatif ini sebgaimana yang telah dikemukakan oleh Taylor dan Bogdan menghasilkan data deskriftif mengenai kata-kata lisan maupuan tertulis, dan tingakah laku yang
26 Ibid, Hlm. 40
27 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatn Kualitatif dan Kuantitatif, (Yogyakarta: Erlangga, 2009), hlm.43.
21
dapat dimati dari orang-orang yang sedang diteliti.28 Alasan peneliti memilih menggunakan jenis penelitian kualitatif, karena penelitian kualitatif memilki perinsip yakni ingin memeriksa, menerangkan, dan mendiskripsikan secara kritis, atau mengabarakan fenomena, suatu kejadian, atau peristiwa interaksi sosial dalam masyarakat untuk mencari dan menemukan makna (meaning) dalam konteks yang sesunguhnya (natural setting).29 Adapun pendekatan yang digunakan oleh peneliti disini adalah pendekatan Studi Kasus (Case Studies) yang di kembangakan oleh Creswell.30Pendekatan studi kasus merupakan suatu kegiatan yang melakukan proses pengumpulan data dan informasi secara mendalam, mendetail, intensif holistik, dan sistematis tentang kejadian, sosial setting (latar sosial), atau kelompok dengan menggunakan berbagai metode dan teknik, serta banyak sumber informasi untuk memahami secara efektif bagaimana orang, kejadian, lataralami (social setting) itu beroperasi atau berfungsi sesuai dengan konteksnya.31
28 Bagong Suyanto, Sutinah, Metode Penelitian Sosaial Berbagai Alternatif Pendekatan, Cetakanke III, (Jakarta: Pernada media Group, 2005), Hlm.166.
29 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, Edisi Pertama, (Jakarta: Kencana, 2014), Hlm. 338.
30 Sri Wahyu ningsih, Metode Penelitian Studi Kasus (Konsep, Teori Pendekatan Pisikologi Komunikasi, dan Contoh Penlitianya), (Universitas Trunojoyo Madura: UTM Press, 2013), Hlm. 12.
31 A. Muri Yusuf, Metode Penlitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, Edisi Pertama, (Jakarta: Kencana, 2014), Hlm. 339.
22 2. Jenis dan Sumber Penelitian
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dikarenakan penelitian yang berlokasi di lapangan kehidupan. Artinya metode penelitian lapangan pada hakikatnya merupakan kegitan penelitian yang berlangsung dilapangan atau berada di kehidupan masyarakat.32Field reserch biasanya juga bentuk perolehan data dengan mendatangi langsung responeden.33
b. Sumber Penelitian
Pada penelitian yang akan di teliti ini sumber data informasi dapat peneliti peroleh dari dua sumber data yakni data primer dan skunder.
1) Data Primer
Sumber data ini merupakan sumber data awal yang dihasilkan dari lokasi penelitian atau objek dari penelitian yang akan diteliti. Sumber data dari data primer adalah terkait dengan moderasi beragama perspektif TGH Muhammad Subki Saskai yang peneliti lakukan dengan mewawncarai TGH Muhammad Subki Sasaki di Pondok Pesantren Nurul Madinah Desa Kuripan Utara.
32 Irvan Kurniawan, “Perilaku Kegamaan Masyarakat Di Desa Sukoraharjo Kecamatan Buay Madang Timur Kabuapaten Oku Timur”, (Skripsi FUSA UIN Raden Intan Lampung, 2019) hlm. 28.
33 Rosady Ruslan, Metode Penelitian: Public Relation dan Komunikasi, (Jakarta: Raja Garfindo Persada, 2003), hlm .32.
23 2) Data Skunder
Data skunder merupakan sumber data kedua setelah data primer. Data skunder biasanya di peroleh secara tidak langsung, dan dapat memberiakan tambahan inforamsi terhadap penelitian yang akan dilakuakan. Sumber data skunder dalam penelitian ini peneliti memperolehnya malalui buku-buku, koran, dan media- media lainnya yang berkaitan dengan penelitian.
