• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebagai saran bagi penelitian lanjutan maupun langkah-langkah yang cukup bermakna untuk terhindar dari perilaku academic dishonesty dengan menanamkan kesabaran dalam diri dan meningkatkan self-efficacy yang dimiliki oleh remaja, dapat disampaikan sebagai berikut:

1. Hendaknya remaja meningkatkan perilaku-perilaku yang menggambarkan aspek kesabaran, yaitu optimis dalam menghadapi segala permasalahan, pantang menyerah dalam memecahkan masalah, semangat mencari informasi, memiliki semangat untuk senantiasa mencari solusi, konsisten dalam upaya pemcahan masalah dan tidak mudah mengeluh saat menghadapi masalah sehingga terhindar dari perilaku academic dishonesty .

2. Hendaknya remaja dapat meningkatkan kemampuan dalam menentukan strategi dan cara dalam mencapai tujuan yang dibarengi dengan kesabaran sehingga remaja memiliki self-efficacy yang baik .

3. Hendaknya remaja memiliki keyakinan dan semangat untuk melakukan berbagai cara dalam mencapai tujuan sehingga keyakinan dan semangat yang dimiliki oleh remaja

31

dapat menjadi pendorong yang kuat dan positif untuk mencapai self-efficacy dan kesabaran yang tinggi sehingga terhindar dari perilaku academic dishonesty .

4. Hendaknya peneliti selanjutnya untuk menentukan partisipan penelitian yang lebih heterogen tetapi partispan masih dalam fase remaja, seperti komunitas remaja, tingkat pendidikan dan ekonomi yang berbeda, suku dan etnis yang berbeda, serta memperhatihan peran gender.

5. Hendaknya peneliti selanjutnya dapat menganalisi lebih lanjut tentang perbedaan analisa mediasi dengan menggunakan PROCESS SPSS dan AMOS.

32

BAB 6

LUARAN YANG DICAPAI

Luaran yang dicapai berisi Identitas luaran penelitian yang dicapai oleh peneliti sesuai dengan skema penelitian yang dipilih.

1. Konferensi Internasional

IDENTITAS KONFERENSI

1 Nama Konferensi : International Conference Psychology, Prague, Czech Republic.

2 Website Konferensi : www.icp2020.com 3 Status Presentasi : Akan presentasi 4 Jenis Konferensi : International 5 Tanggal Konferensi : Pospone Juli 2021 6 Bukti Sertifikat : Akan dilampirkan

2. Proseding

IDENTITAS PROSEDING INTERNASIONAL

1 Nama Proseding : International Conference Psychology, Prague, Czech Republic.

2 Website Proseding : www.icp2020.com 3 Status Proseding : Akan dipresentasikan 4 Jenis Proseding : International

5 Tanggal Penerimaan : Pospone Juli 2021 6 Bukti Penerimaan : Pengunduran konferensi

Atau

IDENTITAS JURNAL NASIONAL TERAKREDITASI 1 Nama Jurnal : Jurnal Psikis : Kajian Psikologi Islam

2 Website Jurnal : http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/psikis/author Dashboard/submission/5633

3 Status Jurnal : Artikel dalam proses Review 4 Jenis Jurnal : Nasional Sinta 2

5 Tanggal Penerimaan : 18 April 2020 6 Bukti Screenshoot : Akan dilampiran

33

BAB 7

RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASI

Hasil Penelitian Hasil yang didapat dari penelitian ini memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu psikologi secara umum dan lebih khusus bidang psikologi pendidikan. Pengembangan penelitian yang berkaitan dengan self-efficacy dan academic dishonesty telah banyak dilakukan, akan tetapi belum menyentuh virtue-virtue agama. Oleh karena itu, hasil penelitian ini mengisi “ruang kosong” penelitian tentang self-efficacy dan academic dishonesty.

perlu adanya penelitian lanjutan yang dapat menekan perilaku curang pada berbagai aspek kehidupan lainnya, seperti ekonomi, politik, organisasi, kepemimpinan dan sosial kemasyarakatan lainnya.

Rencana Tindak Lanjut

Peneliti akan melakukan kajian yang mendalam tentang virtue kesabaran dan mengkaitkanya dengan konstruk psikologis lainya.

Kajian-kajian tentang virtue kesabaran telah peneliti lakukan dalam beberap tahun terakhir sesuai dengan roadmap peneliti dan disetujui oleh tingkat pimpinan fakultas. Artikel-artikel yang berkaitan tentang kesabaran telah masuk pada tahapan review di jurnal sinta 2 dan diprediksi akan terbit pada tahun 2020.

34

DAFTAR PUSTAKA

Alfons, M. (2019). 129 siswa curang saat UNBK, Kemendikbut : otomatis nilai nol.

Diakses di https://news.detik.com/berita/d-4539834/ tanggal 13 Mei 2019 Al-Zauziyah, A. Q. (2006). Kemuliaan Sabar dan Keagungan Syukur. Yogyakarta: Mitra

Pustaka.

Al-jauziyyah, I.Q. (2010). Uddatush Shabirin: Bekal untuk Orang-orang yang Sabar, Edisi Indonesia. Jakarta : Qisthi Press

Anggen, M. (2012). The miracle of sabar. Jakarta : Laskar Aksara

Bacon, A. M., McDaid, C., Williams, N., & Corr, P. J. (2019). What motivates academic dishonesty in students? A reinforcement sensitivity theory explanation. British Journal of Educational Psychology. DOI:10.1111 /bjep.12269

Bandura, A. (2010). Self‐efficacy. The Corsini encyclopedia of psychology, 1-3. Diakses di https://doi.org/10.1002/9780470 479216.corpsy0836

Bashir, H. dan Bala, R. (2018). Development and Validation of Academic dishonesty Scale (ADS) : Presenting a Multidimensional Scale.International Journal of Instruction. Vol. 11 Nomor 2. pp. 57-54. DOI:10.12973 /iji.2018.1125a

Brockhoff, K., Margolin, M., & Weber, J. (2015). Towards empirically measuring patience. Universal Journal of Management, 3 (5), 169-178. DOI : 10.13189 /ujm.2015.030501

Cizek, G. J. (2006). Handbook of the Teaching of Psychology. In Bukist & Davis (Eds.), Preventing, Detecting, and Addressing Academic Dishonesty (238- 243).

Blackwell Publisher.

El Hafiz, dkk. 2015. Pergeseran Makna Sabar dalam Bahasa Indonesia. JurnalIlmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris dan Non Empiris. Vol. 1 Nomor 1.Hal.33- 38. JIPP. Diakses di https://jipp.uhamka.ac.id/index. php/jipp/article/view/4 Fast, L. A., Lewis, J. L., Bryant, M. J., Bocian, K. A., Cardullo, R. A., Rettig, M., &

Hammond, K. A. (2010). Does math self-efficacy mediate the effect of the perceived classroom environment on standardized math test performance? Journal of Educational Psychology, 102(3), 729-740. Diakses di https://doi.org /10.1037/a0018863

35

Feldman, D. B., & Kubota, M. (2015). Hope, self-efficacy, optimism, and academic achievement: Distinguishing constructs and levels of specificity in predicting college grade-point average. Learning and Individual Differences, 37, 210–216.

DOI : 10.1016/ j.lindif.2014.11.022

Fida, R., Tramontano, C., Paciello, M., Ghezzi, V., & Barbaranelli, C. (2018).

Understanding The Interplay Among Regulatory Self-efficacy, Moral Disengagement, and Academic Cheating Behaviour During Vocational Education: A Three-Wave Study. Journal of Business Ethics, 153(3), 725-740.

Diakses di https://doi. org /10.1007 /s10551-016-3373-6

Giluk, T. L., & Postlethwaite, B. E. (2015). Big Five personality and academic dishonesty : meta-analytic review. Personality and Individual Differences, 72, 59-67.