3. Teknik Pengumpulan Data
Metode dalam pengumpulan data dibutuhkan dan ada beberapa tahapan yang perlu dillakukan dalam pengumpulan data terakait dengan pembahasan dalam peneliatian yang akan diteliti yaitu:
a. Observasi
Dalam metode observasi (pengamatan) teknik pengumpulan data peneliti akan menggunakan pengamatan dengan observasi terlebih dahulu sebagai proses pencarian informasi terkait dengan peristiwa, kejadian dan perilaku. Observasi dilakukan dengan menggunakan panca indara mata sebagai alat bantu yang utama selain panca indra yang lainya.
Dalam melakukan observasi peneliti akan menggunakan metode observasi langsung ini melakuakan pengamatan secara langsung kelapangan dan dapat melihat langsung objek dari penelitian yang akan diteliti oleh peneliti. Beradsarakan penjelasan diatas bentuk observasi langsung terkait dengan keinginan peneliti
24
untuk mengetahui perspektif TGH Muhammad Subki Sasaki tenatang moderasi beragama.
b. Wawancara
Teknik wawancara juga termasuk dalam teknik pengumpulan data yang akan peneliti gunakan. Wawanacara yang dapat dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan yang di wawancarai atau inforaman dalam penelitian tetapi dapat juga diberikan daftar pertanyaan dahul uuntuk di jawab pada kesempatanlain. Wawancara sebagi alat pembuktian terhadap inforamsi atau keterangan atau kekuragan yang diperoleh sebelumnya.
Adanya wawancara pada prinsipnya meruapakan sebuah usaha untuk menggali ketergan yang mendalam dari kajian penelitian yang ditanyakan kepada sumber yang relevan berupa pendapat, pengalaman, kesan, pemikiaran dan sebagainya. Dalam penelitian yang akan diteliti ini peneliti akan menggunakan penelitian dengan teknik wawanacara terarah. Namuan perlu diketahui bahawa ada beberapa tehnik dalam melakukan proses wawncara yaitu:
1) Wawancara Sistematiaka
Wawanacara ini dilakukan terlebih dahulu oleh pewawanacara dimana mempersiapakan dokumen (guide) dengan cara tertulis kaitanya dengan apa yang hendak ditanyakan kepada narsumber.
25
Pertanyaan dalam wawancara ini disusun dari awal hingga akhir.
Yang dimuali dari pertanyaan yang mudah di jawab oleh narasumber atau responden sampai dengan hal-hal yang lebih kompleks.
2) Wawancara terarah
Wawanacara terarah sedikit lebih formal, dimana wawanacara terarah ini dilakukan secara bebas tetapi kebebasan tetap tiadak terlepas dari pokok permasalahan yang akan ditanyakan oleh peneliti dan sudah disiapkan sebelum melakuakan wawancara.
Wawancara terarah juga bisa disebut wawaanacara terpimpin dikarenakan bersifat bebas akan tetapi tetap terikat pokok-pokok wawanacra. Wawancara ini juga meruapakan wawancara yang dilakukan saat akan penelitian dengan sengaja datang berdasrkan jadwal yang sudah ditetapkan untuk melakukan wawancara dengan informan.
3) Wawancara mendalam
Wawancara mendalam biasanya diringi dengan observasi langsung. Mc Millan dan Schumacher menjelasakan bahwa wawancara yang mendalam adalah tanya-jawab yang terbuka untuk memeperoleh data tentang maksud partisipsi. Bagaiamana menggambarkan dunia mereka dan bagiamana mereka menjelasakan sesuatu menyatakan perasaanya tentang kejadian- kejadian penting dalam hidupnya.
26
Dalam penelitian yang akan diteliti ini peneliti akan menggunakan wawancara terarah, sebagai tambahanin foramsi rencana penelitian, wawancara terarah peneliti gunakan karena dapat digunakan secara bebas namun tiadak terlepas dari pokok- pokok permasalahan yang akan ditanyakan oleh peneliti. Di bawah ini unsur informan peneliti ketika melakukan proses wawancara:
Tabel Unsur Informan Penelitian 1.2.
NO Unsur Inforaman Keterangan
1.
Tuan Guru Muhammad Subki Ssaaki
Data terkait perspektif TGH Muhammad Subki Sasaki teantang moderasi beragama dan kontribusi beliau dalam praktik moderasi beragama
2.
Guru Pondok Pesantren Nurul Madinah
Data tentang praktik moderasi beragama yang di lakukan oleh TGH Muhammad Subki Sasaki
3.
Santri Pondok Psantren Nurul Madinah
Data terkait pendapat santri tentang TGH Muhammad Subki Sasaki dalam praktik moderasi beragma di lingkungan Pondok
27 c. Dokumentasi
Dokumentasi meruapakan Langkah akhir dari teknik pengumpualan data dalam penelitian yang akan diteliti ini. Dalam dokumentasi data yang ditulis dan mengandung keterangan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang masih aktual. Metode dokumentasi dalam penelitian pastiakan digunakan saat akan melakukan penelitian karenahalini sangat penting dan merupakan bagian dari metode observasi dan wawancara dalam penelitian.
Metode pengumpulan data dalam bentuk dokumentasi dapat beruapa dokumentasi pribadi dan resmi. Dokumentasi pribadi dapat beruapa catatan atau karangan secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaan. Dokumentasi pribadi biasanya dapat beruapa buku harian yang dimiliki oleh peneliti. Sedangkan dokumentasi resmi dapat beruapa dokumentasi internal dan eksternal.
Dokumen internal dapat diperoleh dari dokumen-dokumen dari lembaga dan semacamnya. Sedangkan dokumen eksternal dapat di peroleh darii nforman, sejarah kehidupan, cerita dan dokumentasi yang berbentuk gambar dan lain-lain. Dengan ini metode dokumentasi sangat diperlukan dalam proses melakukan penelitian karena dalam pengumpulan data perluadanya dokumen-dokumen yang relevan dengan kasus yang akan diteliti dan bertujuan untuk memperkuat penelitian yang di teliti. Sehingga data yang diperlukan juga akan muadah didapatkan. Dalam penelitian yang akan diteliti dokumen-
28
dokumen yang perlu dilengkapi adalah kaitanya dengan perspektif TGH Muhammad Subki Sasaki tentang modersai beragama yang di gagas oleh kementrian agama dengan para ulama di Indonesia.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan penaganan terhadap objek secara ilmiah dengan cara memilah-milah anatara arti yang satu dengan arti yang lainya.
Teknik analisis data ini juga merupakan cara menganalisis data penelitian yang dilakukan apabila data empiris. Dalam analisis data kualitatif tidak dapat terpisahkan dari pengumpulan data dikarenakan analisis data selama penelitian akan dilakukan, analisis data bagian yang penting dari penelitian kualitatif, karena sangat menolong para peneliti untuk dapat menghasilkan data yang berkualitas. Penelitian kualitatif juga pada dasarnya mengembangkan. Pengumpulan data selanjutnya dipengaruhi oleh analisis terhadap data yang telah terkumpul. Dalam analisis data ada dua langkah yang perlu ada yaitu, pencatatan data hasil penelitian dan prosedur pengelolaan dan interperetasi data.
Analisis data merupakan penaganan terhadap objek secara ilmiah, langkah yang dilakukan dengan memilah-milah antara pengertian yang satudenganlainya agar dapat memperoleh data yang jelas. Metode penelitian yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman yaitu:
29 a. Reduksi data
Reduksi data berarti merangkum, memilah hal-hal yang dirasa perlu dan memfokuskan pada hal-hal yang penting. Dengan hal ini reduksi data akan memberikan gambaran yang jelas dan dapat mempermudah peneliti dalam menganalisis data. Dalam penelitian yang akan diteliti ini peneliti memilih data-data hasil observasi, wawancara dan mengelompokannya berdasrakan pokok-pokok permasalahan yang akan diungkap.34
b. Display data
Setelah melakukan reduksi data Langkah slanjutnya yang dilakukan adalah menyajikan data atau mendisplaykan data.