Diakses di https://doi.org/10.1016/j.paid. 2014. 08.027

Henning, M. A., Malpas, P., Manalo, E., Ram, S., Vijayakumar, V., & Hawken, S. J.

(2015). Ethical learning experiences and engagement in academic dishonesty : A study of Asian and European pharmacy and medical students in New Zealand. The Asia-Pacific Education Researcher, 24(1), 201-209. Diakses di https://doi.org/10.1007/s40299-014-0172-7.

Iberahim, H., Hussein, N., Samat, N., Noordin, F., & Daud, N. (2013).Academic dishonesty : why business students participate in these practices?. Procedia- Social and Behavioral Sciences, 90, 152-156. DOI : 10.1016/j.sbspro.2013.07.076.

Horner, M. V., Jordan, D. D., & Brown, K. M. (2019). Academic Optimism. In Oxford

Research Encyclopedia of Education. DOI:

10.1093/acrefore/9780190264093.013.645

Murdock, T. B., & Anderman, E. M. (2006). Motivational perspectives on student cheating: Toward an integrated model of academic dishonesty . Educational

psychologist, 41(3), 129-145. Diakses di

https://www.researchgate.net/publication/233170024_Motivational_Perspective s_on_Student_Cheating_Toward_an_Integrated_Model_of_Academic_Dishone sty

Pan, M., Stiles, B. L., Tempelmeyer, T. C., & Wong, N. (2019).A Cross-Cultural Exploration of Academic dishonesty : Current Challenges, Preventive Measures, and Future Directions. In Prevention and Detection of Academic Misconduct in

36

Higher Education (pp. 63-82). IGI Global. DOI: 10. 4018/978-1-5225-7531- 3.ch003

Portnoy, J., Legee, K., Raine, A., Choy, O., & Rudo-Hutt, A. S. (2019). Biosocial risk factors for academic dishonesty : Testing a new mediation model in young adults. Journal of Contemporary Criminal Justice, 35(1), 21-35.DOI:

10.1177/10439862 18810590.

Rand, K. L. (2017). Hope, Self-Efficacy, and Optimism. In The Oxford Handbook of Hope. DOI : 10.1093/oxfordhb/9780199399314. 013.4

Santrock, J.W. (2014). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Salemba Humanika.

Schwarzer, R. & Jerusale, M. 1995.Generalized Self-efficacy Scale.In J. Weinman, S.

Wright & M. Johnston. Measures in health psychology: A 62 user’s portofolio.

Causal and control beliefs (pp. 35-37). Winsor. England: Nfer-Nelson. DOI:

10.1177/0013164406288171

Schunk, D. H., & Dibenedetto, M. K. (2016). Self-efficacy theory in education. Handbook of motivation at school, 2, 34-54. Diakses di https://www.routledgehandbooks.

com/doi/10.4324/9781315773384.ch3

Sabzian, S., Ghadampour, E., & Mirderikvand, F. (2018). Providing a Causal Model for Perceptions of Emotional Climate and Flexibility of Family with Academic dishonesty : The Mediating Role of Academic Self-Efficacy. Quarterly Journal of Social Work, 7(3), 32-43. diakses di http:// socialworkmag. ir/article-1-292- en.html

Subandi, A.M. (2013). Psikologi Agama dan Kesehatan Mental. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Turfe, T.A. (2009). Mukjizat Sabar. Bandung: Mizania.