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singakat, tabel, dan lainya. Dalam penelitian ini yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan menggunakan teks yang bersifat naratif. Teks naratif dalam KBBI ialah teks yang bersifat menguraikan atau menjelaskan secara umum serta menceritakan suatu fenomena atau hasil penelitian.
c. Menarik kesimpulan (verifikasi)
Dalam melakukan analisis data langkah ketiga yang dilakukan peneliti adalah melakukan penarikan kesimpualan atau melakukan verifikasi. Dalam menarik kesimpulan awal peneliti hanya melakukan verifikasi yang bersifat sementara dan bisa saja berubah bila ada
34 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 129.
30
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang dapat mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang awal didukung oleh bukti-bukti yang relevan dan konsisten saat melakuakan penelitian kembali kelapangan, maka kesimpualan yang di kemukakan beruapa kesimpulan yang dapat digunakan. Dalam penelitian yang akan diteliti ini kesimpulan dan verifkasi dilakukan setelah semua tahapan pengumpulan data selesai dilakukan.
5. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data bertujuan membuktikan apakah data yang ditemui dilapangan valid atau tidak. Keabsahaan data juaga bertujuan agar membuktikan bahwa apa yang akan diamati sesuai dengan fakat dan apakah penjelasan yang diberikan peneliti sesuai deangan apa yang terjadi.
Untuk dapat memperoleh data yang valid diperlukan teknik pemeriksaan data yang tepat dan sesuai. Salah satu yang bisa dilakukan dalam pengecekan keabsahan data terdapat triangulasi.
Adanya triangulasi data buakn sekedar membenarkan fenomena yang terjadi tetapi sebagi pendekatan pemahaman penelitian terkait dengan apa yang di temukan di lapangan. Nilai yang terdapat dalam tknik triangulasi adalah dapat mengetahui data yang diperoleh secara convergent atau meluas, tidak konsisten atau kontradiksi. Oleh karenanya trigulasi dapat memuat data yang konsisten, tuntas dan pasti. Dalam trigulasi data terdapatbagian yang perlu digunakan sebagai pembuktian yang jelas dalam melakukan pengecekan keabsahan data dan sebaga ipengujian kredibilitas,
31
kredibilitas merupakan pengecekan data dariberbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan hal ini terdapat triangulas isumber dan triangulasi metode.
1) Triangulasi sumber data untuk menguji keabsahaan data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang akan diperolehakan di analisis oleh peneliti sehingga akan menghasilkan suatu kesimpulan yang selanjutnya akan dimintakan kesepaktan atau member check dengan cara mengecek seperti derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh menggunakan waktu dan cara yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Membandingkan hasil observasi dengan wawancara
b. Membandingkan data dari hasil obseravasi, wawancara dengan dokumentasi
c. Membandingkan apa yang dikatakan di depan umum denga napa yang dikatakan secara pribadi
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain
2) Triangulasi teknik atau metode, metode ini untuk menguji kredibilitas terhadap data yang ditemukan dengan mengecek data kepada sumber yang sama dengan metode yang berbeda. Misalnya dengan menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Jika dengan metode pengujian kredibilitas data tersebut dapat menghasilkan data
32
yang berbeda maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan untuk memastikan data yang mana dinggap valid.
Adapaun proses Triangulasi metode ini dapat dilakukan dengan strategi:
a. Pengecekan beberapa sumber data dengan metode yang sama b. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian
dengan beberapa teknik pengumpulan data.
Adapun tujuan dari proses Triangulasi metode di atas merupakan sebuah proses untuk mencari kesamaan data dengan metode yang berbeda.35
3) Teknik Penggunaan Reffrence yang tepat, dengan adanya data kredibilitas dan valid maka dibutuhkan penggunaan refrensi yang tepat terhadap keabsahan data. Refrensi yang digunakan dapat berupa rekaman para ahli yang ada dibidangnya deangan membandingkanya deangan hasil temuan yang ada dilpangan.
35 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Putra Grafika, 2007), Hlm. 257
33 6. Sekema Alur Penelitian
H. Sistematika Pembahasan
Dalam skripsi ini memiliki sistematika pembahasan yang membahas bab-bab, penelitian kualitatif ini terdiri dari empat bab antra lain:
BAB I: dalam bab I ini memiliki poinp eting dalam upaya penyampaian strategi penelitian dimuali deangan persiapan hingga pelaksanaan yang mendaptkan hasil yang memusakan ketika meneliti.
Pada bagian ini di jelaskan mulai dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, ruang lingkup dan seting penelitian, telaah
Penarikan Kesimpulan Pengumpulan Data dan
Analisis Awal
Penulisan Proposal Persiapan Pelaksanaan
Penelitian
Analisis Akhir
34
pustaka, kerangaka teori, metode penelitian, sistematika pembahsan hingga rencana jadwal kegiatan.
BAB II: pada bab II peneliti akan memaparakan data yang ditemukan dilapangan. Dalam memaparkan data, peneliti akan menyajikan data yang valid dan apa adanya sehingga tiadak mencampuri fakta yang ada dilapangan.
BAB III: pada bab III ini peneliti tidak akan menulis ualng data-data yang ditemukan ketika peneliti sebgaimana yang ada pada bab II, melainakan menyajikan hasil analisis peneliti terhadap penggunaan kerangakateori yang ada pada bab I pendahulua.
BAB IV: dalam bab IV ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan yang berasal dari data-data yang sudah di rumusakan pada bab I sebagai rumusan masalah. Bukan hanya kesimpulan, namun pada bagian ini peneliti juga akan menulis saran-saran kepada steakholder yang terkait yang peneliti anggap penting untuk dilakukan dikemudian hari.
35 BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Profil Tuan Guru Muhammad Subki Sasaki Sebagai Pimpinan Pondok Nurul Madinah Dusun Plulan Desa Kuripan.
1. Riwayat Kehidupan Tokoh
Tuan Guru Muhammad Subki Sasaki lahir di Dususn Plulan, Desa Kuripan Utara Kecamatan Kuripan Kabuapaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat pada tanggal 16 Juni 1976. Ayah Tuan Guru Muhammad Subki Sasaki bernama H. Ahmad Suhali, memiliki profesi sebagai seorang petani. Sedangkan Ibu Tuan Guru Muhammad Subki Sasaki bernamaHj.
Masla’ah. TGH Muhammad Subki Sasaki merupakan anak pertama dari lima berasudara.
Desa Kuripan Utara Dusun Plulan meruapakan temapat TGH Muhammad Subki Sasaki tinggal dan merupakan salah satu Desa di Kabupaten Lombok Barat yang memiliki tempat lahan untuk beratni yang amat subur dan dekat dengan kecamatan kediri yang di kenal sebagi kota santri. Selain itu, di Desa Kuripan uatara juga masih memiliki kebudayaan yang sangat kental dengan budaya adat Lombok yang hidup apa adanya dan masih tetap memegang nilai-nilai adat, budaya, tata kerama yang baik.
Sehingga apabila dilihat dari sosio hostoris di Desa Kuripan Utara terutama di dusun Pelulan, memiliki iklim suasana semacam ini banyak memengaruhi pola pikir TGH Muhammad Subki Sasaki yang memang
36
sejak kecil sudah berkecimpung di dunia Agama dan di bidang Pendidikan.
Situasi dan kondisi serta tradisi di lingkunagn tempat tinggal Tuan Guru Muhammad Subki Sasaki, berakaitan erat deangan lingkungan yang sudah padat dengan iklim kegamaan dan kebudayaan yang sangat melekat pada dirinya. Selain itu, mayoritas mata pencaharaian masyarakat adalah sebagai petani, dan berdagang sehingga dalam kehidupan sehari-hari antara kegiatan berdagang dan peratanian saling melengkapi di masyarakat desa Kuriapan Utara.
Meskipun ayahnya sebagai seorang petani, tapi ayahnya mempunyai komitmen agar Tuan Guru Muhammad Subki Sasaki tidak mengikuti temanya yang tiadak sekolah apalagi tidak mengaji. Maka anaknya dilibatkan dalam kegiatan mengaji setiap malam di masjid pada lingkungan pondok pesantren di dusunya. Melalui kegiatan mengaji setiap mala mini dan taman bacaan Al-Qur’an ditempat tinggalnya di didik membaca Al-Qur’an sampai fasih dan di bekali ilmu agama seperti sejarah kebudayaan Islam, ilmu Fiqih dan lain sebgainya.