Wideman, M. (2018). Academic dishonesty in a school of nursing. Diakses di https://

pdfs.semanticscholar.org/93d4/66d7d964a618b008d53612ed94131d818d50.pdf

37

LAMPIRAN

Psikis :Jurnal Psikologi Islami

P-ISSN: 2502-728X E-ISSN: 2549-6468

PERAN TINGKAT KESABARAN PADA EFEK SELF EFFICACY TERHADAP ACADEMIC DISHONESTY

Fahrul Rozi

Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.HAMKA Korespondensi e-mail: fahrul.uhamka@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to determine the role of patience on the effect of self-efficacy on academic dishonesty. Participants involved in this study totaled 340 people with 38% women (mean age = 19.3 and SD = 2.01). The scale used to measure the Self-efficacy variable is the General Self- efficacy Scale (Schwarzer & Jerusalem, 1995), Patience is measured by the First Version Patience Scale (El Hafiz, 2013), and academic dishonestyis measured by the scale of academic dishonesty (Bashir & Rajan , 2018). The statistical analysis used in this study is Process Hayes Moderation Analysis (2013) which can explain the role of patience on the effect of Self-efficacy on academic dishonesty. The strength of the relationship on Self-efficacy and academic dishonesty depends on high, medium and low levels of patience. The results showed patience is a significant moderating variable in the relationship between self-efficacy and academic dishonesty, and disposition level of patience reinforces the negative effect between these variables. Where, the negative effect of the relationship between self-efficacy and academic dishonesty depends on the level of patience. The higher level of patience will strengthen the negative effect on the relationship between self-efficacy and academic dishonesty.

Keywords: Patience; Self-efficacy; Academic dishonesty.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran tingkat kesabaran pada pengaruh Self-efficacy terhadap academic dishonesty. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 340 orang dengan 38% perempuan (rata-rata umur = 19,3 dan SD = 2.01). Adapun skala yang digunakan untuk mengukur variabel Self-efficacy yaitu General Self-efficacy Scale (Schwarzer & Jerusalem, 1995), Kesabaran diukur dengan Skala Kesabaran versi Pertama (El Hafiz, 2013), dan academic dishonesty diukur dengan skala academic dishonesty (Bashir & Rajan, 2018). Analisa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa moderasi Process Hayes (2013) yang memberikan gambaran tentang peran disposisi kesabaran pada efek self-efficacy terhadap academic dishonesty.

Tergantungnya kekuatan hubungan self-efficacy terhadap academic dishonesty dapat dijelaskan dengan tinggi, sedang dan rendahnya disposisi kesabaran yang dimiliki oleh individu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesabaran berperan sebagai varibel moderasi yang signifikan pada hubungan antara self-efficacy terhadap academic dishonesty dan disposisi tingkat kesabaran memperkuat efek negatif antar variabel tersebut. Dimana, efek negatif dari hubungan antara self- efficacy dengan academic dishonesty tergantung pada tingkat kesabaran. Semakin tinggi disposisi kesabaran maka akan semakin tinggi pula efek negatif self-efficacy terhadap academic dishonesty.

Kata Kunci : Self-efficacy; Kesabaran; Academic Dishonesty PENDAHULUAN

Kasus kecurangan dalam akademik sudah cukup mengkhawatirkan. Pada UNBK 2019, dilaporkan 126 siswa/i Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk dalam daftar

kasus kecurangan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) dengan cara membagikan foto soal maupun kunci jawaban melalui smartphone. Provinsi di Indonesia yang paling banyak memiliki kasus kecurangan UNBK berasal dari Jawa Timur sebanyak 21

2| Psikis : Jurnal Psikologi Islami

P-ISSN: 2502-728X E-ISSN: 2549-6468

kasus, Povinsi Kalimantan Selatan sebanyak 18 kasus, Provinsi Bali sebanyak 15 kasus, Provinsi Jawa Barat sebanyak 13 kasus, dan provini Lampung sebanyak 13 kasus (Alfons, 2019). Perilaku curang yang ditunjukkan oleh seseorang dan terjadi dalam dunia pendidikan sering disebut sebagai academic dishonesty.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya perilaku academic dishonesty, antara lain; guru atau dosen tidak peduli dengan perilaku menyontek yang dilakukan oleh peserta didik, materi ujian tidak relevan dan tekanan dari teman sebaya (Iberahim, Hussein, Samat, Noordin & Daud, 2013). Etnis, eropa dan asia, serta gender juga ikut berperan dalam pembentukan perilaku academic dishonesty (Henning, Malpas, Manalo, Ram, Vijayakumar, Hawken, 2014).