Tuan Guru Muhammad Subki Sasaki pada masa kanak-kanaknya dipanggil dengan sebutan Subki oleh oaring tuanya, tidaklah mengeherankan bahawa nama tersebut sangat berhubungan deangan sifat dan karakternya sekarang. Ayahnya mengahrapkan Tuan Guru Muhammad Subki Sasaki menjadi pemimpin dan dapat bermanfaat bagi masayarkat sekitar, Agama dan Bangsanya.
37
Tuan Guru Muhammad Subki Sasaki pada masa kanak-kanknya adalah seorang anak yang memiliki bakat di bidang pidato. Beliau dikenal sebagai orang yang pandai membuat kata-kata dalam setiap pidatonya.
Tauan Guru Muhammad Subki Sasaki sangat gemar mengikuti berbagai macam kegiatan perlombaan yang seperti pidato dan ceramah. Disamping bakatnya dalam berpidato, Tuan Guru Muhammad Subki Sassaki juga menyukai dunia tulis menulis seperti menulis artikel, buku, dan karangan kitab lainya. Aktivitas tulis menulis yang belaiu senangi sampai sekarang masih belaiu kerjakan disela-sela aktivitas keseharianya yang sangat padat dengan berbagai rutinitas sehari-hari sebagai seorang Kyai dan jabatan strukturl lainya.
Kehidupan Tuan Guru Muhammad Subki Sasaki mungkin dapat digambarakan dengan kata-kata sederahana, dari kehidupan yang dari plosok dalam sebuah Dusun di Kecamatan Kuripan Utara kemudian dilanjutakan di pesantren dan kembali ke pesantren pula akan tetapi dalam posisi yang berbeda. Beliau dibesarakan di lingkungan yang notabenenya adalah lingkungan pesantren.
Seiring berjalanya waktu, Tuan Guru Muhammad Subki Sasaki kecil pun sempat diasuh oleh orang yang beragama Hindu, semasa kecilnya di lingkungan tempat tinggalnya, karena memang lingkungan temapat belaiu lahir hidup berdampingan dengan warga masyarakat yang berbeda keyakinan dengan belaiu, khususnya masyarakat yang beragama Hindu. Belaiu pun diasuh seperti anak kecil pada umumnya tanpa melihat
38
perbedaan yang ada dalam dirinya sehingga pergaulan dalam kehidupa nsehari-hari sengat mengedepankan nilai-niali toleransi, kebudayaan dalam kehidupaan bermasyarakat.
Semasa kecil, Tuan Guru Muhammad Subki Sasaki dikenal sebgai anak kampung yang pintar mengaji dan sangat muadah bergaul dengan siapa pun. Beliau tumbuh dan besar di Dusun yang sebagian warga masyarakatnya berprofesi sebagai petani, dimanaia sangat senang sekali ketika musim hujan datang karena disaat musim hujan warga masyarakat sibuk untuk mempersiapkan proses menanam padi. Ketika proses membajak sawah yang dilakukan oleh sebagian besar warga dusunya, beliu sangat gembira sekali karena beliu menjadi joki karapan sapi di sawah, setiap ada perlombaan karapan sapi beliu selalu mengambil bagian untuk menjadi joki dalam sebuah perlombaaan karapan sapi, baik yang diadakan secara resmi oleh kepala dusun atau sekedar untuk membajak sawah. Saat itu, Tuan Guru Muhammad Subki Sasaki postur tubuhnya masih tidak segemuk sekarang, masih kurus dan berkulit sawo matang.
Beliau tumbuh berkembang dibawah kuatnya didikan orang tuanya yang lebih menekankan sifat disiplin, kerja keras serta briman dan taqwa kepada Allah SWT.
Meskipun Tuan Guru Muhammad Subki Sasaki meruapakan anak yang tinggal di Dusun dan kerap kali melakuakan kegiatan menantang adrenalin semasa beliu kecil namun cita-citanya sangat jauh berbda dengan apa yang sering dilakukan semasa kecilnya. Tuan Guru Muhammad Subki