Dalam kajian meta analisis, menunjukkn bahwa big five personality memberikan pengaruh terhadap terbentuknya perilaku academic dishonesty (Giluk & Postlethwaite, 2015). Menariknya, penelitian membuktikan bahwa pelajar yang telah mencapai prestasi tinggi juga mendukung perilaku curang dalam bidang akademik tersebut (Miller, Murdock

&Grotewiel, 2017).

Penelitian-penelitian telah menjelaskan bahwa perkembangan temuan ilmiah tentang academic dishonesty mencakup berbagai aspek kajian dan pendekatan dalam memahami variabel- variabel yang berhubungan dengan perilaku curang. Pendekatan biologis, sosial kultural dan psikologi memberikan pemahaman komprehensif tentang faktor-faktor yang membentuk perilaku academic dishonesty.

Pendekatan faktor resiko dari segi biologis menjelaskan bahwa perilaku academic dishonesty berhubungan erat dengan ritme detak jantung (Portnoy, Legee, Choy, Rudo- Hut, 2019). Pada konteks sosial kultural, hasil penelitian memberikan kontribusi pada pengembangan intervensi strategis dalam menurunkan perilaku academic dishonesty

(Pan, Stiles, Tempelmeyer & Wong, 2019).

Sedangkan dalam konteks psikologi, sifat kepribadian memiliki keterlibatan dengan terbentuknya academic dishonesty (Giluk &

Postlethwaite, 2015. Sifat kepribadian seseorang, termasuk dalam internal diri, diduga memiliki keterlibatan yang erat dengan academic dishonesty (Bacon, McDaid, William & Corr, 2019).

Penelitian-penelitian yang berkenaan dengan internal diri, salah satunya adalah self- efficacy, menunjukan bahwa academic dishonesty dapat ditekan dengan variabel tersebut. Temuan-temuan dari model cross- lagged menegaskan bahwa self-efficacy memiliki pengaruh yang berlawanan pada perilaku curang. Dengan kata lain, self- efficacy mempengaruhi secara negatif dalam upaya menurunkan kecenderungan perilaku academic dishonesty. Tidak hanya keterlibatan dalam kecurangan, tetapi self- efficacy juga dapat meminimalisir dukungan terhadap perilaku academic dishonesty. Hal ini didukung dengan penelitian yang membuktikan bahwa regulasi self-efficacy dapat menekan munculya perilaku academic dishonesty pada siswa (Fida, Tramontano, Pacielo, Barbaranelli, 2018). Bukan hanya sebagai faktor penekan munculnya perilaku curang, self-efficacy juga berperan sebagai moderator pada hubungan capaian akademik dengan perilaku mencontek (Murdock &

Anderman, 2016).

Self-efficacy berkaitan dengan kepercayaan individu terhadap kemampuan yang dimiliki untuk mempengaruhi peristiwa yang dapat memberikan efek terhadap kehidupan mereka. Self-efficacy lebih dapat dibentuk dengan pengalaman penguasaan, pemodelan sosial, persuasi sosial dan kekuatan fisologis individu (Bandura, 2010).

Self-efficacy dapat dibentuk dari kontrol kognisi dan kemampuan mengatasi perilaku yang memiliki tingkat tinggi dan rendah (Schwarzer, 2014). Kontrol kognisi yang

Fahrul Rozi, Peran Tingkat Kesabaran Dalam Efek Self Efficacy Terhadap Academic Dishonesty|3

P-ISSN: 2502-728X E-ISSN: 2549-6468

tinggi akan membingkai ulang pemikiran individu yang mengalami stress dan kesedihan. Sedangkan kontrol kognisi yang rendah akan menyeret individu terlarut dalam situasi tersebut. Demikian pula, kemampuan yang dirasakan oleh individu untuk mengatasi situasi stress dan kesedihan tergantung pada kontrol kognisi individu pada level tinggi atau rendah. Jika tinggi, individu dapat memilih untuk meninggalkannya atau merasa yakin bahwa ia dapat mengubah perilakunya. Jika rendah, individu akan merasa bahwa situasinya tidak dapat dihindari dan kurang menarik untuk mengaplikasikan alternatif- alternatif solusi untuk keluar dari situasi tersebut.

Pada konteks pendidikan, self-efficacy memberikan pengaruh terhadap terbentuknya motivasi, efek belajar, regulasi diri dan pencapaian akademik (Schunk & Dibenedetto, 2016). Dengan terbentuknya motivasi yang berasal dari self-efficacy, individu akan terdorong untuk tekun ketika menghadapi rintangan dan kendala serta memiliki ketahanan ketika menghadapi kesulitan.

Motivasi dan ketahanan ini akan memberikan semangat untuk terus belajar dan berupaya meregulasi diri untuk mendapatkan capaian terbaik. Oleh karena itu, ketika individu memiliki self-efficacy yang tinggi maka diprediksi memiliki peluang yang besar untuk mendapatkan capaian terbaik (Fast et al, 2010)

Individu yang memiliki self-efficacy yang kuat akan melihat kesulitan sebagai tantangan yang dapat diatasi (Schunk &

Dibenedetto, 2016). Mereka menetapkan tujuan yang menantang, tetap bertahan pada komitmen yang telah ditetapkan, berusaha untuk meningkatkan usaha ketika berhadapan dengan kegagalan dan bersegera memulihkan diri ketika mengalami kemunduran. Upaya dalam pencapaian tujuan, komitmen dan usaha yang gigih, akan memperkuat individu untuk mencapai tujuan tanpa melakukan

kecurangan, lebih khusus pada konteks akademik (academic dishonesty).

Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mendorong munculnya perilaku academic dishonesty hanya menjelaskan tentang efek interaksi sosial, internal diri, demografi, kepribadian dan capaian prestasi akademik. Penelitian terkini belum menyentuh pada nilai-nilai agama yang dapat menekan perilaku academic dishonesty, salah satu nilai agama yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat mencegah munculya perilaku negatif adalah kesabaran. Terlebih lagi pada penelitian terkini, peran kesabaran minim digunakan untuk penentu kekuatan hubungan antar variabel yang berhubungan perilaku academic dishonesty. Kesabaran diduga menjadi nilai kebajikan (virtues) yang berfungsi mengontrol kekuatan pengaruh self- efficacy terhadap academic dishonesty.

Perilaku sabar akan mengarahkan individu dalam upaya secara terus-menerus mencari solusi (El-Hafiz dkk, 2015) demi tercapainya harapan sehingga memungkinkan individu untuk melatih diri dalam mengelola berbagai sumber yang ada untuk menghadapi dan memulihkan diri dari stres (Iacoviello &

Charney, 2020). Hal ini akan mendorong individu untuk terus mengembangkan potensi dan kemampuan dirinya dalam mengahadapi berbagai situasi menekan sepanjang hidupnya.

Sabar berasal dari Bahasa Arab, yaitu shabara. Kata shabara tidak dapat berdiri sendiri sehingga perlu penambahan kata secara lengkap menjadi shabara ‘ala sehingga memiliki arti tabah hati atau bersabar (Anggen, 2012). Sedangkan Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah (2010) menjelaskan arti ash-shabr sebagai larangan atau al-man’u, menahan atau al-habs dan menghimpun atau adh- dhammu.

Selanjutnya, Al Jauziyyah (2010) menjelaskan bahwa sabar adalah suatu akhlak mulia yang dengannya individu mampu

4| Psikis : Jurnal Psikologi Islami

P-ISSN: 2502-728X E-ISSN: 2549-6468

menahan diri dari perbuatan yang tidak baik dan tidak patut. Sedangkan El-Hafiz (2015) menjelaskan bahwa sabar adalah respon awal yang aktif dalam menahan emosi, pikiran, perkataan, dan perbuatan yang taat pada aturan untuk tujuan kebaikan dengan didukung oleh optimis, pantang menyerah, semangat mencari informasi/

ilmu, memiliki semangat untuk membuka alternatif solusi, konsisten, dan tidak mudah mengeluh.

Individu yang sabar memiliki kemampuan untuk menahan diri untuk tidak berkeluh-kesah, selalu berupaya untuk tidak merintih dan menyakiti diri(Al-Jauziyah, 2006). Individu yang memiliki kesabaran akan dapat mengontrol dirinya untuk tangguh dalam menghadapi permasalahan, tidak mudah menyerah ketika menghadapi situasi sulit dan berorientasi pada tujuan (Ong, Standiford, & Deshpande, 2018). Upaya- upaya dalam mewujudkan tujuan tanpa berkeluh-kesah, tangguh dalam menghadapi situasi sulit dan mengendalikan diri untuk tidak berbuat keji. Pada konteks pendidikan salah satu perbuatan keji adalah kecurangan akademik yang sering dilakukan oleh siswa.

Inti dari nilai kesabaran adalah menahan untuk tidak melakukan perbuatan- perbuatan yang menjauhkan pada pencapaian tujuan yang disertai dengan taat terhadap peraturan.Tingkat Kesabaran inilah yang dapat diprediksi sebagai kontrol jika individu memiliki self-efficacy yang berfungsi sebagai penekan timbulnya perilaku academic dishonesty dan menjadi penentu kekuatan hubungan antara memiliki self-efficacy dan academic dishonesty. Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah efek negatif self-efficacy terhadap academic dishonesty diperkuat dengan diposisi kesabaran.

METODE PENELITIAN Partisipan

Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA (Sekolah Menengah Atas) dan Perguruan Tingggi di Wilayah Jakarta.

Partisipan yang ikut serta dalam penelitian ini berjumlah 340 responden, yang terdiri dari 38% perempuan. Karakteristik responden adalah pelajar dan mahasiswa yang berumur 16 - 22 tahun dengan rata-rata usia sebesar 19,3 tahun (SD = 2.01). Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampling adalah accidental sampling.

Alat Ukur

Skala self-efficacy. Untuk mengukur variabel self-efficacy, peneliti mengunakan General Self-efficacy Scale yang disusun oleh Schwarzer & Jerusalem (1995) berdasarkan dimensi self-efficacy oleh Albert Bandura.

Skala ini terdiri dari 10 item pernyataan yang bersifat favorable dengan jenis skala likert.

Pada setiap pernyataan akan diberikan empat respon jawaban dengan nilai skor yaitu 4 untuk respoenden yang memilih Sangat Sesuai (SS), skor 3 untuk Sesuai (S), skor 2 untuk Tidak Sesuai (TS), dan skor 1 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS). Alat ukur ini memiliki konsistensi internal yang memadai (Cronbach's alpha = 0,80). Pada pernyataan item, General Self-efficacy Scale tersebar dalam 10 item dengan 3 dimensi yaitu dimensi level, Strenght, dan Generality, dan semua item bersifat favorabel. Salah satu contoh pernyataan item pada dimensi Strenght yaitu “Saya dapat selalu menyelesaikan masalah yang sulit jika saya berusaha keras.”, dan contoh item dari level yaitu “Saya yakin bahwa saya dapat bertindak dengan baik dalam situasi yang tidak terduga”. Internal konsistensi (Cronbach's alpha) yang didapatkan dari hasil penelitian ini sebesar 0.721 (α = .721).

Skala kesabaran. Variabel kesabaran diujur dengan menggunakan skala kesabaran yang disusun oleh El Hafiz, dkk (2015) dengan nilai reliabilitas 0,830 yang termasuk dalam

Fahrul Rozi, Peran Tingkat Kesabaran Dalam Efek Self Efficacy Terhadap Academic Dishonesty|5

P-ISSN: 2502-728X E-ISSN: 2549-6468

kategori reliabilitas yang tinggi berdasarkan kaidah Guilford. Skala ini terdiri dari 20 item yang terdiri dari 5 item sebagai distraktor yang tidak dianalisis, 8 item bersifat favorabel dan 7 item unfavorabel dengan menggunakan skala likert dengan 4 kategori respon yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala ini terdiri dari 6 aspek yaitu optimis, pantang menyerah, konsisten, tidak mengeluh, memaafkan dan mencari ilmu untuk mendapatkan alternatif solusi. Sebelum merespon item, terlebih dahulu partisipan membaca kasus. Terdapat 4 kasus dengan 1 kasus sebagai distraktor yang tidak dianalisis, masing-masing kasus memiliki 5 item.

Contoh kasus pada skala ini yaitu “untuk mencapai tujuan yang baik, saya mengalami kegagalan lebih dari sekali dan peraturan mengharuskan untuk mengulangi prosesnya dari awal, pada kegagalan terakhir, reaksi awal saya...”. Sedangkan contoh item pada pada kasus tersebut yaitu “Saya membutuhkan waktu lama untuk menstabilkan emosi saya”. Internal konsistensi (Cronbach's alpha) yang didapatkan dari hasil penelitian ini sebesar 0,771 (α = .771).

Academic dishonesty. Untuk mengukur academic dishonesty menggunakan academic dishonestyscale yang disusun berdasarkan bentuk academic dishonesty yang dikemukakan oleh Bashir dan Rajan (2018).

Skala ini terdiri dari 23 aitem pernyataan dengan jenis skala likert. Pada setiap pernyataan akan diberikan lima respon jawaban dengan nilai skor yaitu skor 1 utuk Tidak Pernah (TP), skor 2 untuk Jarang (J), skor 3 untuk Terkadang (T), skor 4 untuk Sering (SR), dan skor 5 untuk Selalu (S).

Skala ini memiliki 6 dimensi yaitu Cheating in Examination, Plagiarisme, Outside Help, Prior Cheatin, Falsification, dan Lying about Academic Assigments. salah satu contoh item dari dimensi Chetaing In Examination adalah

“ketika ujian, saya menggunakan sinyal (kode) untuk mendapatkan jawaban dari teman-teman saya”. Internal konsistensi (Cronbach's alpha) yang didapatkan dari hasil penelitian ini sebesar 0.773 (α=.773).

Analisa Data

Penelitian ini memiliki tiga variabel yang terdiri dari variabel self-efficacy yang berfungsi sebagai Independen Variabel (IV), variabel Academic dishonesty sebagai Dependen Variabel (DV) dan variabel kesabaran sebagai Variabel Moderator (M).

Moderator adalah variabel yang menentukan kondisi pada hubungan IV terhadap DV.

Moderasi menggandung efek interaksi yang dapat mengubah efek (arah hubungan) atau memperkecil atau memperbesar hubungan antara IV dan DV. Dalam analisa statistik moderasi, peneliti menggunakan software PROCESS SPSS yang telah dikembangkan oleh Andrew F. Hayes (2013) dengan analisa model 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Peran Moderator Kesabaran signifikan dalam memperkuat efek negatif Self-efficacy terhadapAcademic dishonesty.

Analisa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah moderasi model 1 yang dikembangkan Andrew F. Hayes (2013) yang bertujuan mendeskripsikan peran moderator kesabaran dalam pengaruh self- efficacy pada remaja.Independen Variabel (IV) sabar, Dependen Variabel (DV) academic dishonesty, sedangkan Variabel Moderator disimbolkan dengan huruf M adalah variabel kesabaran.Analisa model 1 menjelaskan tentang efek moderator kesabaran pada hubungan antara self-efficacy dengan academic dishonesty.Kekuatan hubungan antara self-efficacy dengan academic dishonestydapat dilihat dari

Dalam dokumen ICP 2020 RESCHEDULED TO 18-23 JULY 2020! (Halaman 30-51)

Dokumen terkait